PAGI - sebuah novel berdasarkan kisah nyata - PROLOGUE
Salam semuanya, perkenalkan lagi nama saya addoiananta, seperti yang saya ceritakan sebelumnya bahwa saya akan mencoba menulis sebuah novel yang berdasar pada kisah nyata. Selamat menikmati
PROLOGUE
Aku tidak tau apa bedanya...
Teman atau Sahabat...
Yang aku tau...
Kehidupan ini berbeda tanpamu teman...
Aku adalah pemuda lulusan SMA tidak ternama yang mencoba merantau ke ibu kota provinsi kala itu. Namaku Sahnan, seorang anak pertama dari lima bersaudara, ayahku dan ibuku bekerja sebagai guru pengajar di dua sekolah lokal yang berbeda. Seluruh adik-adikku masih bersekolah, dua orang masih bersekolah di banku SMA, satu orang di bangku SMP, dan satu orang yang paling bungsu masih menjadi murid di Sekolah Dasar dekat rumah. Teman-teman biasa memanggilku Sah atau Nan, bahkan teman dekatku sering memanggilku “Saksi Nikah”, karena kata awal namaku adalah kata yang biasa di ucapkan oleh saksi dalam sebuah pernikahan “SAH”.
Aku dinyatakan lulus di jurusan Matematika pada sebuah Universitas tersohor di daerahku setelah melewati tes masuk yang melelahkan dan menghabiskan banyak biaya. Maklum saja, aku berasal dari keluarga dengan keadaan ekonomi pas-pasan, jadi untuk biaya pendaftaran tes Universitas waktu itu termasuk mahal dalam standar keluargaku. Walaupun begitu, setelah menerima nasehat dan dorongan dari kedua orang tua serta adik-adikku, aku yang awalnya tidak begitu berniat untuk melanjutkan studi ke jenjang mahasiswa memutuskan untuk memerah otak kembali dengan ilmu-ilmu baru di bangku mahasiswa.
Aku masih ingat hari itu, sore hari rabu, hari dimana secara resmi aku berangkat merantau untuk pertama kalinya. Aku masih mengingat wajah ibuku yang menunjukkan ekspresi senang sekaligus sedih pada waktu yang bersamaan, susah menjelaskannya. Aku juga masih ingat wajah bangga seorang ayah yang ditunjukkan ayahku. Juga wajah adik-adikku yang sengaja pulang dan menghentikan aktifitas dengan teman-temannya hanya untuk mengantar kepergianku. Perpisahan sementaraku dengan keluarga kecilku yang dihiasi langit berwarna kuning kemerah-merahan di ufuk barat.
Angin segar bertiup kearah wajahku dari jendela angkutan umum L300 –tipe mobil minibus, juga istilah yang lazim digunakan untuk menyebutkan mobil angkutan umum untuk perjalanan darat menengah dan jauh didaerahku– yang ku tumpangi. Dan ternyata tanpa aku sadari aku lumayan mabuk darat ketika pertama kali melakukan perjalanan dengan angkutan umum L300 waktu itu. Aku Sempat mengalami pusing dan mual-mual selama perjalanan, sekaligus satu kali kejadian muntah yang cukup memalukan mengingat umurku dan juga ukuran postur tubuhku yang terbilang cukup besar jika dibandingkan dengan orang pada umumnya.
“Prrrrrrt”, “diin-diin”, suara ramainya sepeda motor lewat dan klakson mobil yang saling bergantian. Ternyata aku sudah sampai di terminal angkutan umum ibukota. Dengan wajah agak pucat, dan kepala yang masih pening akibat mabuk darat selama perjalanan, aku turun dari angkutan umum L300. Dengan sempoyongan aku mencoba mengambil tas pakaianku, walaupun akhirnya aku dibantu oleh supir untuk mengambil barang-barang bawaanku.
Setelah duduk istirahat selama kurang lebih 15 menit –aku lupa berapa lama tepatya aku istirahat waktu itu–, aku berhasil mengumpulkan kembali nyawaku yang telah tercerai berai selama perjalanan tadi. Karena selama awal-awal masa kuliah tante ku menawarkan untuk menginap di tempat beliau sampai aku mampu beradaptasi dengan lingkungan baru, aku memutuskan untuk langsung berangkat ke alamat beliau yang aku kantongi dari ibuku dengan menumpangi becak motor.
Ah, kota yang cukup cantik menurutku, dimana dikiri-kanan jalan masih terdapat banyak pepohonan rindang, jalanan yang lebar juga tidak macet waktu itu, berbeda dengan pencitraan kota yang pernah aku lihat di televise-televisi yang mempertontonkan gedung-gedung tinggi dan jalanannya yang super macet. Perjalanan dengan becak motor waktu itu melewati gerbang besar yang aku masih ingat disitu tertulis dengan besar “Selamat Datang di Kota BANDA ACEH”. Kota ini berbeda, kota yang lebih mengusung pemaksimalan area hijau dibalut dengan kentalnya Syariat Islam pada masyarakatnya. Kota yang akan aku tinggali hingga beberapa tahun kedepan, kota dimana aku akan mencoba untuk menggali pengalaman dan ilmu baru dan membuat bangga orang tuaku. Juga kota tempat aku akan bertemu denganmu, seorang teman sejati.
Untuk chapter berikutnya, akan saya coba update seminggu sekali. Mohon kritik dan sarannya untuk tulisan saya.
Silahkan follow untuk mengikuti chapter berikutnya. Langsung di follback
Terima kasih
Salam Steemian
@adrisyakir
I always visit your blog because you inspires me. Do what you do. Thank you very much for sharing inspiring content.
here, have a reply
Hallo @adrisyakir, apa kabar? Ini posting yang bagus.. sudah kami upvote yaa.. 😉
Terima kasih banyak,
ikuti terus update chapter-chapter berikutnya :)
Congratulations @adrisyakir! You have received a personal award!
1 Year on Steemit
Click on the badge to view your Board of Honor.
Do not miss the last post from @steemitboard:
SteemitBoard and the Veterans on Steemit - The First Community Badge.
Congratulations @adrisyakir! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!