Tua di Warung Kopi

in #life7 years ago (edited)

Bagi masyarakat Jakarta, kalimat " Tua di jalan" adalah sebuah ungkapan yang menggabarkan bagaimana kehidupan masyarakat kota Jakarta. Kalimat tersebut menjelaskan bagaimana mereka menjalani hidup di kota Jakarta yang terkenal macetnya. Mereka bisa menghabiskan waktu ber-jam-jam untuk dapat melalui jalanan kota Jakarta yang macet, terkadang jarak tempuhnya tidak terlalu jauh. Itulah sekelumit kehidupan masyarakat ibu kota Indonesia. Macet menjadi rutinitas yang harus dijalani sehingga mereka merasa seakan umur habis untuk menikmati macet.

Sebaliknya di Aceh, provinsi yang terkenal dengan paling banyak Warung Kopi memiliki hal yang berbeda. Masyarakat disini banyak menghabiskan waktunya hari-hari di Warung Kopi. Rutinitas di warung kopi bukan hanya nongkrong, namun bisnis, rapat, bahkan mengerjakan tugas kampus pun di warung kopi. Anda akan sangat mudah mendapatkan warung kopi di Aceh. Jangan heran jika anda akan mendapatkan janji temu di warkop lebih dari satu warung kopi. Jika anda ke Aceh, untuk wisata atau bisnis dan ingin bertemu dengan seseorang, maka warung kopi adalah tempat yang paling populer.

Di Aceh, anda bisa berpindah-pindah warung kopi sampai lima kali dalam sehari tergantung janji temu. Bisa saja seseorang yang tinggal di Aceh bertemu dengan rekannya di warung kopi A untuk urusan bisnis di pagi hari, lalu dia akan berpindah ke warung kopi B di siang hari untuk janji temu yang lain. Sorenya bisa jadi akan ada di waring kopi C untuk urusan lain lagi dengan orang yang berbeda, begitu seterusnya hingga hari berlalu 12 Jam. Namun, ada juga yang hanya nongkrong di satu warung kopi hingga 5 jam dengan aktivitas yang beragam. Jika dilakukan survey, mungkin sebagian besara masyarakat Aceh menghabiskan waktunya dalam satu hari di warung kopi hingga 8 jam, baik satu warung kopi atau berpindah-pindah.

image

Warung kopi menjadi tempat favorit di Aceh, dan ngopi adalah rutinitas wajib. "Tua di warung kopi" mungkin ungkapan yang tepat, dapam segala perspektif. Boleh jadi karena menganggur dan menghabiskan waktu di warung kopi, ataupun urusan bisnis bahkan politik juga ikut menyita warung kopi.
Kalau anda tidak sempat sekali saja mengunjungi warung kopi ketika di Aceh, maka seperti ada yang kurang.

image

Menghabiskan waktu di Warung kopi bukanlah sebagai sesuatu yang secara umum di anggap sebagai kemalasan seperti zaman old, sekarang warng kopi malah sudah menjadi kantor bagi pengusaha, politikus sampai mahasiswa.

Sort:  

Euy......Udah ngopi apa belom....ngopi apa ngopi......diam bayeeee....ngopi oi....

Ngopi apa ngopi...
Kok gak pait..
Nyucu mungkin hahahahah

Reportasenya menarik dan inspiratif. Bisa jadi latar cerpen nih.

Terimakasih pak, saran yang menarik, insya Allah saya coba terusakan ke cerpen.

mantap bang @afeed , udah diupvote y.. follback beuh...

Bang. Paragrafnya kepanjangan. Paragraf pertama 14. Paragraf kedua 11 baris. Paragraf ketiga 8 bari. Kalau saya tidak salah hitung.

Saya saranin abang membuat paragraf dengan 5 sampai enam baris per satu paragraf. Kemudian, berikan jarak antar paragraf. Karena tulisan yang panjang akan membuat mata keletihan.

Pemberian jarak antar paragraf membantu mata lebih nyaman dalam membaca sekaligus tidak membuat bosan pembaca. Sekedar saran abanganda.

Iya, nulisnya di notepad Gadget, heee... Ntar di perbaiki, thanks sarannya, salam

Jak pajan tajep kupi di Jakarta. Lon na di jakarta pusat bang. Silakan WA kalau masih di Jkt. 081269404123

Siap... Watee loen langkah u Batavia loen call...

Awak ka tuha pih mantong duek warong kupi, hana si lagee lon yang mantong muda teuku @afeed, gata ka jeut woe

Loen ka ku pinah duek bak caffee