Banjir itu Bahasa Inggrisnya Flood Pak Bupati eee

in #life7 years ago (edited)

Suatu hari di meja kopi, sahabat saya pernah mencoba memberi sedikit pandangannya tentang si kaya

"Si kaya itu bukan tidak peduli dengan kehidupan si fakir, begitu keluar dari rahim ibunya dia sudah kaya, dia tidak pernah tau bagaimana rasanya menjadi si fakir".

Saya pikir benar juga apa yang dikatakan teman saya itu, apalagi saat si kaya mulai mengenal dunia, dia hanya melihat orang-orang kaya di sekelilingnya, karna lingkungannya adalah lingkungan kaya.

Dan jangan heran, jika orang kaya tersebut diajak ke kawasan kumuh atau lingkungan pedesaan yang sederhana, dia akan kebingungan, butuh waktu untuk beradaptasi, mengenal kehidupan yang kontrak dengan dirinya.

Begitupun dengan si fakir, akan menjadi kontras saat berhadapan dengan lingkungan si kaya. Pun demikian, tidak semua si fakir dan si kaya berlakon seperti yang kawan saya katakan tersebut, ada juga si fakir yang katakanlah dia terlahir di daerah banjir, dan setelah jadi pejabat dan jadi si kaya, dia lupa dengan suasana banjir, meski ada yang berwatak demikian, namun jarang terjadi, hanya hamba- hamba pilihan yang terlahir demikian, hamba yang mudah sekali lupa diri. Mungkin karna dia manusia yaa,,, kalau terlalu baik malaikatlah dia, terlalu jahat, syaitanlah dia. Karna dia manusia jadi perangainya di antara malaikat dan setan. Saya pikir itu adalah kewajaran,,,

Sahabat stamian, 2019 di ambang mata, para kandidat yang akan bertarung pada ajang pemilihan calon legislatif mulai pajang muka, ada yang berkata "pilih saya maka anda akan kaya", atau "pilih saya maka banjir di kampung anda akan teratasi", dan lain-lain akan.

Semoga para pemilih bisa lebih cerdas dalam menilik, mulailah bertanya pada nurani, mungkinkah mereka yang tinggal di rumah gedung bisa faham detail kehidupan mereka yang terlelap di gubuk reot, mungkinkah mereka yang tidak pernah menggigil karna banjir mampu mengatasi banjir dan peduli akan banjir?, "cep-cep segalom taut".

Sejak orba hingga zaman now, masyarakat terus saja terperosok ke dalam lobang yang sama. Memilih pemimpin berdasarkan "sedekah", sedekah ija krong, sedekah sirup, sedekah saka, sedekah minyek, dll. Bertahun-tahun masuk ke lobang yang sama, jikapun lobang yang sama itu adalah lumbung padi atau emas, maka rasa syukur harus kita panjatkan. Nah, yang ini lobangnya becek dan berlumpur, kadang bau busuk menyembur ke seluruh penjuru bumi, apa yang hendak dikeluhkan?, bukankan apa yang disemai itu yang akan dipanen?

Apa kita akan terus berkilah, "hana roh lon pileh tengku/bapak nyan, jih yang pileh, sijeh yang pakat, atau dengan dalih, hana ureng laen, cit nyan yang na", mau sampai kapan?, sampai Tuhan meluluh lantakkan bumi alias kiamat?

Mari berhenti sejenak, lihat apa yang diberikan oleh Bupati Aceh Utara, kepada korban banjir matang kuli, lhoksukon dan sekitarnya?, apa yang diberikan oleh Bupati dan Gubernur Aceh, DPRA, DPRK secara keseluruhah untuk mengatasi banjir di kampung kita?, pu ka memada ngen sarimi, pembalut wanita, dan ija limbot?, ka memada selpi-selpi ngen anek mit korban banjir lam ie raya? adakah program prioritas pemerintah untuk mengatasi banjir yang sudah menjadi tamu setia setiap akhir tahun dan menyambut tahun baru di bumi serambi ini?, sudah adakah?

Jangan sampai pikiran bejat kita menerawang, memajangkan sebuah fakta bahwa banjir laksana bisnis pejabat di dinas terkait, banjir menjadi alasan bagi dinas penanggulangan bencana menghamburkan APBA/APBN demi program tangggap darurat seperti banjir,longsor,dan bencana alam lainnya setiap tahun.

Ada yang berkata begini "jika Aceh bebas banjir, maka Dinas penanggulangan bencana Aceh harus dibubarkan". Sadis yaa?,Semoga saja perkataan tersebut hanya guyonan di warung kopi semata, bukan sebuah keseriusan meski faktanya demikian.

Sudah menjadi tabiat, "kut padee tenge redok", pemerintah tidak mau peduli dengan slogan"mencegah lebih baik dari mengobati", mungkin karna banjir bukan sakit tapi bencana, jadi yaaa, ngapain dicegah, biar aja dia datang suka-suka.

Yang uniknya lagi, masyarakatpun "han jra jra lee", ka memada ngen sikrek ija krong geten, ka lepah disogok lee kandidat yang pegah "Pilih saya maka kamu akan kaya", untung ngak ada yang berkata "pilih saya maka kamu akan dapat istri atau suami dua", khak.

Mari berdoa, semoga banjir akan segera surut meski bupati, gubernur, dan pak dewan tak peduli, kiban tapeget teuma, nyan yang katelenjo tapeu ek, meski beliau tak peduli, yaa kita serahkan saja pada yang maha kuasa.

Selama pemerintah belum memiliki program untuk pencegahan banjir, maka disarankan kepada seluruh masyarakat korban banjir untuk memperbanyak doa keselematan. Nyan keh nyan selemah-lemah iman, usaha lebih besar yaa jaga saluran jangan sumbat, jangan menebang pohon, jangan buang sampah sembarangan, dll. Mau yang lebih besar lagi?, kita tunggu pemerintah bersikap!

image

Thank for you vote

Sort:  

Semoga postingan ini hadir d smart phon pak bupati ya sister @farahtjut...
Selalu tabah dan sukses terus

Heheheheh bereh kak... Kalheuh lon upvote ala kadar

Makaseh beh

Yup...kita tunggu bagaimana sikap preventif pemerintah dalam menyikapi banjir. Kita berharap isu banjir tidak di politisasi