Ketika membaca dan menulis Menggugat.
Mengulik buku bersama Bang Zulfata (Penulis muda produktif Aceh).
Membaca dan menulis, memang dua hal yang sangat membosankan dan tidak ada manfaat! Pemahaman seperti ini sudah banyak menghantui pola pikir setiap generasi sekarang, tidak dapat kita salahkan juga, karena 'mereka' sendiri udah pada zona nyaman yang salah. Semua serba teknologi, Google menjadi acuan, namun kegiatan tersebut membuat Otak malas berpikir dan malas mengkonsumsi bacaan sampai final. Apa jadinya jika kita mengkonsumsi setengah-setengah? Tidak usah dijawab, simpan baik-baik jawaban dalam otak manjamu.
Membaca menurut KBBI, adalah melihat atau memahami apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dengan hati). Banyak yang mendefinisikan Membaca memiliki manfaat, seperti dapat menghilangkan kegundahan atau kecemasan, membaca mampu menjernihkan cara pikir dan mengembangkan nalar, mampu meningkatkan kapasitas ingatan (memori) dan pemahaman serta masih banyak lagi manfaat yang kita temui dalam kegiatan membaca. Tapi semua manfaat membaca sudah dan mudah didapati generasi hari ini, apalagi kegiatan membaca adalah buang-buang waktu yang terbuang. Jangan lakukan itu, takutnya setelah kamu membaca kamu memiliki pemikiran brillian super cerdas. Kan 'bahaya' begitu, untuk apa membaca? bermalas-malaslah dengan gadget wahai generasi gadgetious.
Imam Ali RA, mengatakan bahwa "Siapapun yang terhibur dengan buku-buku, kebahagiaan tak akan sirna darinya". Kata penuh makna tersebut 'hanya' bermanfaat bagi orang yang menggeluti dunia membaca sebagai passion dan hobi. Pada dasarnya semua manusia mencintai dan sangat menyukai Kebahagiaan, namun jalan menempuh kebahagiaan bukan hanya membaca? Benar, tidak ada yang salah denganmu karena memang yang salah itu persepsimu.
Kalau kamu Membaca terus menerus (continue), kesempatan kamu untuk duduk bersama atau istilah kerennya Nongkrong mulai berkurang dan tentunya dalam setiap hajatan itu konsumsi perut sudah menjadi barang hiasan meja yang membuat perutmu kenyang, Nah! Jika saja kamu terlalu banyak membaca kapan perutmu bisa kenyang? Karena membaca membuat Otakmu kenyang dengan nutrisi bukan perut.
Sumber, Ilustrasi buku.
Kita sering mendengar istilah "Jika kamu ingin mengenal dunia membacalah, dan jika ingin dikenal dunia menulislah". Sebenarnya membaca dan menulis memiliki korelasi dalam menempatkan posisi individu di tengah pertarungan dunia. Untuk apa mengenal dan dikenal, kan sudah ada Media sosial seperti WA, Facebook, Twitter dan Instagram!
Melalui media sosial saja kita sudah sangat populer dengan berjuta Like dan Comment atau berjuta Follower. Ya, tentu saja ada benarnya juga dan saya tidak menggugat 'kemerdekaan berpikir' yang sudah terlanjur kontemporer itu.
Membaca dan menulis hari ini terkesan kebiasaan kuno yang begitu mewah dan menggiurkan stimulus otak, namun demikian kebiasaan kuno tersebut seolah hilang gairah dimangsa usia. Generasi sudah melupakan Pustaka yang tersebar di seluruh sudut kemauan, Pustaka dibiarkan rapi dengan susunan buku sebagai hiasan kecerdasan maestro kata dan pemikiran. Lebih parahnya lagi, untuk mendapatkan berbagai koleksi buku terkesan mahal dan tidak punya kesempatan. Levi's, Zara, Gucci, Alexander Christie dan Hublot lebih murah dibandingkan dengan lembaran buku, kapitalis dan hedonis banget sih kamu!. Memang hari ini kehidupan menuntut 'harus' hidup mewah dan megah. Semoga masih ada yang berprinsip sederhana dalam kemewahan dan kemegahan itu, sehingga ia bukanlah generasi termakan zaman dan gaya hidup.
Menulis?
Menulis bagi 'stakeholder' generasi zaman ini memang kebiasaan yang biasa dan sangat sering dilakukan, Saya tidak meragukan itu dengan berbagai fasilitas yang ada layaknya media sosial yang lagi eksis hari ini. Update status diberbagai media sosial sudah menjadi keharusan biar tetap 'hidup' atau mau pilih hidup terasa mati tanpa memperbaharui status setiap matahari timbul dan tenggelam dan timbul lagi. So pasti, kebiasaan itu sedikit lebih baik dibandingkan dengan membaca dan itupun kebanyakan menulis Status tanpa sumber yang dapat dipertanggungjawabkan.
Belum lagi, Status yang berisi konten hoax dan penulisan tanpa etika selalu menggerayangi setiap keliaran jemari tangan yang menyentuh keyboard. Aku muak padamu generasi, namun aku tidak menuntutmu untuk mengikuti arahan bodoh ini! Takutnya nanti saya terkena benturan Pasal 28 tentang kebebasan berpendapat dan juga UU ITE yang sedang booming itu. Ah sudahlah! Ikuti kata hatimu masing-masing saja.
Bagaima kita menulis tanpa mengkonsumsi bacaan?, sebagian besar Penulis mengisahkan pengalaman menulisnya berawal dari bacaan dan menjadi ledakan bacaan di dalam otak. Persetan dengan kata bijak itu, jika nanti kamu terlalu sibuk dengan membaca dan menjadi ledakan otak terhadap bacaan, Siapa yang bertanggung jawab?.
Berdasarkan KBBI, Menulis adalah membuat huruf (angka dan sebagainya) dengan pena (pensil, kapur dan sebagainya). Menulis menurut para ahli adalah mengikat ilmu dan belajar, atau kegiatan mengekspresikan ide melalui tulisan. Tentunya, Penulis harus mampu menguasai teknik penulisan yang baik dan benar dalam mencapai tujuan penulisan tersebut dan juga memperhatikan unsur etika dalam setiap tulisan yang dihasilkannya.
Apa yang kita akan kita tulis, jika kegiatan membaca tidak kita geluti secara maksimal dan total. Tulisan tanpa referensi akan menimbulkan penafsiran berbeda dan menimbulkan efek yang sangat beresiko di masa depan. Atau lebih layaknya kita sebut sebagai "Tulisan Omong kosong" tanpa rujukan yang dapat kita pergunakan.
"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian" (Pramoedya Ananta Toer). Menulis membuat Otak dan jemari tangan terkoneksi dengan sendirinya dan merilekskan jaringan otot dan otak, Ayo menulislah jikapun salah ya kita perbaiki mumpung masih bisa kita koreksi (belajar).
Tapi jika kegiatan membaca dan menulis membuat dirimu terusik dari kenyamananmu, tinggalkan saja dan bergelutlah dengan zona nyaman mu itu!. Sedikit Inspirasi yang masih membekas dari potongan percakapan dalam Film Box office Bollywood '3 idiots', Jika kamu malas atau tidak menggunakan Otakmu untuk berfikir, jual saja ke Pasar! Orang akan membeli karena belum pernah dipakai (baru).
Mencari buku karya Bassan Tibi yang tersembunyi diantara ratusan karya.
Membaca dan menulislah sebelum gugatan ini menjadi kenyataan yang tak diminati generasi lagi, Sehingga semua manusia enggan dan tidak mampu memahami pesan Agama lagi dan pesan Sosial lewat bacaan Ilahi dan karya sesama insan. Matilah kehidupan nyata ini.
Tangisan menderu setiap Bacaan dan Tulisan tidak ada yang mau peduli.
Salam Literasi, Bravo Steemian!