Permata yang hilang.

Semangat literasi, di kantor KNPI Pidie.

Bermula dengan chatting-an saya dengan guru saya, dalam chatting-an penuh khidmat dan rasa persahabatan yang begitu tinggi, biarpun saya berada diposisi sebagai pembelajar namun beliau menganggap saya sebagai teman baik dalam dunia maya dan dunia nyata pastinya.

Kesimpulan yang dapat saya ambil melalui percakapan itu, adalah berbicara tentang rasa Cinta dan kasih sayang. Dan saya persembahkan tulisan ini kepada beliau dengan nalar dan persepsi yang saya pahami sebagai tindak lanjut dari percakapan (Diskusi) juga mendidik diri untuk lebih mengenali apa dan bagaimana Cinta seharusnya diperlakukan?. Maklum..

Mengingat tema yang begitu menarik, maka saya tariklah sebuah judul "Permata yang hilang". Judul yang begitu 'greget' dan belum tentu dengan isinya, Saya akan mencoba memaksakan diri untuk bisa mengkorelasikan pembahasan itu semenarik mungkin.

Sepenggal lirik dari Rihanna dalam lagu Diamond,
Shine bright like a diamond (bersinarlah terang seperti berlian).
Shine bright like a diamond (bersinarlah terang seperti berlian).
Find light in the beautiful sea (Temukan cahaya di laut yang indah).
Senandung yang sempat menunjukkan popularitas di tangga Billboard ini, begitu mengena pada setiap lisan musikus di seluruh penjuru penduduk dunia, lirik yang menekankan interpretasi Cinta dengan kesungguhan dari alam rasa terhadap keindahan sesama alam (makhluk).

Pujangga Cinta mendefinisikan Cinta sebagai memberi kasih sayang bukannya rantai, cinta juga tidak bisa dipaksakan dan datangnya pun kadang secara tidak sengaja, karena cinta merupakan anugerah Tuhan yang ditanamkan dalam hati hambanya untuk saling memiliki, saling memenuhi dan saling melengkapi dalam konteks universal (rasa Cinta menyeluruh terhadap makhluk ciptaan Allah Swt.).

Jalaluddin Rumi dalam syair sufinya, Cinta : Lautan tak bertepi.
Cinta adalah lautan tak bertepi
Langit hanyalah serpihan buah belaka
Ketahuilah langit berputar karena gelombang Cinta
Andai tak ada cinta, dunia akan membeku,
Bila bukan karena cinta,
Bagaimana sesuatu yang organik berubah menjadi tumbuhan?
Bagaimana tumbuhan akan mengorbankan diri demi memperoleh ruh (hewani)?
Bagaimana ruh (hewani) akan mengorbankan diri demi nafas (ruh) menghamili Maryam?
Semua itu akan menjadi beku dan kaku bagai salju
Tidak dapat terbang serta mencari padang ilalang bagai belalang.
Setiap atom jatuh cinta pada Yang Maha Sempurna dan naik keatas laksana tunas.
Cita-cita mereka yang tak terdengar, sesungguhnya adalah lagu pujian Keagungan pada Tuhan.
Kutipan yang begitu menyentuh nurani terhadap rasa kecintaan dari Ilahi beliau curahkan dengan penuh rasa Cinta. Jalaluddin Rumi merupakan sosok sufi dalam mengenalkan Cinta sesungguhnya, dan tidak mendustakan Cinta diatas Cinta.

Ilustrasi sumber Islam Cinta.

Dalam pemahaman modern, penerus panji Islam seakan menutup mata dan tergadaikan hatinya oleh Westernisasi yang terus digaungkan dari seluruh sisi kehidupan ini, sehingga kita salah kaprah dalam mengartikan Cinta sesungguhnya dalam ajaran Agama Islam yang begitu suci dan kaffah. Kita hari ini terbuai dengan nikmatnya cinta yang sempit 'budaya pacaran' yang menjadi life style pada kawula muda Islam dan juga merayakan hari kasih sayang "Valentine Day" begitu menggema di seantero dunia, tapi ada baiknya pahami dan sadarilah bermula dari mana istilah asing itu?.

Islam agama Cinta
Berbicara agama yang menjadi keyakinan lahir batin dari kita selaku penerus panji Islam adalah keniscayaan yang harus dikaji lebih dalam (memahami secara total) untuk menjadikan Pribadi-pribadi muslim yang Islam.

Ilustrasi sumber Cinta Rumi.

Islam adalah Agama yang datang ke Nusantara tanpa adanya unsur peperangan atau datang secara damai 'adem ayem'. Proses Islamisasi penduduk negeri ini memadu padankan dengan keadaan lingkungan masyarakat (budaya) tanpa merekonstruksi secara 'babi buta' terhadap peradaban pra Islam, sehingga menghasilkan Islam yang menjadikan akulturasi yang begitu harmonis dalam menambah mutu Iman dihadapan Yang Maha Kuasa.

Dr. Haidar Bagir, mengatakan Islam tidak menyisakan ruang sedikitpun untuk kebencian. Sebagai tokoh yang dikenal dengan pemahaman Islam universalnya, sangat menekankan dan menitikberatkan pemahaman tentang Islam adalah agama yang mengutamakan rasa cinta.

Ucapan yang selalu menjadi pembuka dalam setiap melakukan pekerjaan (aktivitas) apapun selalu didahului dengan Basmallah. Pesan tersurat dan tersirat dari ucapan kata Arrahmaan dan Arrahiim, yang memiliki makna Maha Pengasih lagi Maha Penyayang adalah dua nama Asmaul Husna dari Sang Khalik yang 'tertanam' dalam setiap nurani Muslim. Islam memberikan daya tarik tersendiri bagi para pemeluknya dan toleransi terhadap non muslim (Dzimmi), bahkan Islam tidak menuntut untuk menyakiti setiap makhluk dan lingkungan ciptaan Nya. Sungguh Islam agama Cinta!.

Islam menjadikan Cinta sebagai dasar dalam setiap jejak langkah, berbeda dengan stigma yang terus digaungkan bahwa 'Islam agama pedang' adalah propaganda Orientalis yang terstruktur dan tersistematis untuk menghancurkan paradigma Islam di mata Dunia. Selaku generasi Islam kita jangan mudah terprovokasi dengan propaganda itu, sehingga harus 'membuang atau menyembunyikan' identitas Islam yang telah membathin itu.

Jangan sempitkan pemahamanmu tentang Islam, sehingga setiap langkah yang kita lakukan adalah representasi dari Islam itu sendiri. Kesalahan dalam mengartikan Islam secara universal akan 'memangsa' Islam dari peradaban. Jika saja Islam Cinta mulai luntur dari relung hati ini, tentulah Islam ibarat Permata yang hilang.
Semoga Islam tetap abadi dalam relung hati generasi.

Salam Literasi, Bravo Steemian!