Drünken Molen Akibat Bir Pletok Pidi Baiq
Pidi Baiq seorang seniman yang sedang naik daun karena novelnya yang berjudul "Dilanku" diangkat menjadi film drama Indonesia. Dan jujur saja saya tidak menyangka kalau dia sehebat itu. Habis kebanyankan teman mamiku selalu "terlihat biasa walau hebat". Ibarat seperti Ferrari yang menyamar menjadi Avanza dan kawan kawan yang menjadi mobil sejuta umat.
Banyak yang histeris kalau bertemu dengan orang yang satu ini. Bertemu mamiku saja banyak yang kacau apalagi ketemu Ayah Pidi? Masalahnya aku biasa biasa saja dan malah jadi bingung sendiri bukan karena aku tidak hormat tapi karena beliau biasa banget ditambah ada mamiku pula, suasananya jadi terasa biasa saja padahal diriku memang gak tahu harus ngapain apalagi ketika dia memberiku rekomendasi orang orang mungkin suatu hari nanti akan menjadi temanku di Jerman.
Bisa jadi karena aku kebanyakan minum bir pletok yang membuatku berkeinginan untuk matok dalam mimpi karena mengantok. Minuman ini tidak memabukan, terbuat dari berbagai macam rempah yang mungkin diproses secara alami (aku sendiri tidak tahu). Efeknya diriku merasa kedinginan mungkin karena aku minumnya pakai es batu, dan itu kesalahan yang kusuka. Minuman yang seharusnya memberi kehangatan malah membuatku tidak tahu harus bagaimana disamping Ayah Pidi.
Aku belum membaca buku Dilan, tapi diriku sudah membaca buku ini:
Buku yang isinya beneran mabok seperti perayaan "Dirgahayu Bolu Ketek" ini bukan "Basa Basi Bisu" atau mencoba menjadi "Sales Badminton" tapi emang mabok. Mungkin lagi karena Ayah Pidi melakukan kesalahan yang sama denganku saat menulis buku ini: minum bir pletok pakai es batu dimalam yang dingin.
Kayaknya kalau aku terusin bakal semakin ngaco, mendingan aku sudahi saja tulisan ini berhubung aku sudah sariawan. Ini semua gara-gara jadi Drunken Molen hasil minum bir pletok di Panas Dalam bersama Ayah Pidi, dalamnya panas luarnya dingin jadinya panas dingin, dan aku jadi banyak maunya. Mau nulis, mau jalan-jalan, mau ini itu ini itu semau-maunya aku.
Analisisnya tajam juga, Marra, ya, mampu melihat hal-hal sederhana dan mengangkatnya menjadi sebuah fenomena sosial yang keren. Seorang yang cerdas dan kritis ternyata tak memandang usia.
Good Luck @marranarayan manta!
Terima kasih om.
Duh saya saja belum ketemu sama Pidi Baiq. Lain kali ajak saya ya minum bir pletok ini. Biar sama-sama mabok...hahaha
Itu keberuntunganku om.