Hidup Menyadur Mimpi, Bagai Sejarah Buruk yang Dikubur

in #life7 years ago

Hidup moderat adalah hidup mengacu kepada semangat perubahan, kendati perubahan itu sendiri selalu memberikan ketegangan dan perlawanan atas apa yang sudah ada untuk diubah.

Masa depan manusia merupakan impian dan juga kreasi perubahan atas apa yang sudah dimiliki hari ini, karena masa depan meminta juga kemampuan dalam menikmati anasir baru, pola kehidupan untuk masa depan pun menjadi unduh untuk mengupgreat juga mengokohkan pencapaian hari ini.

Sejarah manusia untuk sampai pada hari ini menjadi nilai tambah yang sekaligus nilai evaluasi atas kemungkinan di masa lalu yang telah jadi angin lalu.

Tidak jarang manusia mengharuskan menghancurkan sesuatu yang dimiliki di masa lalu dengan alasan untuk menghadapi apa pun yang terjadi kelak di masa depan.

Sangking ambisinya, manusia juga melengkapi imajinasi dengan pilihan nekat demi pemuasan hasrat pencapaian. Seni juga lahir dari rasa jenuh, pendidikan berkembang menolak kelalaian, arsitektur dan mode mencuci bosan, dengan bualan dan kemampuan mengkonsumsi nilai-nilai kemapanan untuk hidup bebas.

Modernisasi malahan terlampau bercanda dan saling adu lawak atas kekonyolan masa lalu. Di saat manusia berjalan tanpa lagi menggunakan kaki, di saat berpikir pun seakan hanyalah sia-sia, nanti juga manusia mati sebelum waktunya, itulah bahayanya bias dari bius trend.

Haus aktualitas dan korban iklan, walaupun setengah sadar, eksistensi manusia terus saja bergeser, damai seakan menjadi marabahaya jika persaingan dalam aktualitas manusia telah menghempang nilai-nilai luhur kemanusiaan.

Maka lahirlah perang, dimulai dari sindiran cermin di hadapan sosok manusia, tidak jarang suatu kekuasaan mampu runtuh juga sebaliknya mampu tegak sebab pemimpinnya mampu bercermin atas baik ataupun buruknya menjadi manusia.

Mimpi seorang pelancong untuk menetap, itulah mimpi manusia, mimpi singgah duduk minum kopi, ujung lidah memilih pahit atau mengenang manis? Itulah pilihan, semangat mempermak pilihan, semangat menjamah nafsu dari mimpinya, juga semangat menertawakan kegagalan dan kekonyolan ambisi, di ujung gagasan ini ditawarkan iman, satu norma yang mampu mengangkat tanah, darah dan sperma menjadi makhluk mulia di sisi Tuhan.