FONDASI METAFISIKA ACEHNOLOGI : DARI SYEIKH HAMZAH FANSURI KE HEGEL (I :8)

in #life7 years ago (edited)

Pada kesempatan ini kita akan berbicara mengenai spirit studi Islam di Indonesia dengan meralasikannya dengan Acehnologi. Disini, akan diperkenalkan dan memeparkan pemikiran Syeikh Hamzah Fansuri dan Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831). Dua pemikir tersebut memang tidak pernah bertemu dan berada di dalam ruang dan waktu yang berbeda. Hegel mewarnai pemikirannya di benua biru, sedangkan Hamzah Fansuri lebih dikenal di Asia Tenggara. Kedua pemikiran tersebut tidaklah sama. Pada pemikiran Hamzah Fansuri, didasarkan pada ranah tasawuf, sedangkan Hegel dikenal pemikirannya dalam bidang filsafat. Dan yang membedakan diantara keduanya adalah Hegel lebih diterima pemikirannya, sedangkan Hamzah Fansuri dikecam karena telah memperkenalkan doktrin wahdat al-wujud.

Sebenarnya kedua tokoh tersebut tidak ada hubungan sama sekali, apalagi pemikiran Hegel juga tidak ada kaitannya dengan studi Islam, karena pemikiran Hegel hanya diranah phenomenology spirit. Akan tetapi, yang menghubungkan pemikirannya dengan spirit Islam adalah ilmu-ilmu sosial. Dimana ketika ilmu-ilmu sosial digunakan untuk membedah studi Islam, dimasukkanlah pemikiran Hegel didalam studi tersebut, dikarenakan sama-sama bertujuan mencari spirit didalamnya.

Pada kali ini, kita akan menyajikan sepenggal catatan riwayat hidup Hamzah Fansuri dan Hegel. Adapun mengenai Hamzah Fansuri, para sarjana tidak mengetahui pasti kapan dan diaman beliau lahir. Namun jika digali biografi Hamzah Fansuri dari catatn syairnya maka ada kesepakatna bahwa Hamzah Fansuri hidup pada masa Sultan Alauddin Ri`yat Syah (1589-1604) dan beliau memiliki murid yang sangat terkenak adalah Saymsuddin al-Sumatrani (w. 1629).
Era kehidupan Hamzah Fanzsuri berada di awal puncak kerajaan Aceh Darussalam. Karena itu, kerajaan ini disinggahi oleh berbegai pendatang dari Arab, Parsi, Turki, Benggal (India), Pigu, Siam, Portugis, dan Spanyol.

Dalam biografi Hegel, dia lahir pada 27 Agustus 1770 di Struttgart dan meningal pada 14 November 1831 di Berlin. Pada tahun 1788-1793, Hegel belajar teologi di University of Tubingen bersama dengan Holderlin dan Schelling. Saat itu, Hegel mulai mempelajari filsafat Immanual Kant (1724-1804). Di jerman, pemikiran Kant sangat mempengaruhi Hegel, Friedrich Wihelm Joseph Von Schelling (1775-1854), dan Arthur Schopenhauer (1788-1860). Setelah lulus kuliah, Hegel pindah ke Jena, dimana merupakan salah satu kampus yang paling dinamis. Di Jena, Hegel mulai membangun dasar pemikiran filosofinya melalui beberapa publikasi.

Intinya, Hamzah Fansuri dan Hegel merupakan dua pemikir yang telah mempengaruhi pengembangan tradisi ilmu yang mencapai pada tahap peradaban. Dimana Hamzah Fansuri memiliki warisan pemikiran di Aceh yang memiliki dampak ke seluruh penuru Nusantara. Adapun Hegel, pemikirannya berpengaruh yang cukup besar di Jerman dan telah dijadikan seorang rujukan penting dalam tradisi-tradisi ilmu-ilmu sosial di Eropa. Hamzah dan Hegel hidup di masa yang hampir peran agama sangat diperlukan sebagai spirit kehidupan masyarakat. Juga, Hamzah menggabungkan tasawuf ke filsafat, sementara Hegel memasukkan teologi ke filsafat. Dimana penggabungan kedua metode mereka tersebut telah dapat berpengaruh yang cukup besar bagi pengembangan studi agama, baik di Nusantara maupun di Eropa.
syeikh hamzah fansuri.pnghegel.jpg