Panggung masa kecil (Part 3)

in #life5 years ago

images.jpeg
source

Langit mulai gelap, bintang berkelip dari kejauhan, segala hiruk pikuk mencapai puncaknya.

Di belakang pangung, guru pelatih memberi arahan terakhir "Nanti ingat ya, selendangnya ga usah dibuka, langsung aja ke gerakan berikutnya".

Tari Ranup lam Puan, menjadi tugasku dan teman - teman. Sejatinya ada gerakan membuka selendang, tapi batal karena di kepala kami terlalu banyak perhiasan, sehingga membuka selendang menjadi tak mungkin dilakukan di atas panggung.

images (1).jpeg
source

Menari, menghentakkan kaki, memainkan jari seolah sedang membuat sirih, seorang putri berdiri tepat di tengah barisan penari.

Akhirnya tarian usai, kami kembali ke belakang panggung, ibu guru berkata "Rika, cepat bergegas, setelah ini kamu baca puisi..."

Aku menapaki tangga panggung lagi, tapi kini aku sendirian. Berada di tengah panggung, dengan banyak mata menatap padaku.

Sebuah puisi yang diambil dari terjemahan Al Quran, mulai kubacakan, penuh penghayatan. Meski ini bukan pertama kali berada di panggung, tetap saja ada sedikit gugup awalnya.

Gugup ketika memasuki panggung, biasa aku alami, tetapi begitu mulai tampil, rasa itu hilang begitu saja.

Suara tepuk tangan, menandakan akhir penampilanku. Ibuku menanti di belakang panggung, ia memelukku, dan berkata "Anak mamak, bagus kali tadi..."

Ibu guru mengingatkan "Besok baju menari jangan lupa dikembalikan, sekalian dengan perhiasannya".

-Selesai-