Konsekuensi
Setiap selera dan pilihan, biasanya hadir sepaket dengan konsekuensi. Manusia bisa dengan mudah memiliki selera dan dengan bahagia memilih, namun bijak tidaknya ia, bertanggung jawabnya atau tidaknya ia biasanya bisa terlihat ketika berhadapan dengan konsekuensi yang hadir dibelakang pilihan itu.
Saya salut dengan mereka yang memang suka berias. Bermacam-macam nama alat kosmetik yang ia punya. Yang di-apply di wajah saja ada beberapa. Belum yang di mata. Kemudian di alis, bulu mata, bibir, sampai ke pemerah pipi. Jangan suruh saya sebutkan namanya, ya. Qutaqtau apapun selain celak-krim-lipbalm. Wkwk.
Kenapa salut? Bagaimana tidak, setelah subuh mereka sudah terpacak di depan kaca, duduk tegak dan melukis wajah dengan teliti. Sepertinya jika saya yang begitu entah akan serupa ondel-ondel mana. Tapi begitulah, selera dan pilihan berhias, mengharuskan mereka meluangkan waktu lebih lama, bangun lebih pagi dan menyediakan ruangan tas lebih untuk segala perangkat alat make-up itu. Trust me, siapa yang bertahan gak touch-up seharian dengan iklim negara yang dilalui garis khatulistiwa begini? Luntur, cyn.
Itu. Konsekuensi.
Mereka yang siap dengan konsekuensi, akan menghadapinya dengan suka rela, rela bangun pagi, tidak ngedumel dan tidak malah terlambat bertugas karena dandan. Karena dandan adalah pilihan.
Begitupula dengan orang yang menginginkan pasangannya tertata rapi dan enak dipandang (*tertata rapi? Lu kire rak buku, Rin :v), maka konsekuensinya pun ngikut. Mulai dari biaya perawatan yang tidak sedikit; karena harga pupur ga sama dengan terigu, guys, waktu, dan hal-hal lain yang sewaktu dengannya.
Simpelnya, seorang yang memiliki selera makan makanan pedas biasanya akan memilih cabe yang lebih banyak. Dengan konsekuensi hu-hah-hu-hah kepedasan ketika makan, bibir jontor plus hidung berair, bolak-balik kamar mandi karena ternyata perut udah minta maaf ga kuat, atau dompet jebol ketika harga cabe naik gila-gilaan di pasaran.
Nah, karena konsekuensi ini sepaket dengan selera dan pilihan seperti yang tersebut diatas barusan, maka manis rasanya jika kita pun menikmati konsekuensi itu dengan hati lapang tanpa menyusahkan orang lain. Kamu suka dandan, maka silahkan bangun lebih pagi untuk bersiap, bukan meminta orang lain paham karena keterlambatan. Kamu ingin pasangan tertata rapi, terlihat indah dan harum baunya, maka perhatikan dan bantu ia menyediakan kebutuhannya, bukan sibuk membandingkan dengan pasangan orang.
Jadi, apa maksud itu potonya nasi Mandi Kambing, Rin?
Maksudnya, Nasi mandi Kambing ini pun ketika dipilih sudah datang dengan konsekuensi. Apa konsekuensinya? Tinggi karbo dan kalori yang mengharuskan tambah jumlah keliling kampus ketika jogging. Maka dilarang ngeluh-ngeluh. Every choices came with concequences. Pick your choices and face the concequences. Begitu barulah bertanggung jawab namanya. Barulah manis kelihatannya.
Jadi, masihkah diri kita pilah-pilih pengen enaknya aja dan yang ga enaknya dikasihin ke orang? Masih? Mari kita cubit-cubit sayang dulu diri sendiri ini. Semoga setelah itu, bisa menjadi lebih baik di esok hari.
Salam akhir pekan. 😊
Wkakak..terlalu berat yah, kakak ga siap dek, kakak cuma hahihahi, untuk berdandan I say no, tapi kalau untuk makan yes, tapi wajib ada yang tampung juga setelah itu, cari tong brush yang mantap hehehe..
Alamak, berat ya? Kekmana jadi? Kita ringanin sikit? 🙈