PENDAPAT APAYUS TENTANG WAHABI

in #malaysia4 years ago

DItulis 0leh Walid Blang Jruen
Rangkaya Kupi 21augus2020

apayus.jpg

ASAL USUL WAHABI DI NEJED

Diskursus tentang Wahhẚbi selalu saja menarik untuk dicermati, dimana pro dan kontra terus berlangsung tiada henti. Isu Wahhẚbi tidak hanya menarik perhatian kalangan intelektual akademisi, tetapi isu ini juga turut menjadi topik dalam kontestasi politik. Bahkan isu Wahhẚbi juga ikut melahirkan diskusi hangat di kalangan atas menengah dan dikalangan awam yang dalam kondisi tertentu berakhir pada perdebatan tanpa ujung, menyikapi isu ini, masyarakat muslim terbelah dalam dua kutub yang saling bertentangan secara diametral. Satu pihak mendukung Wahhẚbi dan pihak lain lainnya menolak. Disini Saya melihat bahwa dalam konteks Aceh, istilah Wahhẚbi dipahami berbeda-beda oleh masyarakat dan ulama. Bahkan di Aceh juga ada sebagian kalangan ulama dan Umara yang menganggap Wahhẚbi sebagai aliran yang menyimpang, sedangkan dalam berbagai literature mereka disebut gerakan pemurnian agama yang bertujuan menghapus shirk, bid’ah dan khurafat.

Muhammad bin Abdul Wahhab adalah pelopor gerakan Wahhẚbi yang muncul di Nejd , Saudi Arabiya. Menurut Ahmad Amin, gerakan ini menamakan dirinya sebagai muwẚḥḥidủn, sementara istilah Wahhẚbi adalah julukan dari musuh-musuh mereka yang kemudian juga digunakan oleh orang-orang Eropa. Hal senada dikemukakan Hitti bahwa penamaan Wahhẚbi bukan berasal dari mereka sendiri, tapi dari musuh-musuh mereka

Terkait penamaan Wahhẚb ,menurut Hafiz Wahbah Zuhayli sebagaimana dikutip Aboebakar Atjeh, istilah Wahhẚbi tidak dikenal di negeri Arab. Nama ini sengaja dimunculkan oleh pihak yang tidak senang dengan dakwah Muhammad bin Abdul Wahhab .Tapi, di buku lainnya, Aboebakar Atjeh justru menyatakan bahwa orang-orang Wahhẚbi merasa bangga dipanggil dengan nama tersebut . Dari penjelasan inidapat dikemukakan bahwa pada awalnya penamaan Wahhẚbi memang bukan berasal dari mereka sendiri, namun dalam perkembangan selanjutnya, dengan beberapa alasan, para pengikut ajaran ini juga mulai menggunakan nama Wahhẚbi untuk mengi -dentifikasi kelompok mereka.

Apayus menceritakan Mengenai penamaan Wahhẚbi ini menarik juga kita Uraikan pendapat Muhammad bin Sa’ad Asy-Syuwa’ir ianya menyatakan bahwa nama Wahhẚbiyah pada asalnya adalah nama sebuah gerakan Khawẚrij di Afrika Utara pada abad kedua Hijrah yang dinisbatkan kepada Abdul Wahhab bin Abdurahman bin Rustum .Kelompok Wahhẚbi Rustumiyah ini adalah sempalan dari Khawẚrij Ibẚḍiyah yang dipimpin oleh Abdullah bin Wahb Ar-Rasiby yang dikenal dengan kelompok Wahbiyah (bukan Wahhẚbi).Beberapa kalangan yang tidak senang dengan perkembangan dakwah Muhammad bin Abdul Wahhab kemudian melabelkan panggilan Wahhẚbi bagi pengikutnya. Para penentang Muhammad bin Abdul Wahhab ini juga mencari fatwa-fatwa yang menyesatkan Wahhẚbi Rustumiyah untuk kemudian disematkan kepada pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab . Fatwa-fatwa yang menyesatkan kelompok Wahhẚbi ini ditulis jauh sebelum kelahiran Muhammad bin Abdul Wahhab. Asy-Syuwa’ir menyebut bahwa fatwa tersebut di antaranya berasal dari kitẚb al-Mihyar al-Mu’ribfỉ Fatawẚ Ahl al-Maghrib yang ditulis Ahmad bin Muhammad al-Wansyarisy (wafat 914H).

Dalam kitab itu, menurut Asy-Syuwa’ir, gerakan Wahhẚbi tidak bisa dianggap hanya sebatas gerakan keagamaan, tapi telah bermetamorfosis menjadi gerakan politik keagamaan.11Amstrong menjelaskan bahwa Muhammad bin Abdul Wahhab melakukan koalisi dengan Saud untuk mengembalikan Arab kepada ajaran Islam yang sebenarnya.
Pada awalnya, mereka melakukan gerakan pemurnian di Dir’iyah dan Riyaḍ, kemudian di Nejed.

Gerakan ini juga memberlakukan hukum rajm di wilayah kekuasannya. Di bawah pimpinan Saud, gerakan Wahhẚbi bergerak ke luar Nejed. Dalam kurun waktu 60 tahun mereka telah berhasil menguasai seluruh Arabiya, dari Teluk Parsi sampai dengan kota suci Makkah dan Madinah; dan dari Lautan India sampai pegunungan Libanon di Suriah. Wahhẚbi, masih menurut Amstrong saat itu telah menjadi penguasa padang pasir dan menolak mengakui kekuasaan Turki Utsmani di Istambul. Mereka melakukan serbuan ke Mesopotamia dan menghancurkan Karbala sehingga menyebabkan kemarahan dari pihak Turki Utsmani.

Muhammad bin Abdul Wahhab memulai dakwahnya pada 1740 M dan mendapat dukungan dari Muhammad bin Saud pada 1744.13 Setelah terjadi kontak antara Muhammad bin Abdul Wahab dengan Muhammad bin Saud, kemudian gerakan Wahhẚbi melakukan ekspansi militer dari Nejed ke Hijaz serta menguasai Makkah dan Madinah pada 1216 H/1803 M.14 Piscatori menyebut pertemuan Muhammad bin Abdul Wahhab dengan Ibnu Saud sebagai persekutuan bersejarah.

Pada 1804 M Wahhẚbi menguasai seluruh Hijaz dan pada 1811 M kekuasaan Wahhẚbi meluas ke Aleppo di Utara Samudera Hindia dan dari Teluk Persia di Timur sampai Laut Merah.16 Kondisi ini tidak bertahan lama, sebab pada abad ke 13 H/19 M, Wahhẚbi dikalahkan oleh Muhammad Ali Pasya dari Mesir yang berada di bawah kekuasaan Utsmani . Pada saat menyerang Wahhẚbi, Muhammad Ali Pasya turut menggunakan jasa perwira-perwira Eropa untuk menyukseskan misinya. Sejak 1227

Walid Blang Jruen Selaku Penulis mengutip perkataan al-Lakhmiy, Dewan fatwa Andalusia dan Afrika Utara yang wafat pada 478H.9 Adapun Muhammad bin Abdul Wahhab yang ingin dikaitkan dengan Wahhẚbi Rustumiyah justru baru lahir pada 1115 H dan wafat pada 1206 H.10

Wahhẚbi menurut Ulama dan Umara di Aceh berbeda beda pandangantentang mereka disini sangat menarik untuk diteliti dalam rangka mencari sebab-sebab munculnya fenomena penolakan organisasi Ulama dan Umara di Aceh tersebut terhadap Wahhẚbi. Penelitian ini mengang kat judul:“Wahhẚbi menurut Ulama dan Umara Aceh terhadap Implikasinya terhadap Kehidupan Sosial Kegamaan di Aceh.”

Tutur Apayus : Menurut Ulama Aceh Wahhẚbi adalah gerakan keagamaan yang memiliki pemikiran keagamaan yang menyimpang dan sesat. Dalam teologi, Wahhẚbi diyakini menganut pemikiran-pemikiran keagamaan dari Ibnu Taimiyah. Sebagian ulama Aceh menganggap Wahhẚbi sebagai Mujassimah- Musyabbỉhah sementara sebagian lainnya tidak menganggap demikian.

Dalam pandangan Himpunan Ulama Dayah Aceh Wahhẚbi tidak jelas menganut madhhab tertentu dan juga tidak menganut Mazhab ῌanbali secara konsisten. Dalam bidang fiqh, Wahhẚbi dianggap melakukan talfỉq mazhab (percampuran mazhab). HUDA (Himpunan Ulama Dayah Aceh) memandang Wahhẚbi sebagai kelompok yang suka membid‘ahkan amalan dan tradisi dayah serta mensyirikkan dan bahkan mengkafirkan umat Islam.