Situs batu kujang ll
Batu Kujang II, Ratu Murda Ratu Mulia Sari Ningrum
Di tengah sejuknya udara setempat, Anda
akan melihat sebuah situs yang dibatasi
struktur batu sehingga lahan ini membentuk
punden berundak. Bentuk lahannya terbagi
menjadi dua, dengan bagian pertama yang
terletak di bagian timur situs dan bagian
kedua di bagian barat situs.
Kedua bagian itu dibatasi oleh tanggul batu.
Di situs ini terdapat puluhan menhir yang
berukuran cukup besar. Namun begitu,
penemuan yang paling penting ada di teras
keempat atau yang tertinggi, di mana
terdapat struktur batu melingkar
berdiameter 2 m yang di tengahnya terdapat
menhir dengan bentuk menyerupai kujang
setinggi 208 cm, yang oleh masyarakat
setempat disebut Batu Kujang. Di sebelah
timur batu kujang terdapat menhir
berukuran tinggi 52 cm. Di teras ini pula
terdapat batu alam berjajar.
Tinggalan lain di teras ini adalah batu jolang
berukuran 180 cm x 107 cm dengan
kedalaman lubang 14 cm.Yang lebih unik, di
lokasi ini juga terdapat batu alam berukuran
180 cm x 75 cm yang oleh masyarakat
disebut batu maya.Di area situs ditemukan
sejumlah batu menhir dan dolmen yang
tersebar di atas punden berundak. Di sisi
selatan punden ini ditemukan struktur batu
menyerupai anak tangga yang diduga
sebagai jalan masuk utama ke kompleks
pemujaan ini.Pada teras tertinggi, di atas
struktur susunan batu melingkar
berdiameter 6 m, terdapat menhir setinggi
2,08 m dengan ketebalan 17 cm. Menhir ini
menyerupai kujang yang berdiri tegak
dengan lebar bagian atas 8 cm, bagian
tengah 66 cm, dan bagian bawah 44
cm.Sejumlah ahli arkeologi menduga bahwa
tidak tertutup kemungkinan bahwa bentuk
kujang yang kini menjadi senjata khas
masyarakat Sunda diambil dari bentuk
peninggalan ini.
Dugaan itu berdasarkan sejumlah
peninggalan di sekitar Batu Kujang yang
menyerupai senjata tajam masa kini seperti
mata bajak, kapak, dan sabit.Dua teras di
bawah Batu Kujang misalnya, terdapat tiga
batu menhir berbentuk pipih dan tajam di
bagian atas. Sebuah batu menhir setinggi
130 cm diapit oleh dua batu menhir yang
masing-masing setinggi 53 cm dan 89 cm.
Dari kejauhan, ketiga menhir ini berbentuk
seperti mata trisula yang tertancap di sisi
selatan punden.
Kuatnya pengaruh legenda Prabu Siliwangi
membuat masyarakat sekitar percaya bahwa
Batu Kujang merupakan simbol dari tokoh
legendaris itu. Bahkan, tempat ini disebut-
sebut sebagai salah satu basis pertahanan
Sang Prabu dengan patih dan prajuritnya.
Meski demikian dalam penelitian arkeologi,
di sekitar situs ini tidak ditemukan perkakas
yang menandai adanya perkampungan pada
masa itu.
Kisah..Dahulu kala, di kaki gunung Salak
bagian Utara tersebutlah sebuah padepokan
yang dihuni oleh puluhan Resi. Selain
tempat tinggal, padepokan itu juga menjadi
tempat bagi para pembesar di kerajaan
Paran Siliwangi (cikal bakal kerajaan
Taruma Negara dan Padjajaran) meminta
masukan dan nasehat tentang urusan
kenegaraan. Peran para Resi jika
diperbandingkan dengan kehidupan modern
sekarang ini adalah seperti DPR. Ia
menjalankan fungsi legislatif. Sedangkan
yang menjalankan peran eksekutif adalah
golongan pembesar yang biasa disebut
Prabu. Ada satu lagi golongan yaitu
Sanghyang. Para sanghyang adalah hakim
yang menjalankan fungsi Yudikatif.
Singkatnya; Prabu, Resi dan Sanghyang
adalah TRI TANGTU BUANA (gambaran
awal trias politika) yang dicetuskan oleh
orang Sunda dahulu.