Young Student Action Cares for The Environment and Nature (Bilingual) #MyPictureDay 1
Incredible is the sentence that I deserve to say for the attitude and activities undertaken by the students in Junior High School 6 Junior High in Tenggulun Sub District, Aceh Tamiang Regency, Aceh Province. Imagine, their age is still very young but they already have an understanding of the consciousness of creating a great environment. The attitude is inseparable thanks to the principal's role and initiation from the Leuser Conservation Forum Foundation (FKL). This foundation is known to be very active in guarding and playing a major role in maintaining and maintaining Aceh's forests, especially the Leuser Ecosystem Area (KEL). This area is an area of protection and an ideal place for the survival of endemic flora and fauna whose existence is very rare such as Orangutan, Sumatran Tiger, Sumatran Elephant and Sumatran Rhino.
Luar biasa adalah kalimat yang pantas saya ucapkan atas sikap dan kegiatan yang dilakukan oleh para pelajar di Sekolah Menengah Pertama (SMP) 6 Kejuruan Muda di Kecamatan Tenggulun, Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh. Betapa tidak, usia mereka masih sangat muda tapi mereka sudah memiliki pemahaman tentang kesadaran menciptakan lingkungan yang hebat. Sikap tersebut tidak terlepas berkat peran kepala sekolah dan inisiasi dari Yayasan Forum Konservasi Leuser (FKL). Yayasan ini dikenal sangat aktif mengawal serta berperan besar dalam merawat dan menjaga hutan Aceh terutama Kawasan Ekosistem Leuser (KEL). Kawasan ini merupakan area perlindungan dan menjadi tempat yang ideal bagi keberlangsungan hidup flora dan fauna endemik yang keberadaannya sudah sangat langka seperti Orangutan, Harimau Sumatera, Gajah Sumatera hingga Badak Sumatera.
In this visited area, as far as the eye looked at the expanse of palm oil stretched. This is really sad. Not infrequently, protected forest areas and forbidden to be felled even rolled to plant oil palm. Look at the pictures I take, the road flanked on both sides by oil palm is always flooded every year. This is because palm oil has a very large amount of groundwater properties during the dry season so that the growing soil is damaged, but palm oil is not able to absorb water properly as trees and other plants during the rainy season so that floods can not be avoided.
Di daerah yang saya kunjungi ini, sejauh mata memandang hamparan kelapa sawit terbentang luas. Ini benar-benar menyedihkan. Tak jarang, kawasan hutan lindung dan haram untuk ditebang malah dibuka beramai-ramai untuk ditanami kelapa sawit. Lihat gambar yang saya ambil, jalan yang diapit di kedua sisi oleh kelapa sawit ini setiap tahunnya selalu dilanda banjir. Hal ini terjadi karena kelapa sawit mempunyai sifat mengambil air tanah dalam jumlah yang sangat banyak saat musim kemarau sehingga tanah yang ditumbuhinya rusak, tapi kelapa sawit tidak mampu menyerap air dengan baik seperti pohon dan tanaman lainnya saat musim hujan sehingga banjir tidak dapat dihindari.
Back to the story, Wednesday, February 28, 2018 I was invited by FKL to Junior High School 6 Kejuruan Muda in Aceh Tamiang. There are waiting for dozens of students who will act in a movement called Green School Movement. They will cut down a dozen palm trees growing around their school. There is also a cutting machine, workers and plant seeds that will replace oil palm. Just as you know, the plants that produce the fruit as a raw material of cooking oil is already expanding the region of Aceh on a large scale. The land of Aceh is getting barren and the weather is getting hotter due to the presence of oil palms.
Kembali ke cerita awal, Rabu, 28 Februari 2018 tadi saya diajak oleh FKL ke SMP 6 Kejuruan Muda di Aceh Tamiang. Disana sudah menunggu puluhan pelajar yang akan beraksi dalam sebuah gerakan yang diberi nama Gerakan Sekolah Hijau. Mereka akan menebang belasan pohon kelapa sawit yang tumbuh di sekeliling sekolah mereka. Disana juga sudah ada mesin pemotong, para pekerja dan bibit tanaman yang akan menggantikan kelapa sawit. Sekedar anda ketahui, tanaman yang menghasilkan buahnya sebagai bahan baku minyak goreng ini sudah mengekspansi wilayah Aceh secara besar-besaran. Tanah Aceh semakin tandus dan cuacanya semakin panas karena keberadaan kelapa sawit.
Students are not only given knowledge and knowledge about how to maintain and care for the environment and forests that balance the human life of the world, but they also have direct practice on caring for profitable plants and trees other than oil palms whose existence has many negative impacts. They are given basic training ranging from making natural mixtures of fertilizers, planting beneficial trees and watering trees that have been planted. A very valuable lesson because the younger generation like this has gained knowledge and experience that is very expensive because it is very rare we find schools that implement activities like this.
Para pelajar tidak hanya diberikan pengetahuan dan ilmu tentang bagaimana menjaga dan merawat lingkungan dan hutan yang menjadi penyeimbang kehidupan manusia di dunia, tapi mereka juga mendapat praktek langsung tentang merawat tumbuhan dan pohon yang menguntungkan selain kelapa sawit yang keberadaannya menimbulkan banyak dampak yang negatif. Mereka diberikan pelatihan dasar mulai dari membuat campuran pupuk alami, menanam pohon yang bermanfaat serta menyiram pohon yang sudah ditanam. Mereka menanam pohon mangga dan durian. Pelajaran yang sangat berharga karena generasi muda seperti ini telah mendapatkan ilmu dan pengalaman yang sangat mahal harganya karena sangat jarang kita temukan sekolah yang menerapkan kegiatan seperti ini.
And, hopefully more schools are conducting activities outside the official lessons at school, in order to create a younger generation in Aceh, especially those who have more awareness of environmental sustainability, which in truth becomes the best legacy for our children and grandchildren later.
Dan, semoga saja semakin banyak sekolah yang mengadakan kegiatan di luar pelajaran resmi di sekolah, demi menciptakan generasi muda di Aceh khususnya yang lebih memiliki kesadaran terhadap kelestarian lingkungan, yang sejatinya menjadi warisan terbaik bagi anak cucu kita nanti.
This Photo Was Taken Using Nikon D3300.
Wednesday, February 28, 2018.
Tenggulun Sub District, Aceh Tamiang Regency, Aceh Province, Indonesia.
Luar biasa, mudah mudahan bisa menjadi inspirasi bagi sekolah lain nya, generasi cinta lingkungan
Semoga saja bg @masrijafar. Dinas Pendidikan harus lebih andil dan berada di garda terdepan untuk menjalankan program yang bermanfaat seperti ini.
Mantap, koh sawet tapula mamplam bang @zamzamiali, teuma ek ditimoh njan bro.. :D
Semoga saja beu di timoh bg @dilimunanzar. Kaleuh di meujanji sebab akan disiram sabe bak kaye yang ji pula nyan. Hehehe..
He he he he, semoga jiteubiet bungong mamplam njang jai, dan boleh pieh maneh lagee ureung pula..
Meet up Aceh tengah nujak? Kebetulan saya dan kawan kawan dari Lhokseumawe ikutan, seperti biasa pakai limosin Meet up Hunter :D
Amin, seoga saja beu lage nyan bg @dilimunanzar.
Menyoe hana halangan dan hana kegiatan laen, lon usahakan merapat syit bg, dari Kutaradja. Nyan Limosin neu jok poding ile beh. Hehehe..
Dang dang trok atra barow hai bro, atra loen pesan bak tu Stephen Kendal :D
Omaaaan, menyo nyan sep brat bereh ta drift di enang enang inteuk bg @dilimunanzar. Hehe...
Jalan KKA rencana bro.. Ha ha ha ha.. Puncak hill resto bakalan jadi tempat ngopi sambil ngepost dihutan Nisam antara bang :D