Hujan adalah nikmat dari Allah, hujan adalah sumber kehidupan.
Hujan merupakan anugerah yang diberikan Allah SWT bagi semua makhluk di alam semesta. Tetesan air yang turun dari langit menjadi sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup. Berkat kekuasaan Sang Khalik, setiap saat miliaran liter air berpindah dari lautan menuju atmosfer lalu kembali lagi menuju daratan. Kehidupan pun bergantung pada daur air ini.
Harun Yahya dalam The Signs in The Heavens and the Earth for Men of Understanding, membuktikan kebenaran dan kesesuaian ayat-ayat Alquran yang menjelaskan fenomena hujan dengan sains modern.
''Andai manusia mencoba mengatur daur di alam semesta, maka tak akan pernah berhasil, walaupun mengerahkan semua teknologi yang ada di bumi,'' paparnya.
Tanpa harus menggunakan biaya dan teknologi, makhluk hidup di bumi bisa menikmati air melalui proses penguapan. Menurut Harun, setiap tahunnya 45 miliar liter kubik air menguap dari lautan. Air yang menguap tersebut dibawa angin melintasi daratan dalam bentuk awan. Setiap tahun 3-4 miliar liter air dibawa dari lautan menuju daran untuk dapat dinikmati dan dimanfaatkan manusia.
Untuk itulah Alquran mengajak manusia untuk mensyukuri hujan sebagai karunia yang diberikan Allah kepada makhluk-Nya. Dalam Alquran surat Al Waaqi'ah ayat 68-70 Sang Khalik berfirman,''Maka terangkanlah kepada-Ku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkannya? Kalau Kami kehendaki, nisaya Kami jadikan dia asin, maka mengapa kamu tidak bersyukur.''
Menurut Harun, Alquran dalam surat Az-Zukhruf ayat 11 mendefinisikan hujan sebagai air yang dikirimkan ''menurut kadar.'' Dalam ayat itu Allah berfirman, ''Dan Yang menurunkan air langit menurut kadar (yang diperluka).'' Harun menjelaskan, firman Allah SWT itu sangat sesuai dengan hasil kajian ilmu pengetahuan modern.
Betapa tidak. Hujan turun ke bumi dengan takaran yang tepat. Takaran pertama yang berhubungan dengan hujan tentulah kecepatan turunnya. Menurut Harun, benda yang berat dan ukurannya sama dengan air hujan, bila dijatuhkan dari ketinggian 1.200 meter, akan mengalami percepatan terus menerus dan akan jatuh ke bumi dengan kecepatan 558 km/jam.
''Akan tetapi rata-rata kecepatan jatuhnya air hujan hanyalah 8-10 km/jam,'' papar Harun. Ia menjelaskan, air hujan jatuh kebumi dengan kecepatan yang rendah, karena titik hujan memiliki bentuk khusus yang mampu meningkatkan efek gesekan atmosfer dan membantu hujan turun ke bumi dengan kecepatan yang lebih rendah.
Harun menuturkan, ''Andaikan bentuk titik hujan berbeda, atau andaikan atmosfer tak memiliki sifat gesekan, maka bumi akan menghadapi kehancuran setiap hujan turun.'' Menurut dia, ketinggian minimum awan hujan adalah 1.200 meter. Efek yang ditimbulkan satu test air hujan yang jatuh dari ketinggian tersebut sama dengan benda seberat satu kilogram yang jatuh dari ketinggian 15 cm.
''Awan hujan pun dapat ditemui pada ketinggian 10 ribu meter. Pada kasus ini, satu tetes air yang jatuh akan memiliki efek yang sama dengan benda seberat satu kilogram yang jatuh dari ketinggian 110 cm,'' tutur Harun. Ia menambahkan, dalam satu detik, kira-kira 16 juta ton air menguap dari bumi.
Jumlah itu, ungkap Harun, sama dengan jumlah air yang turun ke bumi dalam satu detik. ''Dalam satu tahun, diperkirakan jumlah ini akan mencapai 505x1.012 ton. Air terus berputar dalam daur yang seimbang berdasarkan takaran.''
Para saintis telah mempelajari beragam jenis awan. Selain itu, kalangan ilmuwan juga meneliti proses terbentuknya awan dan bagaimana hujan terjadi. Secara ilmiah, saintis memaparkan proses terjadinya hujan dimulai dari awan yang didorong angin. Awan Cumulonimbus terbentuk ketika angin mendorong sejumlah awan kecil ke wilayah awan itu bergabung hingga kemudian terjadi hujan.
Tentang fenomena pembentukan awan dan hujan itu, Alquran pun menjelaskannya secara akurat. Simaklah Alquran surat Annur ayat 43. ''Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)-nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih. Maka, kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan, seperti) gunung-gunung. Maka, ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan."
Menurut Harun Yahya, manusia baru mengatahi tahapan pembentukan hujan setelah radar cuaca ditemukan. Namun, Alquran telah menjelaskan secara detail pada 14 abad silam. Berdasarkan pengamatan radar, papar Harun, pembentukan hujan terhadi dalam tiga tahap. ''Pertama, pembentukan angin; kedua, pembentukan awan; ketiga, turunnya hujan,'' papar Harun.
Jauh sebelum manusia mengetahui itu, Allah SWT dalam surat Ar-Ruum ayat 48 berfirman, '' Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira.''
Harun menjelaskan ayat itu sangat sesuai dengan pemantauan radar cuaca. Tahap pertama pembentukan hujan dijelaskan lewat , ''Allah, Dialah yang mengimkan angin...'' Tahap kedua dijelaskan dalam, ''...lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal...'' Tahap ketiga, ''... lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya.''
Sungguh Allah SWT Mahakuasa atas segala sesuatu.
Di balik dampak negatif yang diakibatkan air hujan, ternyata mesti diakui ada sisi dan manfaat positif dari curah hujan. Penegasan perihal fakta tentang manfaat air hujan ini, antara lain, bahkan ditegaskan langsung dalam Alquran.
Mengutip Ensiklopedia Mukjizat Alquran dan Hadis, hujan disebutkan dengan ragam penamaan dalam Alquran, seperti al-ma' ath-thahur dan al-ma' al-furat. Arti kata dari al-ma' ath-thahur yaitu air yang suci dan bersih. Ini merujuk pada surah al-Furqan ayat 48.
"Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira, dekat sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan). Kami turunkan air yang amat bersih dari langit."
Para ilmuwan menjelaskan air hujan adalah tetesan air hasil penyulingan yang dibuat oleh Allah SWT atau al-ma' al-muqthir. Air hujan menjadi pembersih dan pembasmi kotoran terbaik yang mampu mensterilkan bumi yang tercemar. Proses jatuhnya air hujan pun cukup rumit. Bahkan, jika dibandingkan dengan penelitian ilmuwan mengenai air jernih, air yang paling baik untuk membersihkan adalah dari air hujan.
Akan tetapi, memang kondisi dan kualitas air hujan saat ini sudah berbeda jauh. Jika dalam Alquran ditegaskan air hujan sangat bersih, saat ini akibat pencemaran lingkungan. Sebelum jatuh ke bumi, air hujan telah mengisap material dan gas sulfur serta zat tambang lainnya seperti timah beracun.
Saat berproses, air hujan bercampur dengan zat kimia dan garam yang mengandung material padat. Rasa air hujan pun menjadi tak terasa nikmat untuk diminum. Berbeda dengan air hujan yang telah diserap dalam tanah dan menjadi mata air.
Kedua, air hujan disebut pula dengan istilah al-ma' al-furat. Al-ma' al-furat berarti air segar dan nikmat untuk diminum. Dalam buku yang sama dijelaskan ilmuwan telah meneliti air hujan dapat memperbarui organ-organ di dalam tubuh daripada air biasa.
Fakta itu seperti diperkuat oleh surah al-Anfaal ayat ke-11. "Ingatlah ketika Dia menjadikan kamu mengantuk sebagai ketenteraman dari-Nya dan Allah menurunkan hujan dari langit kepada kalian untuk menyucikan kalian dengan hujan itu dan menghilangkan gangguan-gangguan setan dari kalian, juga untuk menguatkan hati kalian dan memperteguh telapak kaki kalian."
Ayat tersebut menjelaskan air hujan adalah air yang ditujukan untuk menyucikan diri. Air hujan juga dapat dijadikan sebagai sumber energi. Air hujan dapat berpengaruh terhadap ketahanan dan kekuatan manusia untuk mengokohkan kedua kakinya ketika menghadapi musuh.
Penggunaan istilah yang sama juga dapat ditemukan dalam surah al-Mursalaat ayat 27. "Dan Kami jadikan padanya gunung-gunung yang tinggi, dan Kami beri minum kamu dengan air yang tawar."
Menurut Prof Quraish Shibah dalam Tafsir al-Mishbah, kata thahura yang terdapat dalam surah al-Furqaan ayat 48 di atas mengacu pada air yang turun dari langit ketika pertama kali terbentuk. Ketika itu, air hujan merupakan air yang sangat bersih serta bebas kuman dan polusi.
Meskipun ketika turun air tersebut telah membawa benda-benda dan atom-atom di udara, air hujan tersebut tetap sangat suci dan dapat digunakan untuk menyucikan najis.
Ayat tersebut menjelaskan bahwa air menjadi bagian dari kebutuhan hidup makhluk. Ayat tersebut dimulai dengan menyebutkan turunnya air ke bumi, lalu pemberian minum binatang, selanjutnya manusia. Ayat tersebut juga menjelaskan bahwa air hujan menyerap ke dalam tanah. Tanah dan air dibutuhkan untuk tumbuhan hidup.
Dan, air hujan menjadi faktor utama bagi ekosistem alam beserta makhluk hidup di dalamnya. Tumbuhan dan binatang membutuhkan air untuk hidup. Kedua makhluk itu, bila berkembang tumbuh dengan baik berkat air hujan yang turun dan diserap tanah, akan menjadi konsumsi manusia.
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/18/10/05/pg45rh313-manfaat-hujan-menurut-alquran