Dusun Tanah Merah dan Aman Jadun
Dusun Tanah Merah adalah sebuah perkampungan kecil yang berada di Desa Lubuk Pusaka Kecamatan Langkahan, yang dulunya adalah kecamatan Tanah Jambo Aye, dan sekarang adalah Kecamatan Langkahan. Dulu Tanah Merah ini adalah sebuah hitan belantara yang sangat lebat. Lalu seseorang datang untuk membuat hutan belantara itu menjadi sebuah kampung, dia adalah Aman Jadun tetapi dia tidak hanya sendirian untuk membuat hutan belantara menjadi sebuah kampung, dia bersama teman-temannya yaitu, Aman Rutih, Aman Jani, dan Aman sari, mereka berempat adalah orang terpenting di Tanah Merah, karena dengan usaha dan kerja keras mereka Tanah Merah yang dulunya adalah sebuah hutan belantara menjadi tempat tinggal atau sebuah perkampungan.
Pada masa penjajahan Jepang tahun 1952 Aman Jadun menerima surat dari para gurunya yaitu Pang Akob, Pang Cik, Pang Bin, dan Pang Latih. Mereka menyuruh Aman Jadun untuk pindah ke rubek yang berada di Aceh Timur, yang sebenarnya bukanlah tanah kelahiran Aman Jadun pada kala itu. Lalu para gurunya menyuruh Aman Jadun untuk tinggal di Lubuk Pusaka, Selmak, sampai ke Sarah Raja, di ketiga desa itu. Kenapa dinamakan Desa Lubuk Pusaka, karena itu adalah pusakanya anak Gayo, maka dari itu dinamakan Lubuk Pusaka, dan sekarang hanya tinggala Aman Jadun sendirilah pusakanya anak gayo, dan dulunya tidak ada suku lain selain suku gayo yang ada di Tanah Merah, tetapi dengan seiring berjalannya waktu bnyak suku-suku selain suku gayo yang tinggaldi Tanah Merah
Pada masa itu tidak ada salah satu orangpun yang berada di Tanah Merah, karena dulunya Tanah Merah adalah sebuah hutan belantara, lalu Aman Jadun Dan Ketiga Temannya menebas menebang pohon-pohon yang berada di hutan itu. Lalu Aman Jadun membuat rumah panggung sederhana yang terbuat dar kayu, yang kayu kayu itu diambil dari hutan belantara yang sudah di tebasatau tebang oleh mereka. Setelah itu aman jadun langsung pindah ke rumah yang sederhana itu, dia membawa istrinya dan ketujuh anaknya, untuk menetap di tengah-tengah hutan tersebut. Dan hanya ada satu rumah saja yang ada di situ. Karena tidak ada orang lain selain Aman Jadun dengan istri dan anak-anaknya.
Aman Jadun adalah seorang petani biasa, sama lainnya juga seperti petani-petani lainnya. Dia bernama H. Saleh Suddin ia kelahiran Suka Jadi, 01 Mei 1933. Dia mempunyai istri yang bernama HJ. Salamah. Orang biasa memanggilnya dengan sebutan Aman Jadun, nama Aman Jadun berasal dari anak pertamanya yaitu Muhammad Jadun, jadi orang-orang memanggilnya dengan sebutan Aman Jadun. Aman jadun terlahir dari keluarga yang biasa-biasa saja, dia memiliki rumah panggung yang sangat sederhana yang terbuat dari kayu-kayu.
Pada masa itu Aman Jadun memiliki 7 anak yang masing-masing adalah putra dan putrinya. Karena hanya ada satu rumah yaitu rumah mereka yang tinggal di Tanah Merah, ketika salah satu anaknya medengar suara adanya suara but anaknya Muhammad harun langsung berlarian ke tepi sungai hanya untu melihat but itu lewat.
Aman Jadun sering meninggalkan istrinya dan anak-anaknya untuk mencari sesuap nasi, dia selalu membawa anak sulungnya yang bernama Muhammad Jadun untuk menemaninya pergi mencari sesuap nasi. Mereka pergi ke Lhoknibong untuk membeli beras dan makanan, Aman Jadun dan anaknya pergi ke Lhoknibong dengan menggunakan perahu melalui sungai. Karena pada masa itu tidak ada jalan yang bisa untuk dilewati yang ada hanyalah hutan-hutan belantara, jadi mereka pergi dengan menggunakan rakit melalui sungai untuk sampai ke Lhoknibong. Ketika pulang juga Aman Jadun menggunakan perahu lalu mereka membawa kayu kayu rakit untuk di bawa pulang kerumah.
Begitulah kisah perjuangan Aman Jadun, dan ketiga teman-temannya dalam usaha mengubah hutan belantara menjadi sebuah kampung, yang sekarang adalah Desa Lubuk Pusaka Dusun Tanah Merah Kecamatan Langkahan, yang dulunya hanya ada satu rumah yaitu rumah Aman Jadun, dan sekarang dengan seiring berjalannya waktu sudah banyak perumahan di Tanah Merah. Dan Aman Jadun adalah orang yang tertua di kampung tersebut.
By : Qurrata Hartini