Bohong, dibohongi, salah, atau who the fuck care?

in #penipuan6 years ago (edited)

Ini pertanyaan yang jawabannya amat komplex.

Pertanyaan ini mengingatkan saya kepada ucapan seseorang ahli bahasa.

Menurut orang itu, kalau seseorang amat pintar menipu, banyak orang akan berpikir itu bukan penipuan.

Apa artinya?

Kalau penipu amatir, dia menipu, kita tahu itu penipuan, dan masuk penjara. Kalo penipu proffesional, sesudah dia menipu, dia menipu lagi masyarakat seolah olah itu bukan penipuan dengan berbagai trick. Penipuan yang berlapis lapis lapis akan tidak dianggap penipuan.

Jadi kalau ada orang memberi informasi ngaco lalu anda tidak menganggap itu penipuan, ada dua kemungkinan. Orang itu innocent, atau penipu yang sedemikian pintarnya, penipuannya tidak dianggap penipuan lagi.

Contoh. Bisa jadi Prabowo sebetulnya sudah tau kasus Ratna Hoax. Dia menipu kita. Lalu sesudah itu menipu kita lagi dengan berpura pura dibohongi. Bisa juga dia betul betul tertipu Ratna dan sebetulnya innocent. Dalam kasus pertama, Prabowo menipu berlapis lapis. Dan karena itu tidak dianggap menipu.

Sebetulnya kemungkinannya tidak hanya dua itu saja. Bisa jadi Prabowo tau atau, "seharusnya tau", atau "patut menduga", atau "tidak mau tahu". Ini strategy yang sering kali dilakukan banyak orang. Oleh karena itu, banyak orang tidak percaya orang lain. System yang mengandalkan kepercayaan dan kejujuran orang biasanya gagal. http://forum.detik.com/80-kantin-kejujuran-bangkrut-t185503.html?&page=9

Itu mengapa saya tidak percaya penuh satu orang pun. Saya lebih percaya benda benda mati, seperti rekaman CCTV Ratna, atau foto bugil Firza, dari pada keterangan polisi atau bieb bieb. Soal presiden saya percaya pada yang hasilnya sudah kelihatan saja dari pada opini siapapun.

Sering kali perbedaan antara menipu dan "salah" lebih ke "philosophical" dari pada faktual.

Lucunya lagi, bukti bahwa sesuatu bukan penipuan malah sering kali bukti yang sama kalau sesuatu itu penipuan dalam arti luas. Adanya upaya menutupi sesuatu mempersulit pembuktian penipuan utama tetapi memperkuat unsur penipuan secara keseluruhan. Contohnya adalah kasus pembunuhan Jamal Kashogi. CCTVnya hilang.

Hilangnya CCTV dan dipulangkannya pekerja konsulat mempersulit pembuktian kalau pemerintah Arab berbohong waktu mengatakan kalau Kashogi tidak dibunuh konsulatnya. Tetapi kita kan bisa berpikir. Mengapa CCTV bisa hilang? Pas ada orang hilang? Mengapa pekerja konsulat disuruh pulang lebih cepat? Adanya tindakan tindakan seperti itu menunjukkan kalau pemerintah Arab memang menipu. https://www.liputan6.com/global/read/3663915/kasus-jurnalis-jamal-khashoggi-cctv-dicuri-dari-konsulat-arab-saudi-di-turki

Dalam kasus Mirna, Jesicca membuang celana jeans dia. Ini kemudian dijadikan bukti untuk menghukum Jesicca.

Satu orang bilang sesuatu penipuan. Orang lain bilang bukan. Bisa jadi dua duanya benar. Effeknya terhadap orang yang percaya, sering kali sama saja. Kalau anda beli dan makan taik yang anda kira coklat, mau itu penipuan, atau kesalahan, effeknya kan sama saja. Itu mengapa banyak orang mengartikan penipuan dalam arti luas dan banyak lagi memakai definisi yang sempit.

Menipu itu bisa dalam arti luas dan sempit. Dalam arti luas, segala upaya menyesatkan orang, baik sengaja maupun tidak sengaja, untuk memilih strategy yang merugikan target itu penipuan.

Menipu dalam arti itu artinya luas sekali. Opini yang bias, misalnya, sering dianggap penipuan oleh scientist. Banyak orang secara tidak sadar sering menipu dirinya sendiri. Ini supaya dia bisa lebih meyakinkan orang lain.

Ini terjadi apa bila cost dari kesalahan umumnya ditanggung orang lain. Contoh penipuan seperti ini sering terlihat dalam sales. Seorang sales mungkin "betul betul percaya" kalau produknya bagus. Meskipun produknya jelek.

Seorang sales bisa menjual bongkahan "emas" yang sebetulnya berisi timah. Di sini, selama si sales tidak tahu emasnya timah, dia tidak akan dianggap menipu. Banyak orang menganggap si sales tidak berbohong karena dia benar benar percaya produknya bagus.

Si sales akan punya incentive kuat untuk percaya itu emas meskipun dia seharusnya tau, atau pantas menduga kalau itu timah. Sales tersebut akan "tidak mau tahu" bongkahannya emas atau timah.

Kesalah pahaman ini merugikan konsumen. Kalau toh salah, salesnya tidak rugi.

Banyak psycholog menganggap, sikap tidak mau tahu, patut menduga tapi tidak menyampaikan ini tetap penipuan. Banyak konsumen tetap menganggap ini penipuan karena mereka bisa dirugikan. Tetapi hukum belum tentu menganggap ini penipuan.

Kalau penipuan dalam arti luas semua dianggap penipuan, ya penjara penuh. Majoritas dari kita bias, subjective. Tetapi kalau tidak dianggap penipuan, kita punya masalah lain. Majoritas opini orang ngaco. Dan majoritas orang ngaco bukan karena mereka bodoh, tetapi karena mereka subjective dan punya konflik kepentingan dengan kita.

Anda bisa baca konsep ini di https://en.wikipedia.org/wiki/Self-deception . Majoritas orang itu delusional. Mereka percaya banyak hal tanpa bukti. Mereka percaya itu karena kepercayaan tertentu menguntungkan atau bersimbiosis dengan kepentingan mereka. Jadi mereka tidak peduli kebenaran kasus mereka dan percaya saja.

Ada banyak contoh dimana seseorang menipu dalam arti luas tetapi tidak dianggap menipu oleh banyak orang.

Misal Bobby jualan taik untuk dimakan.

Bisa tidak Bobby menjual taik tanpa menipu? Dalam arti luas tidak bisa. Semua yang Bobby lakukan untuk membujuk orang untuk makan taik adalah penipuan. Kita tahu orang tidak akan mau makan taik kalau mereka tau itu taik. Jadi apapun yang Bobby lakukan untuk membujuk orang adalah penipuan.

Dalam arti sempit, Bobby bisa melakukan banyak hal, sehingga tidak dianggap menipu. Sebetulnya hal hal yang Bobby lakukan itu malah menunjukkan kalau Bobby menipu dalam arti luas. Tetapi hal hal tersebut justru yang menyebabkan banyak orang tidak menganggap Bobby menipu.

Contoh.

Bobby bisa melapisi taiknya dengan coklat dan tidak ngomong apa apa.

Bobby secara teknis tidak menipu. Kan dia tidak ngomong apa apa? Orang melihat coklat, beli makan. Salah orangnya dong tidak test di lab dulu itu coklat hanya lapisan.

Masih mikir si Bobby nipu? Bobby tinggal tambah "lapisan"

Bobby bayar agent. Agennnya suruh jualan. Si agen yang dapat komisi bilang ini coklat murni. Si konsumen beli makan.

Apakah Bobby berbohong? Tidak. Bobby tau itu taik. Tapi dia tidak ngomong. Si agen tidak berbohong karena dia tidak tahu itu taik. Tidak ada yang bohong.

Tapi kalau kita lihat secara keseluruhan kita seharusnya curiga. Ngapain si Bobby pake agen jualan coklat? Itu bukti kalau dia betulnya tau itu taik dan ingin orang lain beli.

Nah kalau sudah begini benar salahnya jadi rumit. Pengadilan di indonesia mungkin memutuskan Bobby menipu, atau mungkin tidak. Ada beberapa kasus yang saya tau seperti ini.

Dalam kasus first travel kemungkinan yang jualan agen agen first travel yang betul betul percaya customer akan umroh. Sebetulnya agen agen first travel itu, meskipun tidak tahu, "seharusnya tau", kalau banyak orang terlambat untuk diberangkatkan. Tetapi mereka tetap percaya kalau produk yang mereka jual legit. Dalam kasus ini, first travel tetap dianggap menipu, dan agen agen mereka lepas.

Dalam kasus Bitconnect, banyak agen mereka juga sebetulnya tau atau seharusnya tau bitconnect itu ponzy. Tetapi mereka tetap berjualan. Bitconnectnya tidak bisa dihukum karena anonymous. Agen agen mereka tidak dituntut penipuan. Jadi semuanya bebas dan investor kehilangan banyak uang.

Dalam kasus Prabowo, Ratna "bohong" tetapi tidak bercerita ke publik. Prabowo meng claim kalau dia "tidak tahu" Ratna bohong, dan dia cerita ke publik.

Secara teknis, tidak ada yang membohongi publik. Ratna berbohong tetapi tidak ke publik. Prabowo menyampaikan kebohongan tetapi mengclaim kalau dia tidak tahu.

Jadi membuktikan kalau Prabowo berbohong di pengadilan susah. Akan tetapi kalau kita melihat struktur yang sedemikian rapih, dimana Ratnanya sendiri tidak konferensi press mengiyakan, sedangkan Prabowo sudah siap dengan brochure dan demo dalam hitungan jam atau hari, kita seharusnya curiga kalau ini bisa jadi kebohongan yang sudah amat direncanakan. Kalau kita mengingat lagi reputasi hoax yang mendukung grup Wowo, hoax kali ini tidak terlalu mengherankan.

Kemungkinan besar, Prabowo dan kawan kawan sudah tau Ratna bohong, dan sudah siap untuk "belagak bego" kalau terbongkar.

Si Agen betul betul tidak perlu berbohong. Bobby hanya perlu memilih agen yang memang percaya yang dia jual betul coklat. Si agen tidak perlu di "sogok" untuk mengclaim kalau coklatnya taik semua. Bobby cukup memilih agen yang memang percaya.

Ini sering kali terjadi dalam agama. Kalau saya misalnya mau menggunakan agama untuk membujuk orang memilih strategy tertentu. Saya tidak perlu berbohong. Saya tidak perlu seagama. Saya bahkan bisa orang atheist. Misal saya mau menghilangkan saingan. Saya akan cari pendeta yang berpendapat kalau minuman keras dosa. Apa semua pendeta berpendapat minum alkohol dosa? Tidak. Ya saya pilih yang percaya. Saya sponsori.

Secara teknis, tidak ada yang berbohong. Saya mensponsori pendeta pilihan saya. Pendetanya betul betul yakin minum alkohol dosa. Tetapi kalau dilihat secara keseluruhan, umat beragama kan patuh ajaran agama karena mereka pikir ajaran agama perintah Tuhan. Kalau mekanismenya seperti ini, ajaran agama yang dipercaya masyarakat bukan lagi kehendak "Tuhan" tetapi kehendak sponsor. Kalau tau begitu buat apa lagi melakukan apa yang dianggap agama oleh orang lain?

Proces ini disebut process bootleggers and babtists theory. Pejabat korup, mafia alkohol, dan pemuka agama punya kepentingan sama. Semuanya sama sama ingin minuman beralkohol dilarang. Karena dilarang, mafia alkohol bisa menjual alkohol dengan margin tinggi tanpa bersaing dengan bisnis yang legitimate. Pejabat korup juga dapat sogokan. Anda bisa baca theorynya di sini https://en.wikipedia.org/wiki/Bootleggers_and_Baptists

Process ini menjelaskan mengapa agama cenderung melarang bisnis dengan profit margin tinggi, seperti pelacuran. Ini juga mengapa saya amat skeptikal dengan semua orang yang mengatas namakan agama. Di indonesia, banyak yang punya persepsi kalau golongan yang tidak sekuler beraliansi dengan koruptor. Yang ini, mereka bahkan tidak pura pura lagi.


Misal kita tahu kalau si Bobby tau itu taik dan tau agen agennya bilang tidak. Kita tahu kalau si Bobby dan agen sama sama tau itu taik. Si Bobby dan agen agennya bisa dituntut penipuan? Belum tentu.

Si Bobby bisa bilang kalau taiknya itu memang coklat. Lha coklat kan warna? Secara teknis betul dong?

Contohnya ya kasus Al Maidahnya si Ahok. Definisi "penistaan", "sengaja", "alwiyah" memang tidak "jelas." Orang yang berbeda punya opini yang berbeda. Sama seperti definisi "penipuan" disini.

Di satu sisi, kita dibuat berpikir kalau kasus Ahok adalah kasus hukum biasa. Ahok "sengaja" "menghina" "al wiyah". Tetapi di banyak negara, banyak anggota DPR memang sengaja membuat banyak pasal karet. Tujuannya adalah kalau ada orang yang terlalu menyusahkan mereka, orang itu bisa dijerat pasal karet.

Ini taktik lama dalam politik. Di depan dibuat seolah olah kita negara hukum yang konsistent. Di belakang, hukum seperti itu sering kali hanya berpihak ke sponsor dan cukong. Kalau kita tahu, kita tidak akan mau punya hukum seperti itu. Tetapi kita dibuat percaya seolah olah hukum pasal karet itu punya fungsi yang lebih "mulia", seperti jaga kerukunan beragama dan lain lain.

Presiden Oscar Benavides, dari Peru, bilang, "To my friends, everything. To my enemies, the law". https://www.quora.com/Who-originally-said-To-my-friends-everything-to-my-enemies-the-law

Hukum yang "sebenarnya," sebelum Pak Dhe jadi presiden, dan bahkan di awal awal tahun pemerintahan Pak Dhe, adalah "jangan ganggu bisnis korupsi kami, kalau kamu ganggu, ada ribuan pasal karet yang kami bisa pakai untuk jerat kamu."

Itu mengapa Antasari dan Ahok dipenjara. Dan negara kita akan terus begitu selama kita tidak memilih partai politik yang mau menghilangkan pasal pasal karet itu. Masalahnya definisi pasal karet juga ngaret. Yah?

Penggunaan bahasa yang artinya tidak jelas dan open to interpretasi, sering kali, adalah indikasi upaya penipuan dalam arti luas.

Again itu mengapa scientists menghindari segala sesuatu yang artinya tidak jelas.

Banyak kata, yang kita pikir, artinya jelas, ternyata bisa dibuat arguable juga.

Misal, ,sesudah di analisa di lab, ternyata betulan taik. Game over? Belum. Bobby bisa ngotot taik itu memang coklat secara philosophical. Kan ada coklatnya? Di sini, definisi kata "coklat" mungkin bisa di buat arguable.

Bobby bisa mengclaim kalau taik itu sudah bertransubstansiasi menjadi coklat. Nah kalau sudah begini, kita sudah diluar science.

Contoh. Gereja katolik bilang kalau roti hosti yang dimakan itu sebetulnya tubuh kristus. Tentu saja laporan lab akan bilang itu tetap roti. Tapi ya gimana? Masak kita mau bilang itu nipu?

Tapi taro lah ada suara dari langit. Tuhan berfirman langsung ke kita, Rotinya Bobby taik. Game over?

Belum tentu. Bobby bisa bilang kalau taik itu "akan" berubah jadi coklat. Yap. Bobby, dan semua orang juga tau itu tidak akan terjadi. Tetapi kalo mau teknis , terakhir saya check, "opini" dan "prediksi" tidak dianggap penipuan oleh hukum.

Banyak pendukung khilafah ngeyel kalau system mereka dipakai negara kita akan makmur. Again, kalo toh salah, itu bukan penipuan secara hukum. Kan hanya "opini" dan "prediksi". Majoritas orang juga tau opini orang yang bukan ahli ekonomy kemungkinan besar ngaco.

Ngomong ngomong saya bisa menulis ini, inspirasi saya dari mana?

Di link ini
https://www.kaskus.co.id/thread/5b8c2ebc60e24ba7518b4567/mana-yang-lebih-jelas-analisa-excel-atau-penjelasan-agen-dan-baca-kontrak/

Ada analisa kalau suatu produk asuransi berbiaya 100 kali lipat dari harga "wajar". Agen agen dan customer service mereka ngeyel kalau semua uang yang ditaruh "diinvestasikan" kalau ditanya private atau lisan. Mereka mengclaim kalau nilai tunai turun di tahun tahun pertama karena "penalty kalau tutup polis awal" atau "ada investasi yang tidak bisa diambil dulu". Nah di link itu, ada analisa kalau majoritas uang tidak diinvestasikan tetapi hilang untuk biaya.

Kemungkinan besar semua agen agen dan perusahaan asuransinya tau kalau majoritas uang memang tidak diinvestasikan tetapi hilang untuk biaya.

Effeknya sama saja dengan first travel. Bedanya first travel tidak bilang bilang kalau uang yang ditaruh akan dimakan. Kalau perusahaan di link tersebut, mereka tulis secara amat tersembunyi dan agen agen mereka bilangnya "semua investasi" seolah olah tidak ada biaya.

Ditulisnya dimana, anda bisa tanya perusahaannya langsung dan kemungkinan besar mereka juga tidak jawab.

Effeknya ke customer sama. Kalau customer tau uang yang ditaruh hanya akan hilang diambil perusahaan ya mereka tidak taruh.

Apakah perusahaan itu dianggap menipu oleh hukum?

Setau saya tidak. Perusahaannya beromset trilyunan. Dapat ijin OJK. Dan sampai sekarang masih beroperasi. Malah yang bilang itu penipuan yang mungkin dituntut pencemaran nama baik.

Sama dengan kasus Ahok. Ahok berusaha memberi tahu kalau orang pakai agama untuk menipu. Tetapi Ahoklah yang dipenjara meskipun 80 persen poll menunjukkan kalau Ahok benar. https://www.kaskus.co.id/thread/593c72e650741033198b456d/omongan-ahok-ada-benernya-nggak-sih/

Tugas pengadilan susah. Kalau semua penipuan dalam arti luas kriminal penjara penuh. Kalau hanya penipuan dalam arti sempit yang dilarang, ada banyak loophole dimana orang bisa menipu tanpa secara teknis menipu.

Jadi solusinya bagaimana? Apa yang kita lakukan sebagai voter, atau customer, dalam memilih produk dan lain lain? Kalo penipu sudah "kepinteran" bagaimana kita mengantisipasi supaya tidak tertipu?

Setahu saya solusinya ya general.

  1. Selalu dengar dari berbagai sisi. Jangan hanya satu sisi. Pendukung Jokowi harus dengar opini pendukung Prabowo dan sebaliknya.
  2. Diskusi di depan umum supaya kalau ada "salah paham" atau "penipuan" atau apapun yang menyesatkan, bisa diluruskan.
  3. Lihat konflik of interest. Ini agak sulit. Tetapi orang yang ikut rugi kalau anda ikut rugi dan ikut untung kalau anda ikut untung lebih bisa dipercaya. Ini bisa dicounter dengan penipuan lain dimana orang berbuat seolah olah mereka sama sama untung dan rugi dengan anda.
  4. In general, jangan percaya orang yang tidak rugi kalau mereka salah. Apa lagi orang yang kalau salah malah "untung". Kalau Prabowo salah dan tidak rugi atau dihukum, ya jangan percaya dia. Masalahnya ini juga amat arguable.
  5. Mekanisme pasar amat effektive mencegah kebohongan dalam arti luas. Dalam mekanisme pasar, orang yang menipu sekali, atau sering salah, atau susah dimintai keterangan akan bangkrut dan bisnisnya tidak akan besar. Biasanya lho. Mekanisme pasar adalah satu satunya mekanisme yang saya tau yang memberi incentive kuat untuk jujur. Kalau anda beli HP dan HPnya rusak, anda tidak akan peduli itu kesalahan atau penipuan. Anda beli merk lain.
  6. Berhati hatilah dengan kebohongan yang tidak dianggap kebohongan. Ibaratnya tinju, anda tidak usah takut ditendang. Anda harus takut di hook, uppercut, jab, dan berbagai gerak tipu lainnya. Dalam menilai fakta, coba abaikan segala sesuatu yang artinya tidak jelas.
  7. Science adalah sesuatu yang betul salahnya jelas. Abaikan saja semua claim yang tidak scientific. Konsentrasi ke hal hal yang scientific saja dan bisa diverifikasi. Karena diluar science, orang bisa menipu tanpa dianggap menipu. Dengan mengabaikan hal hal yang tidak scientific, anda akan terhindar dari banyak kebohongan.
  8. Berbohong pake matematik juga susah. Pelajarilah ilmu, dimana kalau ada kesalahan bisa ditelusuri kesalahannya.
  9. Cobalah untuk tidak salah, dari pada sekedar tidak dibohongi.
  10. Kebebasan berbicara adalah counter utama penipuan. Undang undang anti penistaan agama bisa dipakai untuk memblokir kebebasan berbicara. Orang tinggal mengatas namakan agama dan banyak penipuan tidak akan terungkap. Undang undang anti hoax bisa dipakai untuk mencegah kebenaran muncul dengan pretext kalau kebenaran itu hoax.

Soal, perusahaan asuransi yang saya sebut diatas. Sampai sekarang tidak ada satupun agen dan customer service mereka beritikad baik meluruskan masalah sejara jelas di depan umum. Kalau ditanya tertulis mereka menghindar dan bilang akan di forward ke department terkait (departmentnya tentu tidak ada). Cobalah anda tanya sendiri.

Itu counter utama dari segala bentuk penipuan. Kebebasan berbicara. Biasanya orang yang ingin menipu akan berusaha menghilangkan kebebasan berbicara dengan berbagai cara. Merekajuga akan menghindar dari diskusi publik. Itu mengapa perusahaan yang dituduh menipu oleh Acho tidak meresponse pernyataan Acho tapi menuntut Acho pencemaran nama baik. https://megapolitan.kompas.com/read/2017/08/06/11233621/kritik-soal-apartemen-komika-acho-jadi-tersangka-pencemaran-nama-baik . Buat saya, itu indikasi kalau perusahaannya memang benar menipu. Dan sesudah menuntut Acho, saya tidak akan membeli dari perusahaan yang sama lagi.

Itu juga mengapa kebebasan berbicara di Amerika hampir absolute. Dan itu juga mengapa negara dengan kebebasan berbicara umumnya maju. Rakyat di sono susah ditipu dan lebih susah "ngaco".

Well, itu diskusi lain lagi.

Sort:  

Congratulations @freeross! You have received a personal award!

1 Year on Steemit
Click on the badge to view your Board of Honor.

Do not miss the last post from @steemitboard:

SteemitBoard Ranking update - Resteem and Resteemed added

Support SteemitBoard's project! Vote for its witness and get one more award!