5 Penyebab Kematian yang Paling Umum Terjadi Pada Pria di Seluruh Dunia
Menurut data himpunan Badan Pusat Statistik dari tahun 2010 sampai 2015, angka harapan hidup di Indonesia rata-rata mencapai usia 70 tahun. Namun tidak ada yang bisa memprediksi kematian, entah itu waktu maupun penyebabnya. Penyebab kematian setiap orang pun beda-beda, baik pria maupun wanita. Penasarankah Anda, apa saja yang paling sering menjadi penyebab kematian pria di seluruh dunia? Berikut ulasannya.
Penyebab kematian pria yang paling umum terjadi di seluruh dunia
- Penyakit jantung
Penyakit jantung adalah penyebab utama kematian pria di hampir seluruh bagian dunia. Penyakit jantung itu sendiri adalah istilah umum yang digunakan untuk sekelompok kondisi yang berhubungan dengan penumpukan plak di dinding arteri jantung. Hal ini meningkatkan risiko Anda terhadap serangan jantung atau stroke. Masalah jantung lainnya meliputi angina, aritmia, dan gagal jantung.
Berdasarkan data WHO, penyakit jantung (penyakit kardiovaskular) merenggut nyawa 17,7 juta orang setiap tahun. Angka ini mewakili 31% dari semua angka kematian secara global. Dari jumlah kematian tersebut, diperkirakan 7,4 juta disebabkan oleh penyakit jantung koroner dan 6,7 juta disebabkan oleh stroke. Kematian akibat penyakit jantung juga dapat terjadi sebagai komplikasi hipertensi. Kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler, terutama penyakit jantung koroner dan stroke diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030.
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 milik Kementerian Kesehatan, total kasus penyakit jantung secara umum memang lebih sering ditemukan dan lebih mematikan pada wanita. Akan tetapi, prialah yang berisiko lebih tinggi untuk mengalami penyakit ini berdasarkan faktor risikonya. Laki-laki lebih sering merokok dan lebih sering mengonsumsi makanan-minuman manis dalam sehari.
Penyakit jantung dapat dicegah dengan melindungi kesehatan jantung dan mewaspadai gejala serangan jantung. Mengendalikan tekanan darah dan kolesterol selalu dalam batas normal lewat gaya hidup sehat dan aktivitas fisik rutin dapat sangat menekan risiko Anda terkena penyakit jantung.
- Kanker
Kanker adalah penyebab utama kematian secara global. Terhitung, kanker telah menelan 8,8 juta nyawa sampai pada tahun 2015. Kanker paru adalah penyebab utama kematian pria yang terkait kanker. Data CDC menyebutkan bahwa 81 dari setiap 100,000 pria dapat terkena kanker paru. Kanker paru itu sendiri sudah membunuh kurang lebih 88 ribu pria di Amerika Serikat pada tahun 2007.
Kanker paru kemudian disusul oleh kanker usus besar, kanker prostat, dan kanker kulit melanoma sebagai penyebab kematian pria terkait kanker di seluruh dunia.
Yang terjadi di Indonesia pun sebenarnya tak berbeda jauh. Menurut data Riskesdas Kementerian Kesehatan tahun 2013, kanker paru menempati peringkat pertama sebagai kanker penyebab kematian pria Indonesia. Dari total 34,5% kasus baru, terhitung 30%-nya berujung pada kematian. Kanker prostat kemudian menyusul di posisi kedua. Satu dari 3 pria yang memiliki kanker prostat meninggal karenanya. Kanker lainnya yang menjadi penyebab kematian pria Indonesia termasuk kanker hati, kanker perut, dan kanker esofagus (kanker tenggorokan).
Kanker dapat dicegah dengan cara mengubah faktor risiko perilaku dan pola makan buruk. Mulai makan makanan sehat, berolahraga lebih rutin, dan hindari rokok dan/atau minuman beralkohol. Deteksi dini terhadap gejala kanker juga berperan besar dalam penanganan dan peluang kesembuhan yang lebih baik.
- Kecelakaan
Menurut Jake Nelson, direktur AAA Foundation for Traffic Safety, dilansir dari CBS News, remaja pria dan pria dewasa muda adalah dua kelompok yang paling berisiko tinggi untuk mengalami kecelakaan lalu lintas akibat nyetir saat mengantuk.
Angka kasus cedera secara nasional adalah 8,2 persen, dengan prevalensi tertinggi ditemukan di Sulawesi Selatan (12,8%) dan terendah di Jambi (4,5%). Perbandingan hasil Riskesdas 2007 dengan Riskesdas 2013 menunjukkan kecenderungan peningkatan jumlah kasus cedera dari 7,5 persen menjadi 8,2 persen. Penyebab cedera terbanyak pada pria adalah kecelakaan sepeda motor (40,6%). Cedera akibat kecelakaan bermotor paling banyak terjadi pada umur 15-24 tahun, laki-laki tamatan SMA dengan status pegawai.
Kecelakaan memang sifatnya tidak disengaja, namun Anda bisa mengurangi risiko kematian dan cedera yang tidak disengaja. Salah satunya adalah dengan memastikan keselamatan diri saat berkendara. Gunakan sabuk pengaman ketika berkendara dengan mobil, dan pakai atribut lengkap (helm dan jaket) ketika berkendara dengan motor. Sadari bahayanya mengemudi sambil mabuk, ketika ngantuk atau kelelahan, dan bahayanya mengemudi kendaraan sambil main hape.
- Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
Penyakit saluran pernapasan bawah kronis adalah kumpulan penyakit paru-paru yang menyebabkan penyumbatan aliran udara dan masalah terkait pernapasan, terutama penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) juga bronkitis, emfisema, dan asma. Angka kasus PPOK secara nasional diperkirakan lebih banyak ditemukan pada laki-laki daripada perempuan.
Sekitar 80 persen kematian pria akibat PPOK dapat dikaitkan dengan kebiasaan merokok. Risiko penyakit paru kronis dapat ditekan dengan berhenti merokok, menghindari asap rokok, polusi udara, asap bahan kimia dan debu.
- Bunuh diri
Bunuh diri adalah salah satu kasus serius yang sering terlupakan karena dianggap tabu. Padahal, angka bunuh diri di Indonesia tak bisa dibilang sepele. Sepanjang tahun 2005 saja ada sebanyak 30.000 kasus bunuh diri yang tercatat di Indonesia, dan ini hanyalah yang resmi dilaporkan. Ada lebih banyak lagi kejadian bunuh diri yang ditutup-tutupi, entah karena rasa malu keluarganya, atau demi menjaga kehormatan almarhum.
Menurut data yang dihimpun oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), pria jauh berisiko lebih tinggi untuk nekad mencoba bunuh diri dan meninggal dunia karenanya ketimbang wanita. Pada tahun 2015 WHO juga mencatat bahwa dari setiap 100.000 penduduk di dunia, ada 17 pria yang meninggal bunuh diri, sementara wanita “hanya” 10.
Penyebab pria rentan bunuh diri tidaklah sederhana. Meski begitu, kebanyakan berasal dari depresi berat yang tidak diobati.