Perjalanan HMI
Kata HMI mungkin tak lagi asing di telinga bagi kader HMI, khusus nya kader HMI komisariat hukum UIR, maupun Kader kader komisariat lain. Namun sebelum bercerita ba bi bu ingin sedikit memaparkan apa itu HMI. Mungkin dia antara sekian banyak pembaca ada yang belum tahu apa itu HMI. Bagi mahasiswa lain ketika mendengar HMI ada yang berpikir bahwa kepanjangan dari HMI adalah Himpunan Mahasiswa Indonesia. Waw.... Itu adalah kepanjangan yang keliru. Jadi ku benarkan dengan sebenar benarnya Bahwa HMI adalah himpunan mahasiswa islam. Jelaskan ya jelaslah.... Hihihi
Sekilas tentang HMI, HMI adalah organisasi tertua di Indonesia. HMI lahir 2 tahun setelah kemerdekaan indonesia. Yakni tepatnya pada tanggal 5 februari 1947. Sudah cukup berumur usia HMI. HMI di dirikan oleh seorang Mahasiswa yang cukup pintar, cerdas, smart,clever dan lain lain. Bagi ku sosok Lafranpane adalah sosok yang begitu luar biasa. Yang bisa memprakarsai berdirinya Hijau hitam ini. Dan dengan kondisi umur HMI yang sudah berumur tak di ragukan lagi bahwa HMI sudah banyak melahirkan para sosok pemimpin pemimpin yang luar biasa Contoh Seperti Pak wakil presiden yakni Jusuf kalla, beliau adalah kader HMI. Dan bapak gubernur Jakarta pak Anies Baswedan juga adalah seorang Kader HMI. Jadi tak diragukan lagi bahwa di HMI memang organisasi yang telah melahirkan sosok sosok pemimpin luarbiasa.
Terlepas dari sekilas tentang HMI aku di sini ingin sedikit berbagi kisah awal bagaimana bisa berhimpun dihimpunan hijau hitam ini. Sebagai seorang mahasiswa baru yang masih polos dan tidak tahu apa apa. Datang dari sebuah kabupaten baru yang terkenal dengan sagunya, dan berasal dari sebuah Desa yang ada di pelosok kabupaten kepulauan Meranti dan dengan basic latar pendidikan IPA. Terbayang bahwa anak IPA itu adalah anak yang kerjanya belajar mulu, berkutat dengan rumus rumus fisika dan Kimia sehingga membuat kami para anak IPA jarang bersosialisasi. Dan kami anak IPA selalunya cuek dan berjiwa sosial di bawah standar. Dengan segala serentetan kejadian dan kisah pilu yang akhirnya membuat ku berada di UIR dan parahnya di fakuktas hukum bertolak belakang dengan cita cita yang ingin menjadi seorang dokter. Tapi ya sudah itu adakah masalalu yang tak meski di ulas dalam tulisan ini. ketika kuliah tepatnya di fakultas Hukum UIR, mau nggak mau harus belajar bersosialisasi lebih dari biasanya. Harus berbeda Dengan saat zaman MA. Nama HMI telah ku dengar jauh sebelum menjadi mahasiswa. Dan sudah tersimpan Rapi didalam pikiran. Bahwa ketika kuliah nanti akan ku masuki organisasi yang bernama HMI. Dengan berbekal bahwa HMI adalah himpunan yang bagus buat anak anak sosial dan sebuah suruhan dari paman untuk mengikuti HMI, inilah yang mengantarkan ku kepada Himpunan tercinta ini.
Pertama kali datang di keluarga himpunan ini, begitu salut, bangga dan heran. Orang orang yang ada ramah ramah dan di sambut Hangat oleh senior senior yang ada. Di sinilah pertama kali ku merasakan adanya nilai kekeluargaan dalam himpunan Ini.
Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan terlalui begitu saja. Dengan aktivitas sebagai mahasiswa kupu kupu ( kuliah pulang ) ke kontrakkan. Yang pada saat itu belum tahu dan mengerti kemana arah dan tujuan hidup ini. Mengingat kehidupan masalalu yang begitu pahit, suram, dan kejam inilah yang membuat ku selalu semangat dan rajin kuliah. Namun kemana arah dari mengikuti HMI belum muncul jua dalam pikiran. Tapi mengingat kata kata paman saat ku belum kuliah bahwa HMI adalah organisasi bagus apalagi buat anak fakultas Hukum. Jadi berbekal kata kata sederhana itulah yang mengantarkan ku berproses di himpunan ini.
Di HMI kami berteman lebih dari saudara. Bak kata orang Maluku Torang samua basudara. Nilai kekeluargaan dan kebersamaan begitu di junjung. Dari dulu hingga sekarang sebagai kohati satu satunya yang aktif berproses di komisariat begitu banyak hal yang bisa diambil sebagai pelajaran hidup.
Aku adalah sosok anak perempuan sulung dengan satu orang adik laki-laki. Dari dahulu penulis menginginkan sosok seorang abang dalam keluarga, namun apalah daya penulis telah lahir sebagai anak pertama dan tidak mungkin mempunyai seorang abang. Tapi Allah maha baik, setelah aku berhimpun di Himpunan ini ku mempunyai banyak sekali abang-abang yang begitu baik di keluarga besar komisariat Hukum uir khususnya. Dan meski hanya kenal di HMI ini namun kedekatan dan kebersamaan ini sudah seperti saudara kandung. Dan semoga ukhuwah ini kelak akan membawa kita ke Jannahnya. aamiin ya Rabb.
Sedikit pengalaman yang begitu berharga bagi ku, pada suatu malam di tahun 2016. Saat itu HMI selingkungan UIR akan membuat suatu kegiatan. Di sini ku bertugas sebagai sekretaris. Malam itu tanggal dan bulan berapanya sudah ku lupakan karena sudah begitu lama. namun peristiwa yang terjadi takkan terlupakan sampai kapanpun. pada malam itu Datang lah 2 orang HMI wan ke kontrakan ku di pahlawan kerja karena ada beberapa hal penting yang harus di bicarakan dan ada beberapa data yang harus di selesaikan malam itu juga, tepatnya sekitar jam 11:20 Wib. Sudah lumayan larut malam dan dengan kondisi baru selesai Hujan so pastinya yang enak adalah tidur. Namun karena sudah terlanjur janji dan aku yang sedang belajar buat profesional dan bertanggung jawab terhadap tugas mau tidak mau kala di hubungi oleh seseorang kader HMI yang telah di depan kontrakkan, dengan agak sedikit jengkel akhirnya ku putuskan untuk keluar dengan menggunakan pakaian ala kadarnya.
Setelah membuka pintu muncullah dua orang sosok HMI wan di depan pintu, yang satu berekspresi biasa saja dan yang satu dengan ekspresi yang tak bisa di jelaskan dengan mata yang melotot melihat penampilan ku dari ujung kaki sampai ujung rambut dan setelah itu keluarlah suaranya yang sedikit ngebass "kok keluar nggak pake jilbab ?, kita memang dekat tapi sedekat apapun kita. Kita tetap bukan mahrom". Dan kalimat itu sederhana memang tapi bagai suatu pedang yang sangat tajam yang menusuk nusuk hati.
Astaghfirullah..... saat itu keringat dingin langsung meluncur membasahi seluruh tubuh dan tak bisa lagi lidah ini berucap. Namun ku coba untuk tetap bisa menguasai diri dan tetap kelihatan stay cool meski saat itu sejujurnya ku sudah tak bisa lagi stay cool dengan terdengar sangat jelas di telinga ku. Setelah bla bla bla dan ba bi bu selesai pembicaraan kami akhirnya sosok HMI wan tersebut pamit undur diri ke istana nya. Dan langsung ku tutup pintu rumah ku. Dan dengan pikiran yang kacau balau ku coba membawa raga ini ke kamar, sesampai nya di kamar kata kata tadi yang di ucapkan selalu terngiang ngiang di telinga dengan indahnya. Sumpah demi apapun baru sekali ada sosok laki laki yang menegurku tentang etika berpakaian kala dengan lawan jenis. Rasa syukur dan bersalah serta berdosa menjadi satu dan bercampur baur dalam pikiran. Syukur yang kurasakan adalah di pertemukan oleh seseorang yang baik hati dan peduli akan kehidupan ku. Bersalah yang kurasakan adalah sebenarnya ku tahu bahwa seorang perempuan yang menemui laki laki bukan mahram maka haram ketika tak berjilbab. Sudah tau akan hal itu namun selalu saja ku buat dengan slow dan santai nya bila menjumpai kawan laki laki tanpa menggunakan baju panjang dan jilbab.
Terlepas dari semua itu lah yang membuat diri ini menjadi lebih menjalankan syariat islam dalam kehidupan ini. Kalimat sederhana malam itu menjadi sebuah obat penerang jiwa. Dan setelah itu secara perlahan dan pelan ku coba untuk selalu menjalankan apa yang telah di syariahkan oleh Islam. Dan thank you Verymuch sudah mengingatkan, menasihati ku sehingga kini ku tak lagi seperti itu. Dan di sini untuk sosok yang begitu luarbiasa terimakasih yah atas perkataan mu di malam itu semoga Allah selalu melindungi mu dan senantiasa memberikan keberhasilan dan kesuksesan pada mu Aamiin. Berpuluh kawan laki laki ku, namun tak ada satupun yang mengingat kan, menegur dan menasihati ku tentang masalah pakaian. Dan dalam umur ku yang masih di bilang muda dan belum juga banyak mencicipi asam garamnya kehidupan baru sekali ada sosok kaum adam yang menegur ku tentang pakaian, Sehingga saat ada yang mengingat kan tentang itu hati ini begitu terenyuh.
Itu masih secuil dari indahnya berhimpun di hijau hitam ini. Sepertinya jika di ulas secara detail akan indah nya berhimpun di himpunan ini takkan cukup waktu 24 jam dalam sehari untuk mengupasnya.
Dimulai dari kejadian dan peristiwa dimalam itu, ku coba untuk selalu menjalankan apa yang telah Allah perintahkan.
Hari demi hari dan bulan pun berganti tahun, berproses di HMI terus berjalan bagaikan air mengalir, meski terkadang juga melewati sedikit kerikil kerikil dalam perjalanan nya. Tapi biarlah karena itulah hakikat nya kehidupan. Tak semua yang kita inginkan selalu kita dapatkan, dan tak selalu apa yang kita dapatkan itu adalah keinginan. Tapi sudahlah itu telah menjadi fitroh nya hidup di dunia yang Fana ini.
Di serangkaian proses yang di lalui, banyak ku jumpai para perempuan perempuan yang begitu luar biasa, dengan menggunakan pakaian gamis dan jilbab besar. Sungguh perempuan yang berkader di HMI begitu luar biasa dan begitu menjunjung tinggi nilai nilai keislaman,,,, banyak ku kenal kohati kohati luarbiasa yang sangat menginspirasi dari sanalah menggunakan jilbab besar kini tak lagi Asing di mata. Dan seakan bila sekarang melihat perempuan yang bercadar seakan hati ini bergetar dan sontak terucap dalam hati. "ya allah bila diri ini seperti mereka yang telah memantapkan hati, pikiran dan perasaan untuk menutup Aurat dengan istiqomah. Tapi ya itu adalah bagian dari keinginan ku yang mudah mudahan kelak akan terealisasi di kemudian Hari aamiin ya rabb.
Di HMI ku mengenal indah nya bersilaturrahim, indahnya berproses dan berjuang keras untuk mendapatkan sesuatu. Karena sesuatu itu takkan bisa dalam genggaman tanpa adanya proses yang di lalui.
Dari beberapa Himpunan atau organisasi yang ku ikuti, di HMI ini lah yang kurasa kan sebuah persaudaraan dan kekerabatan yang begitu tinggi. Ku yakin dan percaya telah tumbuh dalam relung jiwa setiap kader HMI akan nilai sebuah kekeluargaan yang begitu dalam di hati.
Kini baru seperempat proses di HMI yang ku jalani, dan telah banyak mendapatkan pengalaman, semoga akhirnya nanti himpunan ini akan selalu menorehkan pengalaman yang begitu luarbiasa dan membawa ku menjadi insan yang lebih baik di banding hari kemarin. Agama kita adalah agama islam, mari kita rubah pola hidup yang dahulunya hanya sedikit mencampurkan islam dalam sisi kehidupan kini perbanyakkan lagi dan semoga semakin lama bisa kita internalisasikan nilai nilai keislaman dalam segi kehidupan sehari hari.
Hidup mengikuti tren dan gaya itu sah sah saja, namun harus di porsikan dengan syariah islam. Jangan gaya hidup yang dinomor satukan namun nomor satukan lah islam. Simple nya bergayalah sesuai dengan yang di syariahkan.
Semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi para pembacanya, dan khusua nya untuk para perempuan perempuan yang belum masuk jadi kader HMI. Semoga menginspirasi, dan mari sama sama kita perbaiki kualitas hidup kita. Agar sama sama bisa mencapai Ridhonya dan kelak bisa masuk kedalam jannah NYA. Aamiin.
Yakusa