You are viewing a single comment's thread from:

RE: [PW#10] photography accompanied by words more valuable than gold & diamonds

in #photography5 years ago

Bahasa Indonesia

Emas itu kuning, berlian itu bening. Apakah sinomisasi kalimat itu selalu benar ? Ya, banyak yang berkata bahwa emas itu tidak selalu harus kuning, dan berlian itu tidak harus selalu bening. Poinnya adalah bagaimana kamu menyikapinya, bagaimana kamu mengambil sisi untuk gaya pikirmu.

Lihatlah objek yang kutemukan hari ini, setumpuk jamur yang aku tidak tahu namanya, ukurannya kecil dengan warna yang kuning yang mencolok. Tidak ada yang istimewa sebenarnya dari jamur yang tak dikenal ini, namun yang membuatku takjub adalah jamur ini tumbuh diantara belahan kayu yang menjadi pagar untuk kebun jagung.

Jika dibandingkan mana lebih berharga kebun jagung, pagar dan jamur ini tentu sebagian besar kita akan memilih kebun jagung itulah yang berharga. Benarkan ? Namun tidak bagi seorang fotografer (aku belum layak menjadi fotografer karena masih sangat amatir). Objek sekecil apapun akan sangat berharga.

Untukku setumpuk jamur ini seolah menjadi emas karena warna kuningnya yang memukau, ia bagaikan berlian yang bening dalam sebuah gambar. Tingkat berharganya foto ini untukku menimbulkan kepuasan, senang dan ekspektasi untuk disukai oleh orang banyak. Bahkan jika aku menceritakan bagaimana foto ini kuambil maka semakin menambah nilainya.

Emas memang berharga, demikian pula berlian, siapa yang tak mau jika ada yang memberikannya secara gratis atau ditawarkan dengan murah. Akan tetapi seorang fotografer terkadang mempunyai pandangan secara prinsipil dan idealis, tidak semua hal dapat dinilai dengan emas dan berlian. Ekspresi dan Apresiasi yang jujur dari orang yang melihat foto itu tidak dapat dibeli. Ekpresi itu muncul secara murni, jika seseorang menyukai maka yan muncul adalah kagum, sebaliknya jika seseorang tidak suka maka dia akan membiarkan, menyatakan tidak suka dan merendahkannya.

Aku mungkin menjadi pengkritik fotografi yang sekedar disajikan, karena menurutku apapun yang kamu tangkap dengan kameramu tentu ada ketertarikan terhadap objek tersebut, tentu ada yang memicumu untuk menjadikannya tersimpan dalam memori, lalu apa salahnya kamu merangkainya menjadi beberapa kalimat berarti sehingga jelaslah perspektifmu seperti apa.

Kita mengetahui bahwa perspektif itu muncul di otak dari apa yang dilihat dan dirasa, terkadang beberapa perspektif muncul dan bertolak belakang dari apa yang diinginkan oleh fotografer. Sehingga tidak salah kiranya, jika kamu merangkai kalimat untuk menjelaskan apa yang kamu dapat.

Sekali lagi, ini hanya pendapatku, banyak hal yang bisa didiskusikan, karena jika apa yang kukatakan adalah hasil akhir, maka otak kita akan berhenti untuk berpikir dan pikun mulai mengintaimu.

Terimakasih