wanita perkasa

Sontak wajah ini terbayang lagi setelah sekian tahun mungkin puluhan tahun hilang entah dimana....mungkin aku takkan sanggup dan takkan sekuat sosok tua yang tak sedikitpun gopoh mengusung kiloan berat setumpuk barang yang mungkin akan dilukiskan sebagai rongsokan sampah oleh kaum yang mengganggapnya lemah......
Kental logat tutur dari mulut berwarna merah tersapu sirih (cemilan Aceh Nyak dan Makmak).
Hitam legam kulit tersapu terik...gurat tua kuat terlihat namun tak sekuat kaki menapak kiloan tempuh.......selogam rupiah sangat berarti memberi nafkah keluarga tercinta.
Kadang pikiranku bermain mencari dimana kini ia berada......
"Assalamualaikum.....ho ka Nyak Ni..."kata pertama ketika langkah pertama menginjak ujung teras rumah.
Gulungan kain kusam lusuh dan sedikit bau apek persis menjadi pelapis alas keranjang penuh berisi bukan setumpuk banyak yang akan ditawarkan. Sesisir pisang, seikat kacang panjang....bahkan pernah hanya segenggam garam yang jika tersiram hujan akan luntur bersama air yang jatuh dipermukaan kulit wajahnya.
"Peu neu blo Nyak Ni...??" kata kedua setelah tubuh lelahnya membungkuk, menyisihkan satu persatu bawaannya.
"Padup uro nyo Nyak?" pertanyaanku dari logat ala kadarnya. "na sit bacut...." tanpa lirih namun ikhlas Kupandang wajah tua renta...."mungkinkah aku bisa sekuat ia...setegar ia....mencoba hidup....tapi masih bisa ikhlas menerima?...Sampai hari ini dan sepertinya takkan pernah selesai mencari sampai kutemukan jawabannya. Pernahkah terpikir olehmu...bagaimana masa tuamu?adakah orang-orang tercinta disekelilingmu?kamu hanya duduk menunggu cucu datang memeluk dan kedua lengan kecil memeluk punggungmu?Kamu tidak mencari dan memberi pada mereka, namun mereka akan datang menemuimu?....Aku berharap "Nyak Gulae" itu masih ada...dan suatu saat nanti kita akan bertemu.....!