ALIRAN JIWA YANG MENG-ISME
Bemm... menggelegar dalam gema ratap
Jerit menderu dalam katup bibir membiru
Lunglai raga berserak ditinggakan sukma tersontak
Hitam melegam dalam regang sebagai arang arang mayat
Tetapi jiwanya tersenyum dengan sayap tembus pandang
Mengibas lembut dalam kepak di teras surga
Rasa bangganya telah menancapkan prasasti bagi negeri
Sebagai pembuka katup mata bagi komponen negara yang lupa
Di kerumunan para impala peletup nasar
Di lorong keangkuhan sebagai pasukan pengasih dan penyayang
Di masa jeda berkelana
Pesta berbahak merajalela
Dada ditepuk bendera berkibar
Bukan pemusnahan tetapi pemproklamiran
Proklamasi apa yang sedang diisyaratkan
Proklamasi bahwa isme-nya masih hidup
Aliran jiwa yang dibekam
Massa-nya yang kocar kacir tersisa dari vonis mimis
Mampu didulang dengan seksama dalam tempoh sesingkat singkatnya
Dengan mengatasnamakan pasukan pengasih penyayang
Pematikpun digenderangkan
Bemm... menggelegar, usikan memporak porandakan
Timang menimang di pasca bemm... menggelegar
Tiga titik prasasti lengkap dengan serakan mayat meng-arang
Hatiku bertanya
Langkah sang pengasih dan penyayangkah itu
Itu Indonesiaku
Mayat berserakan mengeping emas Indonesiaku
Para impala yang berkepala pengasih dan penyayang pun Indonesiaku
Walau hanya sekedar boneka dari tanah liat
Tapi mereka juga Indonesiaku
Yang jiwanya telah dicangkok dari pemulung kalah perang
Isme waspadalah isme yang telah dinonaktipkan
Yang telah berbonceng di bahtera jubah kema'rifatan berulama
Lihatlah aliran jiwanya di tanah basah berkiprah
Sama dan tak punya beda
Jangan mau ditumpangi
Jagalah bahtera putih Sang Pengasih dan Penyayang dari kesuciannya
Engkau akan dapat piala untuk perjamuan suci
Semeja bersama Sang Allah Maha Kuasa di surga mulia