Perihal Sayang
Bibir berpoleng merah marun, adalah kau semata punyai gincu
menegak ujung lancip, tetaplah milik kau semata
Seluruh jasad hidup; kembali mengingatkan ku perihalkerinduan semu
Bodohnya aku tetap merindu dan terus merindu
Nyanyian alun-alun la la la berputar memekakkan telinga dua-duanya
Di bangku panjang tiga meter; beralaskan Koran bekasmu,menikmati sejuknya udara Malang
Tetap nostalgia; pembangkit deru air mata
Tetap sendu; teman duduk kesepian
Layar handphone tidak ada tanda-tanda
Disinilah aku; tetap pada kerinduan semu menunggu
Antara kisah kita,