POETRY OF CHEATER / SYAIR PENIPU

in #poetry7 years ago

Source

When I hear your verse again
Instantly the clouds turned black
Then cry As if understand
The real of the meaning of your chanting

The wound you have scratched
Smoothly cover the lies
Like a thorn behind a angel wings

Beautiful undeniable
At the same time pain unbearable
Should I expect a wasting time?
While now at the end of waiting
I had to get up and fight
Because of this, only a deception

I wrote this poem when I was in Hamdan's room, a comrade from Jambi. At that time I was listening to Sally Sendiri's song, which reminded me of her (Someone in the past, hehehe). This poem can also be associated with political turmoil in the homeland at that time, the period of SBY. He very often gives beautiful promises to the Society, which essentially to create prosperity. But in fact, there are many lies, lies, which he says, which he speaks very rarely, but only as a self-image. initially indeed the people had been deceived, as evidenced by the re-election of SBY in the election in 2009, which made him re-serve for the second time as President. But now people are getting smarter, "poetry" that sung SBY is not able to deceive the society, let alone Students and humanitarian activists. Impeachment everywhere has been discussed, possibly constitutionally difficult process (as discussed in Public discussion on TVRI show in morning, 09-04-2012) to lower SBY. But should we remind you, that during the reform era, Suharto came down not through the constitution, but because of the urgency of the extraordinary masses that demanded him to immediately "wash his hands" from his post as president. If current conditions like this continue, maybe Pak Jokowi must be prepared to go !

Source :

SYAIR PENIPU

Saat kudengar kembali syairmu
Seketika awan menjelma hitam
Kemudian menangis Seakan memahami
Hakikat arti dari lantunanmu

Luka yang telah engkau goreskan
Usapan lembut penutup kebohongan
Laksana duri di balik selendang bidadari kayangan

Indah tak terbantahkan
Sekaligus sakit tak tertahankan
Haruskah aku mengharap waktu yang menghapuskan?
Sedangkan kini sudah di penghujung penantian
Aku harus bangun dan melawan
Karena ini, hanya syair tipuan

RISKY ALDYRA

Puisi ini aku tulis saat aku berada di kamar Hamdan, kawan seperjuangan asal Jambi. Waktu itu aku memdengarkan lagu Sally Sendiri, yang mengingatkanku akan dirinya (Someone in the past, hehehehe). Puisi ini juga bisa dikaitkan dengan gejolak politik di tanah air pada waktu itu, Masa pemerintahan SBY. Beliau sangat sering memberikan janji-janji indah kepada Masyarakat, yang intinya untuk menciptakan kesesjahteraan. Tapi pada kenyataannya, banyak kebohongan, kedustaan, yang beliau sampaikan, yang mana perkataan yang beliau ucapkan sangat jarang diaplikasikan, melaikan hanya sebagai citra dirinya saja. awalnya memang rakyat sempat tertipu, terbukti dengan terpilihnya kembali SBY di pemilu akbar tahun 2009, yang menjadikannya kembali menjabat untuk kedua kalinya sebagai Presiden. Tapi sekarang masyarakat sudah semakin pintar, “syair” yang dilantunkan SBY sudah tidak bisa menina bobokkan masyarakat, apalagi Mahasiswa dan aktivis kemanusiaan. Impeachment dimana-mana sudah didiskusikan, mungkin secara konstitusi prosesnya sulit (sebagaimana yang didiskusikan pada diskusi Publik di acara TVRI pagi, 09-04-2012) untuk menurunkan SBY. Tapi haruskah kita ingatkan kembali, bahwa saat reformasi, Soeharto turun bukan melalui konstitusi, tapi karena desakan dari massa yang sangat luar biasa yang menuntut Beliau untuk segera “Cuci tangan” dari jabatannya sebagai presiden. Kalau kondisi sekarang seperti ini terus, mungkin Pak Jokowi harus sudah perlu siap-siap ne !!!!!!!!!!!!!!