Ladang Tempat Setiap Burung Akan Mati Melaluinya
tandus ladang, rumputan memercik api
tiba di musim yang salah seekor burung telah mati
setia ia ke utara, tapi entah kenapa angin-angin seperti jadi bimbang
menunjuk arah. tak ada pohonan untuk hinggap, sedang tanah panas
membakar kaki mungilnya.
(jika ada sedikit saja awan, walau dengan pijakan yang sedikit goyah,
ia mungkin bisa sekedar sejenak singgah)
hampir senja. sayapnya tak kuat mengepak lagi
ia menghempas di bumi yang terdiam. bumi yang pasrah. luka.
wajah yang begitu dicintainya.
yang pernah penuh telaga bertabur biji-bijian di tepiannya.
(matanya terbuka, menayangkan fatamorgana. tentang negeri di kaki pelangi, yang embun paginya semanis madu)
siapakah yang akan mengubur?
selimuti aku, debu
pintanya dengan napas yang menaik-turunkan perut kempisnya
di sini aku akan mati, tak akan ada lara untukku
kelak, jika hujan tiba, keabadian akan hanyutkan belulangku
dalam lumpur bandang pulang ke kampung di selatan
agar bunda tahu sebuah pesan nyata tak sampai
agar kekasih mengerti, musim di seberang tak lagi berpihak
Taken by: Vivo Y15 Smarphone
Locaction: flight
"Tentang negeri di kaki pelangi"
Terima kasih, Bang udah menyempatkan singgah... :)
Judul puisinya bagus. Aku suka itu. Bikin dong yang begini lagi. Hehehe.
Bagian ini boleh juga dikutip:
Ini mengingatkan aku pada cara orang Bengkulu bercakap. “Orang Selatan” dipakai untuk menyebut orang dari Rejang Lebong. Betul kan, bang?
Terus berkarya, bang.
Salam Steemit
Terbalik, Bang, "Orang Selatan" dipakai oleh orang Rejang Lebong untuk menyebut orang-orang dari Searai atau orang Bengkulu Selatan...
Makasih, udah hadir Bang Iwan
Mantap bg
Terima kasih Bang Ganda... wkwkwkwkwkwk
Makin mendung Jakarta membaca puisi ini.
Salam kenal ya.
Dan kalau ada waktu mampir di postingan saya ya https://steemit.com/indonesia/@anggreklestari/jakarta-seperti-cinta
Terima kasih dan salam kenal juga. Sudah aku follow dan pasti akan aku kunjungi
Salam....