Suratmu dalam Batu 14
Aku jadi ingat,
menemuimu di bawah pokok mangga
dengan latar lapangan basket
waktu itu, kau bagai Putroe Bungsu yang hilang,
aku bagai Malem Diwa yang malang,
ada kata-kata yang selalu diperuntukkan
tentang kamu yang tak pernah hilang dalam ingatan.
Kita berselimut matahari
dalam karnaval
Bang Udin teriak, kau datang,
aku tahu, kisah tak mesti bermula
dari pertemuan itu,
kau bagai hujan.
Ingatanku menjadi tebal
tentang kau yang datang dari alam
di mana kita mula berjalan,
kau laksana kaca
dengan senyum yang menjuntai
aku pernah berkata
kau adalah jejak
Do bawah pokok mangga
aku seperti menunggu buah yang ranum
aku seperti menyeka angin yang hinggap
pada tubuhku yang terbuka
melantun hari-hari dengan lagu yang
pernah kau nyanyikan.
Aku menjadi ingat,
bahwa kau kelebat cinta
yang belum berkesimpulan.
Banda Aceh, 2018