Book Review: Malahayati Srikandi dari Aceh

in #realityhubs4 years ago

Buku ini ditulis oleh Solichin Salam atas ide dari Menteri Agama Republik Indonesia, Drs H Tarmizi Taher pada 15 Mei 1993. Kemudian diterbitkan oleh penerbit Gema Salam di Jakarta pada tahun 1995.

Ide dari Menteri Agama itu kemudian disampaikan Solichik kepada Menteri Koordinator Politik dan Keamanan Republik Indonesiam Soesilo Soedarman dan mantan Wakil Presiden Republik Indonesia, Umar Wirahadikusumah. Atas restu mereka, Solichin kemudian berangkat ke Banda Aceh melakukan penelitian untuk penulisan buku ini.

Sampai di Banda Aceh, Solichin menjumpai mantan Gubernur Aceh, Prof Ali Hasjmy, ulama yang juga sastrawan dan sejarawa Aceh, pendiri Museum dan Perpustakaan Ali Hasjmy yang menyimpan ribuan buku dan koleksi sejarah Aceh. Dari sana Solichim memperoleh banyak banyak.

Tapi itu saja tidak cukup, sebelum benar-benar sampai ke pusara sang pahlawan Laksamana Keumalahayai. Solichin kemudian berziarah ke makan laksama perempuan pertama di dunia itu. Untuk menuju ke makam Laksamana Malayati, ia didampingi oleh Komandan Koramil Masjid Raya, Kapten Ali Usman. Setelah itu, penulisan naskah buku “Malahayati Srikandi dari Aceh” ini pun digarap.

Menko Polkam Soesilo Soedarman kemudian ikut memberi pengantar pada buku ini. Begitu juga dengan Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut Laksamana TNI Tanto Koeswanto, serta Gubernur Aceh Prof DR Syamsuddin Mahmud dan Prof Ali Hasjmy.

Malahayati.jpg
Sosok Laksamana Malahayati dalam lukisan sumber

Buku “Malahayati Srikandi dari Aceh” ini diterbitkan pada momentum tahun emas peringatan setengah abad kemerdekaan Republik Indonesia dan 50 tahuan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).

Isi buku ini merupakan riwayat perjalanan dan sejarah hidup Laksamana Malahayati dan kiprahnya di Kerajaan Aceh dalam menentang invansi asing. Bagian awal buku ini diawali dengan: Aceh Selayang Pandang, Budaya Islam dan Jiwa Bahari, Hubungan Aceh dengan Turki, Aceh Pelopor Emansipasi Wanita.

Bagian selanjutnya membahas tentang kehidupan Malahayati dengan judul “Laksamana Malahati”. Bagian ini dumulai dengan tulisan “Dari Darah Biru” yang menjelaskan tentang asal usul keturunan dan silsilah keluarga Malahayati yang berasal dari kalangan terpandang. Kemudian dilanjutkan dengan masa pendidikan militer Malahayati di Mada Baitul Makdis. Tamat dari pendidikan Akademi Militer Kerajaan Aceh itu Malahayati kemudian menjadi Komandan Protokol Istana, hingga kemudian diangkat menjadi Panglima Armada Inong Balee, divisi khusus pasukan perempuan janda dalam militer kerajaan Aceh.

Puncak dari kepemimpinan Malahayati sebagai laksamana adalah ketika ia berhasil mengalahkan Cornelis da Frederic de Houtam, dua bersaudara pelaut asal Belanda yang mencoba mengganggu kapal dagang yang bertolak dari pelabuhan kerajaan Aceh. Malah Laksamana Malahayati sendiri yang membunuh Cornelis de Houtman di atas kapal karena melawan saat ditangkap. Tentang sejarah itu ditulis dengan judul “Peristiwa Cornelis de Houtman.”

Karir Malahayati tidak hanya sebatas Laksamana saja, ia kemudian juga menjadi seorang diplomat Kerajaan Aceh, sebelum menemui Raja Aceh, para utusan dari Eropa dan kerajaan-kerajaan di dunia, harus terlebih dahulu menemui Malahayati. Tentang ini ditulis dalam bagian “Sosok Seorang Diplomat.”

Buku ini sangat menarik untuk dibaca oleh siapa saja, terutama untuk para pecinta sejarah, mahasiswa, akademisi, bahkan masyarakat umum yang ingin mengetahui bagaimana riwayat perjuangan sang laksamnan.[**]


Posted on RealityHubs - Rewarding Reviewers