Belajar Bodoh Di Kelas Pembodohan
Aku lebih baik bodoh karena diriku, bukan karena pembodohan Aku lelah dengan jaman ini Jangan ya Maka berilah aku cahayaMu, IlmuMu, hikmahMu, petunjukMu, dan kasih-sayangMu
Aku rela dianggap bodoh daripada pintar karena pembodohan
Aku terima dibilang bodoh daripada pintar karena pembodohan
Aku sigap mendengar langkah hadirmu wahai pembodohan
Saya dengar periode hadirku di peradaban moderen. Saya harus bersyukur kepada tuhan atas kehendaknya menempatkanku di peradaban moderen. Ah tidak, saya harus selalu bersyukur atas segala keputusannya. Saya nikmati saja kenyataan yang ada di zaman ini. Bukan urusanku kalau nantinya terpaksa mengeluh hanya karena menjumpai kenyataan zaman yang berbeda dengan default pola pikir saya. Nikmati saja, kalau perlu ikuti saja, atau sekalian tenggelam ke dalamnya. Enak kan, apa lagi yang saya risaukan. Ikuti saja aturan kompetensi yang berlaku di dalamnya. Buatlah jiwa ini hanyut di dalam ekspertasinya. Setup diri ini selalu sakit hati saat kalah, jangan terus-terusan jadi tukang ngalah. Ciptakan ekspertasi yang umum digunakan di zaman ini. Kalau saya tidak melakukan itu dianggap memalukan oleh kebanyakan penghuni zaman ini.
Saya rasa sangat mudah menceburkan ke pola mekanismenya, lagian sudah tahu toh asas-asasnya. Pemahaman yang baik tentang globalisasi itu lebih dari cukup. Bagaimana asas ekspertasi dan kompetensi yang dirancang dalam globalisasi sudah sangat mendukung siapapun untuk benar-benar mau terlibat di zaman ini. Tidak perlu dipelajari lagi hal ini termasuk konstelasinya, itu cuma untuk orang-orang level advance saja. Yang terpenting mengikuti aturan mainnya saja.
Dari yang kecil-kecil dulu saja jika dirasa memberatkan menjalani asas-asasnya. Tidak harus berpengaruh dan terpandang di dalamnya, terlibat dan menjalani ritualnya saja sudah terlihat bagus. Banyak toh alat-alat penunjangnya untuk ikut-ikutan eksis di era ini. Alat pendidikan buatannya adalah salah satu contohnya, dan ini paling bergengsi, cukup tahu cara menjawab tes masuknya saja, tapi tingkat barrier to entry semakin tinggi seiring berjalannya waktu, sepertinya mulai membidik kalangan bermodal saja. Ada lagi alat yang kebetulan mulai digunakan oleh globalisasi dan tidak perlu susah payah terlibat di dalamnya, gunakan saja medsos. Awalnya alat ini didedikasikan untuk mempercepat jalannya silahturohmi dan mempersatukan umat manusia, tapi dalam sekejab jaman, alat ini sudah melebar kemana-mana dalam pemanfaatannya. Mungkin terlalu beradap dedikasi awal penciptaan alat ini. Alat yang sangat murah, efektif, dan efisien untuk bergabung di era ini. Dapat dijadikan sebagai topeng, alat eksistensi, dan pendongkrak kelas sosial. Hiraukan saja urusan kreativitas, itu terlalu memberatkan, tapi tidak masalah jika ingin memberikan contoh kerja keras dalam berkarya. Coba bayangkan, siapapun dapat menciptakan dunia virutual tentang dirinya lewat alat ini. Tapi hati-hati, jangan sampai ketahuan kalau bertolak belakang. Biar aman, cukup gunakan sebagai alat eksistensi.
Keadaan di atas saya rasa wajar. Zaman ini sudah berhasil membalik tata nilai yang berlangsung di zaman sebelumnya. Orang baik bukan lagi level tertinggi di jaman ini, level orang kaya menduduki level tertinggi. Dulu penguasa mencari dan butuh sang ahli sekarang sang ahli yang berbondong-bondong dan berharap di terima penguasa. Dulu martabat dan kehormatan yang paling prioritas sekarang kekayaan yang diprioritaskan meskipun kehilangan martabat dan kehormatan. Saya rasa kita sadar dengan keadaan ini. Namun kita malu untuk tidak menjalani mekanisme yang telah dibuat oleh era ini.
Kita beramai-ramai belajar di kelas pembodohan milik era ini. Jarang ada yang berani menutup mata tentang era ini. Banyak yang membuka mata, tapi sedikit yang mampu melihat makna di balik era ini dibuat. Ruang kelas era jaman ini menjadi tempat belajar cara menaggalkan baju jati diri. Jam pelajaran kesejahteraan terlalu banyak hingga lupa menyediakan jam pelajaran untuk keadilan dan kemakmuran. Peserta didik diajari, didoktrin, dan didogma kebenaran versi era zaman ini. Lulusannya di pekerjakan untuk kepentingan era ini dengan bayaran prestise sosial bergaya era ini dan tunjangan eksistensinya.