Perjuangan Mantan Kombatan

in #sosial7 years ago

tanaman lada.jpgSAYA tidak pernah mengaju­kan proposal ke dinas-dinas untuk mendapat­kan bantuan, dan juga tidak suka main proyek. Kebun lada ini saya kelola dengan modal sendiri, bantuan dari pemerintah hanya bibit lada.

Hal itu diutarakan Aspero (40) atau biasa disapa Pero saat ditemui Analisa di kebun lada miliknya, di Desa Nibong Kecamatan Nibong, Aceh Utara, Selasa (23/1). Mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) itu mencerita­kan, dirinya tertarik untuk membu­didayakan lada, selain harganya mahal, masa produksi tanaman tersebut juga lama. Selain lada perdu, di kebun seluas 4.000 meter itu juga dita­nami lada panjat.

Di sela-sela kesibukannya mem­­bersihkan rumput liar pada ta­naman lada miliknya, Aspero banyak mence­ritakan kisah perja­lanan hidupnya. Dia mengaku, sebelum kembali ke pang­kuan Negara Kesatuan Republik In­do­ne­sia (NKRI) dirinya kerap terlibat kon­tak tembak dengan aparat keamanan.

Namun, buku masa konflik te­lah ditutup rapat-rapat oleh Aspiro, kini di­rinya membuka lembaran baru. Pada awal mula terjun ke ka­langan masya­rakat biasa, Aspiro membuka lembaga pe­­latihan baha­sa Inggris dan bahasa Arab bagi anak keluarga kurang mam­pu.

Ayah empat anak ini menam­bahkan, dia mengundang pe­materi yang bisa berbahasa Inggris dan Arab untuk megajari anak-anak kurang mampu tersebut. Karena ku­rang modal, lemba­ganya itu tidak bertahan lama, dan terpaksa harus ditutup.

Ditutup

“Padahal sudah banyak peserta dari anak keluarga kurang mampu. Karena kurang modal ya harus ditutup. Waktu itu, saya hanya men­ceritakan pada Pemerintah Aceh Utara, bahkan ada lembaga yang bergerak di bidang ini, kalau mau dibantu ya dibantu, kalau tidak ya juga tidak apa-apa. Saya ti­dak pernah mengajukan proposal,” kata warga Nibong itu.

Setelah lembaganya tutup, Aspero kemudian banting setir dan terjun ke kebun milik warga setem­pat dengan luas kurang lebih 4.000 meter. Di kebun itulah Aspero yang sudah menjadi peta­ni lada merajut harapan, agar tanaman lada itu dapat menghidupi keluarganya.

Dia menjelaskan, mulai mem­budi­yakan lada dengan modal Rp8 juta. Uang tersebut dia keluarkan dari kantongnya sendiri. Saat ini tanaman lada itu sudah berumur dua tahun, dan tidak lama lagi As­pero dapat menikmati hasil dari keringatnya itu.

“Mungkin satu tahun lagi sudah bisa panen. Terus terang saya tidak mengerti cara membudidayakan lada, selama ini belajar dari inter­net, mencari di google cara mem­bu­didayakan lada. Saya sangat mengharapkan Pemerintah Aceh Utara untuk memberikan pelatihan cara membudidayakan lada. Selain itu, lada-lada ini juga butuh pemu­pukan, sehi­ngga bantuan dari pe­me­rintah sangat diharapkan,” ujar pria tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA) ini.

Meskipun lahannya itu di ling­ku­ngan proyek raksasa, Per­tamina Hulu Energi (PHE), Pero mengaku tidak pernah meminta bantuan. Dirinya beralasan malu untuk meminta-minta.

“Saya ingin memperlihatkan hasil kerja, saya tidak tidak mau meminta-minta dengan cara proposal. Saya berharap masyarakat mau membudi­dayakan lada. Budi­dayakan lada akan menjaga kesu­buran tanah, berbeda dengan tanaman sawit,” tegasnya.

Sumber: http://harian.analisadaily.com

Sort:  

Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
http://harian.analisadaily.com/aceh/news/dari-memanggul-senjata-jadi-petani-lada/493883/2018/01/27

Congratulations @sairipase! You have received a personal award!

1 Year on Steemit
Click on the badge to view your Board of Honor.

Do not miss the last post from @steemitboard:

Be ready for the next contest!
Trick or Treat - Publish your scariest halloween story and win a new badge

Support SteemitBoard's project! Vote for its witness and get one more award!

Congratulations @sairipase! You received a personal award!

Happy Birthday! - You are on the Steem blockchain for 2 years!

You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking

Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!