Three things have made me late to know technology and steemit has changed everything (Tiga hal yang telah membuat saya terlambat mengenal teknologi dan steemit telah merubah segalanya)

in #steemit7 years ago (edited)

(English)

Thursday, October 28, 1993 was the first day I was born into the world by a mother who was raising me. My first cry in the hands of the village midwife who is now deceased world. The village midwife has saved me from my mother gave birth to the process. My mother was keen I was born as a baby and mom was so happy when I saw I was born with gender male. .

In contrast to others who often perpetuate the image of his son for a keepsake in the future. My mother and father just as the villagers who have narrow knowledge about it. My parents never capture my childhood in any form because according to them it is useless and that the principle of the people of the village at that time. Camera is only possessed by a few people, because at that time in Aceh has not been touched by the technology of the camera.

My father was a Palm climber and mom I am just a housewife who helped my father harvesting coconuts belong to someone else. It made me realize that a lifetime of both my parents were never concerned with the advancement of age, which they know is just where it will find the money to survive. According to my parents advances only for those who have wealth and can live at ease because you received a monthly salary. Senentara they should be dressed compang camping and dirty because it had to face heavy work which makes it a dirty each day.

The struggles my parents life unbearable, and my parents are very responsible terhap families have been constructed. Born from a family with all of the limitations does not make me become a backward, thus their passion to raise a family became my biggest motivation to live life. My parents are the ones who never have schools, but they were able to send me to University.

Living in Aceh the more narrow in the year 2000, at the start of this year's memanasnya internal conflict between the orders and the free Aceh Movement rebels. Berdenjata conflict that lasted until the year 2005 is very complicate my family for farming due to the fear of impending war. Looking for sustenance in between the bullets flying is not easy, as if all that was done was at stake with lives. At my age 7 years I almost exploded by a bomb placed by the free Aceh Movement on the sidewalk that I then headed to the elementary school. Lucky when the bomb exploded I reached # 100 meters from the explosion.

It turns out that I am not yet safe because it is not affected by the bomb blast, plagues other arrived after the bomb exploded, the bomb missed the target at the desired by the free Aceh Movement. The bomb is the Tatget truck menggangkut porsonil Indonesia national army, because the bomb was not the spontaneous truck mebgenai personnel shot toward me, because I was close to the members of the free Aceh Movement that sparked the explosion of the bomb. I didn't knew how much ammunition that has been on fire towards me by the Indonesian national army personnel who were surprised that.

Top of this kejadia I realize until today I still deberi opportunity to live by God and I should be grateful because of that. Conditions of armed conflict has affected the social life and the character of every citizen. Schools of thought that have an impact on the character of yabg hard it is definitely going to be the soul of every citizen of Aceh today. I grew up in the soft sand and shells in an explosion every nom that exploded has led me to be courageous in the face of every issue.

In 24 is the height of armed conflict in Aceh almost all access blockade by the Government of indonesia, this is done to narrow the space motion of the free Aceh Movement. The Government of the Republic of Indonesia venture didn't last long, because God said other, earthquake and tsunami have drown Earth serambi mekkah (nanggroe Aceh Darussalam). The aceh earthquake and tsunami disaster has made the world weep, the victims of this natural disaster on sinking almost ¹/³ the territories of aceh and has claimed the lives of more than 200,000 inhabitants people of aceh. The victims of this disaster that is caused by consuming more victims of armed conflict. Lucky I live in an area that is pretty far off the coast.

The tsunami disaster in Aceh has opened the eyes of the world for a moment see, helps the process of efakuasi and help to donate food for the people of aceh can still survive the terrible disaster. The terrible disaster in Aceh has made the world weep and then opening the way of peace for the Government of the Republic Indonesia and the free Aceh Movement.

It feels like my life is already complete at the age of 12 years, it is not only a living among the bullets fly I must also live with the corpse lay rubuan. Behold the power of God that no one can not hide him:. The greatness of the Lord is very clearly shown on Earth Aceh. 200.00 more souls have been lost in an instant of time.

Peace in Aceh had turned aceh into a region that is very conducive to the present. The world's attention to Aceh Aceh memjadikan as one of the areas that have the right to establish relations with other countries.

Two major events that will be etched in history I've been going through, but I am very sorry for my lack of pengrtahuan against technology has made the life I left behind beberspa step. I wish I was able to capture a few moments that I go through. Certainly it has been a pleasure all its own.

There was no word late to a knowledge, my negligence against technology in childhood is very unfortunate, but steemit has opened the eyes of millions of souls to understand about how to utilize the internet to become land the job.

I @helmirenggrik her and thank you ...


(Indonesia)

Kamis 28 oktober 1993 adalah hari pertama saya dilahirkan ke dunia oleh seorang ibu yang kini telah membesarkan saya. Tangisan pertama saya ditangan bidan desa yang kini sudah meninggal dunia. Bidan desa telah menyelamatkan saya dari proses ibu saya melahirkan. Ibu saya sangat mengharapkan saya lahir sebagai seorang bayi lelaki dan ibu sangat bahagia ketika melihat saya lahir dengan jenis kelamin lelaki.

Berbeda dengan orang lain yang sering mengabadikan gambar anaknya untuk sebuah kenang-kenangan di masa depan. Ibu dan ayah saya hanya sebatas orang desa yang memiliki pengetahuan sempit tentang hal tersebut. Orang tua saya tidak pernah mengabadikan masa kecil saya dalam bentuk apapun karena menurut mereka itu tidak berguna dan begitulah prinsip orang desa di masa itu. Kamera hanya dimiliki oleh sedikit orang, karena pada masa itu Aceh belum tersentuh oleh teknologi kamera.

Ayah saya adalah seorang pemanjat kelapa dan ibu saya hanya seorang ibu rumah tangga yang ikut membantu ayah saya memanen kelapa milik orang lain. Hal inilah yang membuat saya menyadari bahwa seumur hidup kedua orang tua saya tidak pernah perduli dengan kemajuan zaman, yang mereka tau hanyalah dimana akan mencari uang untuk dapat bertahan hidup. Menurut orang tua saya kemajuan zaman hanya bagi mereka yang memiliki kekayaan dan dapat hidup dengan santai karena menerima gaji bulanan. Senentara mereka harus berpakaian compang camping dan kotor karena harus menghadapi pekerjaan berat yang membuatnya menjadi kotor setiap harinya.

Perjuangan hidup orang tua saya sangat berat, dan orang tua saya adalah orang yang sangat bertanggung jawab terhap keluarga yang telah di bina. Terlahir dari keluarga dengan segala keterbatasan tidak membuat saya menjadi orang yang terbelakang, justru semangat mereka untuk menghidupi keluarga menjadi motivasi terbesar saya untuk menjalani hidup. Orang tua saya adalah orang yang tidak pernah sekolah, namun mereka sanggup menyekolahkan saya hingga ke universitas.

Hidup di Aceh semakin sempit di era tahun 2000, pada tahun ini mulai memanasnya konflik internal antara perintah republik indonesia dan pemberontak Gerakan Aceh Merdeka. Konflik berdenjata yang berlangsung hingga tahun 2005 ini sangat menyulitkan keluarga saya untuk bertani karena ketakutan akan terjadinya peperangan. Mencari rezeki di sela peluru yang beterbangan tidaklah mudah, seakan semua yang dilakukan dipertaruhkan dengan nyawa. Pada usia saya 7 tahun saya hampir meledak dengan sebuah bom yang dipasang oleh Gerakan Aceh Merdeka di pinggir jalan yang saya lalu menuju ke sekolah dasar. Beruntung saat bom tersebut meledak saya berada diposisi 100 meter dari ledakan tersebut.

Ternyata saya belum aman karena tidak terkena oleh ledakan bom tersebut, malapetaka lain pun tiba setelah bom tersebut meledak, bom tidak mengenai target yang di inginkan oleh Gerakan Aceh Merdeka. Tatget dari bom tersebut adalah truk yang menggangkut porsonil Tentara Nasional Indonesia, karena bom tidak mebgenai truk spontan para personil menembak ke arah saya, karena saat itu saya berdekatan dengan anggota Gerakan Aceh Merdeka yang memicu ledakan bom. Saya tidak mengetahu berapa amunisi yang telah di tembakkan ke arah saya oleh para personil tentara nasional indonesia yang terkejut itu.

Atas kejadia ini saya menyadari hingga saat ini saya masih deberi kesempatan untuk hidup oleh tuhan dan saya harus bersyukur karena itu. Kondisi konflik bersenjata telah mempengaruhi kehidupan sosial dan watak dari setiap warga Aceh. Aliran pemikiran keras yang berdampak pada watak yabg keras sudah pasti akan menjadi jiwa dari setiap warga Aceh sekarang ini. Saya dibesarkan dalam peluru yang berterbangan dan dalam ledakan setiap nom yang meledak telah membawa saya menjadi seorang yang pemberani dalam menghadapi setiap masalah.

Pada tahun 24 adalah puncak konflik bersenjata di Aceh hampir segala akses diblokade oleh pemerintah indonesia, hal ini dilakukan untuk mempersempit ruang gerak Gerakan Aceh Merdeka. Usaha pemerintah Republik Indonesia tidak bertahan lama, karena kehendak Tuhan berkata lain, gempa bumi dan tsunami telah menenggelamkan bumi serambi mekkah (nanggroe Aceh Darussalam). Musibah gempa dan tsunami aceh telah membuat dunia menangis, korban pada bencana alam ini menenggelamkan hampir ¹/³ wilayah aceh dan telah merenggut lebih dari 200.000 jiwa masyarakat aceh. Korban yang disebabkan oleh bencana ini memakan korban lebih banyak dari konflik bersenjata. Beruntung saya berkediaman di daerah yang lumayan jauh dari lepas pantai.

Bencana tsunami di Aceh telah membuka mata dunia untuk sejenak melihat, membantu proses efakuasi dan membantu untuk menyumbang pangan bagi masyarakat aceh yang masih dapat bertahan hidup dari bencana dahsyat tersebut. Bencana dahsyat di Aceh telah membuat dunia menangis dan kemudia membuka jalan perdamaian bagi pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka.

Lengkap sudah rasanya kehidupan saya pada umur 12 tahun itu, tidak hanya hidup diantara peluru yang beterbangan saya juga harus hidup dengan rubuan mayat yang bergelimpangan. Sungguh kuasa tuhan yang tidak ada yang dapat menyainginya. Kebesaran tuhan sudah sangat jelas diperlihatkan di bumi Aceh. 200.00 jiwa lebih telah hilang dalam waktu sekejab.

Perdamaian di Aceh telah mengubah aceh menjadi wilayah yang sangat kondusif hingga saat ini. Perhatian dunia ke Aceh telah memjadikan Aceh sebagai salah satu wilayah yang memiliki hak untuk membangun hubungan dengan negara lain.

Dua peristiwa besar yang akan terukir dalam sebuah sejarah telah saya lalui, namun saya sangat menyesal karena kurangnya pengrtahuan saya terhadap teknologi telah membuat kehidupan saya tertinggal beberspa langkah. Andai saat itu saya dapat mengabadikan beberapa momen yang saya lalui tersebut. Pasti hal itu telah menjadi sebuah kesenangan tersendiri.

Tidak ada kata terlambat untuk sebuah pengetahuan, kelalaian saya terhadap teknologi di masa kecil memang sangat disayangkan, namun steemit telah membuka mata berjuta jiwa untuk mengerti tentang cara memanfaatkan jaringan internet menjadi lahan pekerjaan.

Saya @helmirenggrik sekian dan terima kasih..

Sort:  

Panjang lebar nyeh??
Palo that level ka ago?

Lon ka treb ku maen cman sempat fakum heheh