Warung Kopi, Bom Atom, dan Wanita Jepang
Siang itu (21 Maret 2016), HP saya berdering menerima panggilan dari nomor tak kukenal, rupanya si penelpon benar-benar tak kukenal. Dengan nada Bahasa Indonesia yang patah-patah dan baku, diujung telpon sana si penelpon mengenalkan diri diawali dengan "Selamat siang pak Munzami, saya Hisako Kobayashi dari Jepang ingin bertemu dengan Anda."
Alamak, mimpi apa ane semalam, tiba-tiba di telpon sama orang Jepang, wanita pula lagi, untung waktu itu bukan video call kayak anak-anak jaman now telponan sama pacarnya. :)
Ternyata yang telpon saya itu seorang assosiate professor (Hisako Kobayashi, Ph.D) dari Center For International Planning, Kagoshima University, Jepang.
Esoknya (22/03), saya bertemu dengan wanita Jepang ini lalu saya ajak ngopi di salah satu warung kopi di Lampineung - Banda Aceh. Di awal pembicaraan kami, ia mengatakan bahwa tujuannya ke Aceh karena sedang meneliti daerah-daerah bekas konflik di Asia Tenggara. Sebelumnya, ia baru saja pulang dari Pattani (Thailand), Mindanao (Filipina) dan Poso, kemudian ia melanjutkan perjalanan ke Banda Aceh.
Kami berdiskusi tentang Aceh, mulai dari masalah reintegrasi, birokrasi tata kelola pemerintahan, sampai tradisi anak muda yang menghabiskan masa mudanya di warung kopi. Saya katakan ke Hisako kalau di Aceh tidak ada tempat hiburan malam ataupun minuman keras karena masyarakat disini menghormati dan menjalankan Syariat Islam.
Hisako bercerita sebelum ke Aceh ia browsing di internet seputar reintegrasi Aceh dan menemukan nomor hp saya dari situs web IDeAS. Ia kemudian sedikit terkejut saat saya jelaskan kalau aktivitas diskusi publik yang rutin dilaksanakan oleh IDeAS (Institute for Development of Acehnese Society) setiap bulannya diadakan dari warung kopi ke warung kopi.
"Banyak ide dan gagasan lahir dari meja-meja warung kopi dan terkadang esensi dari diskusi warung kopi jadi BOM ATOM bagi stakeholder birokrasi dan korporasi, kadang pula bisa sedahsyat Bom Hiroshima & Nagasaki," canda saya saat itu. (Kebetulan hari itu ada statement Rektor UIN terkait Bom Atom Pengangguran di Aceh di harian Serambi Indonesia).
Di akhir obrolan kami di warung kupi, saya katakan ke Hisako;
"Selamat datang di Aceh dan selamat menikmati pahitnya #kopi selama di Aceh Hisako, sepahit nanggroe kami yang masih dalam jeratan kemiskinan & pengangguran.
Selama dua hari saya menemani aktifitas Hisako selama di Banda Aceh, beragam kuliner khas Aceh saya tawarkan ke wanita negeri Sakura ini. Mulai dari #Mie-Aceh, #Sie-Itek, #Sanger, #Timphan hingga #Martabak Aceh (bukan pizza).
Namun, saat ia balik ke Jakarta sebelum kembali ke Jepang, saya pun lupa mengembalikan "Silop Jeupang" dan "Boh Labu Jeupang" yang dulu (1942-1945) pernah ditinggalkan oleh Tentara Jepang di Aceh. Sekian! :)
That geupap. lupa mengembalikan bohlabu jeupang wkwkwkk Mantap
Hahahaa,,, memang Jepang nyan lagee geupap, silop ngen boh labu sagai di keubah. 😂
sipot jeupang pih han diteumeung puwoe
Congratulations @munzamihs! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!