"Alam peudeung Flags" Aceh-Turkish Relation
Bendera alam peudeung adalah bendera Kesultanan Aceh Darussalam, berwarna merah dengan bulan sabit, bintang, dan pedang berwarna putih, menyerupai bendera Kesultanan Turki Utsmani. Salah satu peninggalan Kesultanan Aceh Darussalam, berdera ini telah digunakan oleh kerajaan Aceh Darussalam sejak ratusan yang lalu.
Dasar merah dengan bulan bintang di tengah sama seperti Turki dan ini menunjukkan bahwa kerajaan Aceh berlandaskan Al quran dan Alhadis, simbol bulan bintang merupakan pemberian dari turki sebagai simbol persaudaraan. Sedangkan pedang merupakan lambang kedaulatan Aceh dan juga menunjukkan sifat orang Aceh yang tegas dan ditakuti oleh lawan-lawannya. Ada istilah di Aceh hudep saree matee shahid, salah narit peudeung peuteupat, salah seunambat teupeuroe dumna. Penambahan pedang ini sebagai sifat orang Aceh diletakkan di bawah bintang bulan. Jadi persamaan bendera Turki dengan “alam peudeung” Aceh diakibatkan hubungan Aceh dan Turki begitu harmonis tempo dulu.
Bagaimana Turki Utsmani Dekat dengan Aceh di Masa Lampau ?
berdasarkan catatan sejarah, Sultan Sulaiman I pernah menerima utusan dari Kesultanan Aceh Darussalam. di dalam artikelnya berjudul “Ottoman-Aceh relations as documented in Turkish sources” yang ditulis oleh Ismail Hakki Göksoy menjelaskan hubungan antara dua kesultanan tersebut berdasarkan arsip dokumen-dokumen resmi Kesultanan Utsmani.
Kesultanan Aceh Darussalam mulai berdiri sejak abad ke-16 dengan Sultan Ali Mughayat Syah sebagai sultan pertamanya. Pada saat itu, Aceh merupakan kerajaan yang paling berpengaruh di kawasan Sumatera. Kesultanan Aceh Darussalam melai tersohor pada era kepemimpinan Sultan Alauddin al-Kahhar. Untuk memperluas kekuasaan dan peningkatan di sektor perekonomian, Aceh berencana menguasai Selat Malaka yang menjadi jalur perdagangan internasional. Untuk itu, Aceh harus bersaing Portugis yang menguasai Malaka.dan bukan hanya menguasai Malaka yang telah dikuasai portugis, Samudera Hindia pada waktu itu juga didominasi oleh armada laut Portugis. Kapal-kapal dagang dari Aceh yang berlayar menuju ke Timur Tengah di serang oleh kapal perang Portugis.
Karena merasa dirugikan,Kerajaan Aceh kemudian mengirimkan utusan ke Turki, meminta bantuan militer. Duta Besar Aceh pada tahun 1547 mendatangi Istanbul. Utusan dari Aceh tersebut meminta bantuan militer serta alat peralatan tempur untuk menghadapi Portugis .Permohonan tersebut dikabulkan oleh Sultan Sulaiman I yang pada saat itu menjadi sultan, beliau merasa wajib untuk melindungi kaum muslim dari serangan portugis karena alasan saudara seiman dan kesatuan akidah yang kuat, Sebuah surat yang berisi petisi Sultan Alaiddin Riayat Syah yang ditujukan kepada Sultan Sulaiman Al-Qanuni, berisikan bahwa kerajaan Aceh serta masyarakat aceh mengakui Turki utsmani sebagai kekhalifahan Islam.
Sejak saat itulah, hubungan diplomasi Aceh dengan Turki pada abad ke-16 mulai berjalan lancar dan terus berlanjut sampai di era pemerintahan Sultan Selim II. seperti yang dilakukan oleh sultan sebelumnya. Ini terbukti setiap tahunnya Aceh rutin mengirimkan hadiah seperti, batu mulia, hasil bumi,dan rempah-rempah. Sebagai bentuk tanda terima kasih lada adalah rempah-rempat aceh yang paling disukai oleh sultan turki. Untuk terus membina hubungan baik dengan Turki, Sebagai balasannya, Turki mengirimkan bantuan militer berupa persenjataan, ahli militer, para ulama turki serta para ahli seni ,serta perlindungan untuk Aceh.
Bahkan di bitai banda aceh terdapat pemakan orang Turki yang dikirim tersebut.
Yang paling terkenal adalah makan Tengku di Bitai
Senjata pemberian turki yang paling terkenal adalah meriam lada sicupak. Yang kini hanya bisa kita lihat dimuseum Militer Bronbeek di kota Arnherm-Belanda. Itu karena semua meriah lada sicupak telah disita pada masa penjajahan belanda pada abad ke 20.
Hubungan diplomasi aceh dan terus terjalin dan kemudian menjadikan Aceh sebagai wilayah dibawah perlindungan Kesultanan Utsmani hingga abad ke-18.
Hubungan aceh dan turki sampai sekarang
Masih berlanjut hingga sekarang walaupun hanya pada kerja sama di sektor kebudayaan dan seni.
ini adalah acara peringatan 477 tahun kerjasama aceh-turki di Ma'had eskery Bitai banda Aceh pada 2017 lalu.
semoga hubungan aceh-turki semakin harmonis untuk kedepannya.
Hai, halo @safriadi88.. Selamat datang di Steemit! Suka anda ngumpul di sini.. sudah diupvote ya.. :)
Terima kasih :)