SAYA TIDAK SELALU BAIK-BAIK SAJA

in #steemliteracy3 years ago

Sesungguhnya saya sedih, nyaris kena mental breakdown, kalau istilah anak sekarang. Beberapa waktu lalu saya mengenali gejala yang nyaris sama waktu saya mendapat tekanan kantor (saat masih jadi pekerja kantoran beberapa tahun lalu.) Tapi tekanan dulu dan sekarang berbeda. Dulu tuntutan pekerjaan, sedang hari-hari ini karena situasi. Ayo kita jujur saja deh, siapa yang tidak cemas melihat dan mendengar kabar akibat pandemi? Dikepung kabar dari Utara, Selatan, Timur, Barat. Dari orang yang jauh sampai orang yang paling dekat. Sampai ada candaan, ini seperti arisan, kita tinggal menunggu giliran.

Saya tidak sempurna dan tidak selamanya bisa kuat. Karena itulah, saya menulis ini, mengatakan bahwa saya tidak selalu baik-baik saja. Tapi saya harus berusaha semaksimal mungkin menjaga. Sebab saya tahu, sekali saja psikis saya terganggu, fisik saya terpengaruh. Apalagi jika mengetahui sesuatu, tapi tidak bisa berbuat apa-apa, rasanya jadi manusia yang paling tidak berguna. Sedih. Sedih sekali.

Rumah saya di pinggir jalan raya dan dekat dengan beberapa mesjid. Anda tentu bisa menyimpulkan, kemungkinan apa saja yang bisa terjadi. Itu juga memberikan dampak tambahan kecemasan. Ambulans lewat bergantian, pengumuman dari toa mesjid, iringan beberapa orang lewat mengantar jenazah menuju pemakaman, polisi yang berpatroli setiap malam.

Membaca linimasa, vibrasi kecemasan dan ketakutan begitu terasa. Saya tidak sendirian. Semua sedang berjuang dengan caranya masing-masing. Yang sedang sakit, berjuang sembuh, yang sehat berjuang tetap sehat. Yang mengeluh, yang rapuh, yang sedang menggapai-gapai butuh ditolong juga tak terbilang. Saya sungguh tidak bisa berbuat banyak untuk semuanya. Perasaan seperti itu lama-lama juga bisa mendatangkan frustasi. Rasa tidak berdaya bikin fisik saya sempat drop dan seperti diserang sakit yang aneh seharian. Tapi beruntungnya, segera sadar dan segera melakukan hal-hal yang perlu dilakukan untuk menaikkan kembali level imun. Saya tidak bisa membantu semuanya. Saya hanya melakukan hal sederhana dengan cara saya. Tetap mencoba kuat dengan vibrasi positif agar yang tersebar dan terserap orang lain pun positif. Bukan saja mengalihkan pikiran dengan aneka kegiatan yang (seharusnya, biasanya) saya sukai, yang belakangan ini mendadak terasa basi dan tak lagi menyenangkan. Tapi saya harus mengusahakan kegembiraan dan kesehatan dengan lebih keras lagi. Ada orang-orang yang tahu kapan saya hendak patah, segera mengingatkan, saling menguatkan.

Mengapa saya menulis ini? Saya tahu, saya tidak sendiri. Di luar sana, banyak juga orang yang mengalami apa yang saya rasakan, tapi tidak semuanya terbuka. Bisa juga hanya diam dan memendam, demi bertahan untuk orang-orang di sekitarnya. Soal iman, saya yakin semua juga percaya setiap kejadian berasal dari Allah, dan kita harus berserah kepada Allah. Tugas kita justru harus tetap berusaha, menjaga, menjaga, menjaga. Mana mungkin kita berserah tanpa berbuat apa-apa, kan?

Dengan berbagi cerita, membagikan kegiatan dan berita positif, sesungguhnya kita telah membantu minimal satu orang: diri kita sendiri. Mengapa penting? Jika diri kita sudah "aman" maka kita akan lebih kuat membantu lebih banyak orang. Melalui apa saja. Tidak melulu materil (yang kentara atau diam-diam), bisa immateril seperti dorongan semangat, doa-doa, dukungan moril yang dibutuhkan sesama, hal-hal inspiratif. Saya yakin, sisi kemanusiaan kita pasti tergerak. Di saat seperti ini, terbukti kita semua saling membutuhkan. Tidak ada kata jumawa bisa serba sendiri, serba ada, serba bisa dibeli dengan uang, serba bisa menitah kapan saja.

Seisi dunia sedang tidak baik-baik saja. Mari berdoa dan berupaya bersama. Saling semangat, saling mengingatkan, dan saling saling lainnya.

Jangan menyerah. Masih banyak PR hal baik yang bisa kita lakukan bersama.

IMG_20210701_073148_906.jpg