Jangan Ke Final Inggris, Itu Berat. Biar Kroasia Saja, Kalian Tidak Akan Kuat

in #steempress6 years ago (edited)


Source

Partai final dalam sebuah turnamen akbar adalah sebuah pertandingan besar dan menguras energi. Tidak semua tim mampu sampai ke laga impian tersebut. Jika dilaga sebelumnya (semifinal) saja saat berhadapan dengan lawan yang pada laga sebelumnya telah terkuras energinya, kemudian unggul cepat  dimenit awal dan kemudian kalah di ekstra time, maka sebuah tim tersebut jelas belum layak masuk final. Sebuah kenyataan bahwa tim tersebut tidak siap dari segi apapun untuk berlaga dibabak final, apalagi di turnamen sekelas Piala Dunia.

Sejatinya, mereka merupakan tim yang bagus dengan skuad muda bertalenta dan memiliki gairah yang tinggi. Namun, lawan yang dihadapi dibabak semifinal sekali lagi membuktikan kepada dunia bahwa mereka unggul, baik dari segi fisik juga mental. Akhirnya, saya ingin mengutip sebuah kata dari film Dilan; Jangan ke final Inggris, berat. Kalian tidak akan kuat, biar Kroasia saja.

Mimpi Yang Menguap Begitu Saja

Harapan Inggris untuk lolos ke final Piala Dunia pun kembali menguap dan menjadi mimpi belaka. Setelah sekian lama, kepercayaan publik Inggris bahwa tim nasional mereka akan meraih prestasi di Piala Dunia pun musnah setelah peluit panjang ditiup oleh wasit Cunet Cakyr, kekecewaan dan penyesalan pun kembali dirasakan sebagai sebuah mimpi yang terlalu cepat terjaga. Generasi emas bentukan Gareth Southgate dengan pasukan mudanya harus mengubur dalam-dalam impian bermain di final.


Source

Inggris yang memiliki kesempatan menjadi juara grup ditengarai memilih “jalur” aman dengan memainkan starting eleven lapis dua kala saat menghadapi Belgia, mereka lebih memilih kalah dan menjadi runner-up grup karena akan menghadapi Kolombia yang menurut mereka lawan yang mudah. Kenyataannya berbeda, sempat unggul dimenit-menit awal, Kolombia berhasil menyamakan kedudukan di penghujung laga dan memaksa Inggris bermain sampai ekstra time hingga babak tos-tosan. Beruntung, Inggris berhasil menang adu pinalti dan melaju kebabak selanjutnya.

Melawan Swedia, mesin gol Harry Kane dibuat mati kutu oleh ketatnya pertahanan Swedia, dan lagi-lagi Inggris berhasil keluar dari lubang jarum, sundulan Harry Meguire dan Delle Ali mengantarkan mereka ke perempat final. Lolos ke semifinal Piala Dunia setelah terakhir dicapai pada tahun 1990, mimpi Inggris kembali membumbung tinggi karena final pertama tahun 1966 mereka berhasil menjadi juara dan itu satu-satunya gelar juara dunia yang dimiliki Inggris. Tapi kali ini Kroasia berhasil menghadang mereka untuk sampai ke final.

Kroasia bukanlah lawan yang mudah, Luka Modric dan kawan-kawan berhasil menjadi juara grup “neraka” yang berisikan Argentina, Nigeria dan Islandia. Tanpa ampun, Argentina dengan segudang pemain bintang pun mereka taklukkan tiga gol tanpa balas. Kemudian mereka menunjukkan mental juara dengan dua kemenangan beruntun dibabak adu pinalti saat berhadapan dengan Denmark dan Rusia dibabak 16 besar dan perempat final. Kroasia berhasil menjadi kuda hitam dengan kekuatan baja mereka, tetapi Inggris pede akan mampu mengalahkan mereka karena satu alasan, Kroasia kelelahan dan tidak bugar. Karena telah memainkan pertandingan beruntung selama 120 menit hingga adu pinalti, dan seharusnya memang Kroasia telah kehilangan tenaga.


Source
Inggris Terkesan Meremehkan Kroasia

Laga yang dihelat di Luzhniki Stadium berlangsung biasa-biasa saja sejak kick-off sebelum Kieran Trippier mengkonversi tendangan bebas terukur dimenit ke-5 yang membuat Daniej Subasic harus rela gawangnya dibobol diawal laga. Keunggulan yang membuat pemain dan pendukung Inggris semakin percaya bahwa merekalah yang akan menghadapi Prancis di final. Inggris mulai sedikit meremehkan Kroasia, dan itulah kesalahan terbesar yang dilakukan anak-anak muda Inggris di Rusia.

Setelah unggul, Inggris semakin bersemangat dan mulai memainkan bola di lini tengah sekaligus menarik garis pertahanan sedikit ke tengah untuk menutup ruang gerak para gelandang Kroasia, dan skor tetap 1-0 hingga jeda. Permainan pun berubah dibabak kedua, Kroasia seakan menemukan ritme permainan dengan menerapkan pressing ketat dalam upaya menyamakan kedudukan.

Gelandang Kroasia yang digawangi oleh Ivan Rakitic dan Luca Modric, mereka mulai mengendalikan permainan untuk menekan Inggris. Pressing tinggi yang dimainkan berhasil membuat Inggris kesulitan dalam menguasai permainan, mereka kerap kehilangan bola karena asal-asalan dalam bertahan saat diserang Kroasia dan terlalu bermain umpang-umpang panjang kepada Harry Kane yang mulai diisolasi oleh barisan pertahanan Kroasia yang dimotori oleh Dejan Lovren.


Source

Usaha Kroasia pun menuai hasil dimenit 68, pemain asal klub Italia Inter Milan, Ivan Perisic berhasil menyamakan kedudukan setelah habis-habisan menyayat sektor kiri pertahan Inggris. Crossing Sime Vrsaljko dari sisi kanan disambar Perisic diantara dua pemain bertahan Inggris dan menembus gawang yang di kawal Jordan Pickford. Gol itupun memotivasi anak asuh Zlatko Dalic untuk terus menyisir segala sektor, terutama sektor pertahanan Inggris yang kali ini dibuat rapuh, berbeda dengan laga-laga sebelumnya.

Seandainya saja tembakan rendah Perisic tidak menerpa tiang gawang, mungkin laga akan tuntas diwaktu normal. Inggris memang berhasil mematikan pergerakan dan pengaruh Modric-Rakitic, tapi mereka gagal meredam dua sayap Kroasia, Perisic dan Rebic. Jika sebelumnya Kroasia berhasil menundukkan Denmark dan Rusia dibabak adu pinalti, kali ini tidak. Menit ke-109 babak ekstra time, konsentrasi John Stones buyar saat gagal menghalau sundulan ke jantung pertahanan Inggris. Mario Mandzukic diantara bek yang terlihat tidak begitu siap langsung memburu bola liar dan menuntaskannya dengan sepakan kaki kiri tanpa bisa dicegah Pickford.

Euforia pun berbalik menjadi milik kubu Kroasia dan Inggris pun sadar bahwa mimpi mereka ke final telah berakhir.


Source
Kroasia Lebih Pantas Ke Final

Secara umum terlihat bahwa Kroasia memang layak masuk final. Tertinggal lebih dulu, kemudian berhasil menyamakan kedudukan, mendominasi dan kemudian menang. Mereka tidak lelah, seperti yang dibicarakan publik dan pemain Inggris. Unggul penguasaan bola 54%, tembakan 22 berbanding terbalik dengan milik Inggris, hanya 11 tembakan. Jika saja Pickford tidak sigap, Inggris bisa saja kalah telak.

Satu hal yang patut dibanggakan dari para pemain Kroasia, tidak ada satu pun dari mereka yang kelihatan lelah. Pelatih pun dibuat kebingungan karena tidak ada yang mau diganti dibabak ekstra time. Sehingga saat Inggris telah melakukan empat pergantian, Kroasia baru dua. Bahkan, saat Trippier cedera di 5 menit terakhir, Inggris terpaksa bermain dengan 10 orang pemain karena slot pergantian pemain telah habis.


Source

Itulah tim yang yang baru saja mengalahkan sekaligus menyingkirkan Inggris. Sebuah pembuktian diberikan kepada kita bahwa mereka lebih siap, baik dari segi mental dan juga fisik. Kroasia memang lebih pantas menjadi lawan Prancis dipartai puncak di Luzniki Stadium nanti. Inggris boleh menepuk dada dan mencetak banyak gol, itu pun hanya melawan Tunisia, Panama, Kolombia dan Swedia yang secara komposisi pemain bak langit dan bumi dengan armana milik Inggris. Satu-satunya asa Inggris di Rusia adalah perebutan “Juara Harapan” menghadapi Belgia.

Jangan ke final Inggris, berat. Kalian tidak akan kuat, biar Kroasia saja.[]



Posted from my blog with SteemPress : https://kruengdhoe.000webhostapp.com/2018/07/jangan-ke-final-inggris-itu-berat-biar-kroasia-saja-kalian-tidak-akan-kuat
Sort:  

@resteemator is a new bot casting votes for its followers. Follow @resteemator and vote this comment to increase your chance to be voted in the future!