Tetap Produktif dari Rumah

in #steempress5 years ago (edited)

Tetap Produktif dari Rumah



Bersyukur punya Bos teramat baik kepada saya. Disaat berbagai perusahaan mulai memberlakukan sistem bekerja jarak jauh (remote) gara-gara ada penyebaran virus corona, saya justru sudah menjalani sistem kerja remote ini lebih dari empat tahun. Alhamdulillah. Jadi sudah terbiasa.

Saya bukan karyawan sekelas perusahaan raksasa seperti Google, Microsoft, Twitter. Hitachi, Apple, Amazon, Chevron, atau Spotify. Saya hanya karyawan ecek-ecek yang sekarang bekerja secara remote sebagai content writer. Tidak heran kalau empat tahun lalu saya banyak beredar di ibukota dan sekitarnya, bahkan sampai ke luar provinsi, tapi sekarang saya hanya di rumah saja. Itu pun jauh di pelosok daerah kabupaten Cianjur. Yang terkenal sebagai wilayah terbelakang (termiskin sih tidak) se provinsi Jawa Barat.

Tidak pernah mengira sebelumnya kalau sistem kerja remote ini kini justru tidak hanya diterapkan kepada pekerja saja, melainkan juga kepada jajaran kabinet menteri sampai pelajar untuk belajar di rumah. Penetapan World Health Organization (WHO) tentang virus corona sebagai pandemi global menjadikan Presiden menetapkan kebijakan bekerja dari rumah untuk mencegah penyebaran virus covid-19. Saat Presiden mengumumkan hal itu saya hanya mesem-mesem saja. Bakalan ada banyak teman dan kisah seru dibaliknya nih. Pikir saya.

Namanya orang baru, atau pertama kali melakukan pasti ada canggung, was-was, sampai timbul banyak pertanyaan, yakan? Itu yang saya alami dahulu. Jadi wajar kalau banyak yang mengeluh, kerja dari rumah, emang bisa?

Bisa dong. Produktif tidaknya kita di rumah, atau dimanapun kita berada, itu kembali kepada pribadi masing-masing. Lagian menurut saya, produktif itu relatif. Pandangan setiap orang berbeda. Mungkin menurut ibu rumah tangga biasa, ia termasuk produktif kalau bisa membesarkan hingga mengantarkan anak sampe pendidikan jenjang tinggi. Mungkin bagi seorang lelaki, bisa dibilang produktif dengan mengatur bisnis dari rumah dengan omzet puluhan juta per hari. Atau bagi seorang muslimah, merasa produktif dengan bisa mengikuti berbagai acara pengajian, majelis taklim, dan kajian bersama ustad ternama. Macam-macam kan?

Bagi saya sendiri produktif itu bermanfaat. Meski tinggal di rumah tapi tetap dirasakan manfaatnya keberadaan kita itu oleh keluarga, rekan kerja, maupun masyarakat. Jadi kembali kepada pribadi masing-masing ada gak keinginan menjadi produktif walaupun hanya di rumah saja yang identik dengan gogoleran serta dasteran?

Kembali ke bagaimana dengan sistem kita bekerja, apakah dengan cara bertatapan muka langsung dengan rekan kerja atau bos, atau hanya setor pekerjaan dalam arti kita kerja di belakang layar sambil gogoleran dan dasteran? Kenapa ini harus dipikirkan saat kita memilih bekerja di rumah? Jelas, setidaknya kita harus memiliki persiapan kalau sistem kerja di rumah point pertama yang jadi pilihan kita.

Saya sendiri, tidak demikian. Saya bekerja dari rumah berkewajiban menyelesaikan pekerjaan tepat atau sebelum batas waktu. Jadi saya tidak perlu menyiapkan ruang kerja yang baik untuk komunikasi dengan rekan kerja atau bos. Pertemuan secara langsung kami lakukan pada saat tertentu saja di kantor pusat.

Jika ada kepentingan yang urgent dan harus segera dibicarakan biasanya saya berkomunikasi dengan rekan kerja atau bos melalui sosial media, aplikasi Skype, Zoom bahkan video call WhatsApp.

Dilansir BBC, seorang profesor manajemen dari Northeastern University Boston, Barbara Larson mengatakan, kunci bekerja jarak jauh adalah komunikasi. Seorang pekerja harus berkomunikasi sebaik-baiknya dengan atasannya agar mengetahui apa yang harus dilakukan. Iyalah, kita bukan orang pintar yang bisa menebak isi hati manusia. Kalau tidak berkomunikasi, bagaimana bisa ngerti?

Awalnya saya juga suka bingung cara mengatur waktu antara pekerjaan dan urusan rumah. Ini tantangan dan saya selalu belajar supaya bisa menyeimbangkan antara urusan pekerjaan dengan urusan rumah tangga. Apalagi ada anak kecil. Secara pertama menjalankan bekerja dari rumah ini usia Fahmi putra saya masih tiga tahun-an. Masa-masanya suka ngerecokin.

Ada beberapa hal yang saya lakukan supaya pekerjaan kelar, ngurus anak dan rumah tangga juga lancar. Ini bukan tips sederhana untuk menerapkan pengaturan work from home yang efektif, tapi hanya pengalaman saya saja.

Disiplin


Jam berapa hasil kerja kita paling lambat diterima orang kantor? Kita yang tahu maka sesuaikan waktu yang tepat. Bagaimana kebiasaan anak, bagaimana kondisi sekitar kita, itu yang harus kita sinkronkan. Setelah mengetahui kita akan bisa membiasakan kapan anak waktunya mandi, kapan nyicil pekerjaan rumah dlsb. Semuanya akan berjalan seiring seirama kalau dibarengi disiplin.

Beri pengertian


Semakin besar usia anak, semakin mengerti dan banyak bertanya, “Ibu ngapain?” Sejak dini saya selalu menjelaskan kepada anak, ibu sedang bekerja, tolong jangan mengganggu dulu ya... Lama kelamaan anak mengerti. Selain tahu kapan waktunya bersama dan kapan jangan mengganggu ibunya ini.
Termasuk pengertian kepada keluarga dan tetangga kalau perlu. Karena sering saya dinyinyirin “Euweuh gawe, ngan maen hape weh!” (ga ada kerjaan cuma main hp saja) oleh mereka yang belum tahu kalau saya bekerja dari rumah. Tapi setelah mereka tahu, dengan sendirinya diam dan memahami. Toh kalau pekerjaan saya selesai, saya juga berinteraksi dengan dunia lain sebagaimana biasanya, kok.

Pasangan


Ini sangat penting bagi saya. Tentu saja izin suami sudah saya dapat jauh sebelum mengambil kesempatan bekerja di rumah ini. Jadi saat saya sedang konsentrasi, ada masalah dengan anak, suami dengan sigap akan menggantikan. Atau ketika saya harus ke luar rumah, suami akan mengerti dan mengambil alih sementara apa yang biasa saya kerjakan kalau di rumah, khususnya urusan anak dan rumah tangga.



Di rumah aja? Why not!


Saat saya mulai bekerja di rumah, kondisinya belum mengenal social distancing dimana kita disarankan untuk menghindari keramaian. Jadi mau belanja bebas, mau ngapain saja tidak dibatasi. Kini kondisinya lain lagi. Mungkin kita jadi kepikiran: bagaimana berbelanja kebutuhan keluarga? Bagaimana olahraga tanpa keluar rumah? Bagaimana cara me time jika harus mengurangi intensitas kopdar bareng teman-teman?

Sepertinya kalau di kota bisa dengan mudah mendapatkan solusinya ya. Permasalahan social distancing bisa diatasi dengan mudah. Mau belanja, tinggal pesan secara online. Mau belajar masak, mau olahraga mengikuti instruktur, atau karaoke sekalipun, tinggal buka YouTube dan ikuti langkahnya. See, semua dapat dilalui dengan mudah kan?

Jadi produktif atau tidak, sekali lagi kembali kepada pribadi masing-masing. Karena menurut saya, meski memiliki gelar seabrek, kalau tidak pernah interaksi dengan masyarakat, buat apa? Atau kerja di rumah, prestasi terus melambung, berbagai lomba berhasil dimenangkan, tapi keluarga sendiri tidak terurus. Apakah itu produktif?

Akhirnya menutup curhatan saya ini, bahas soal work from home dan stay at home supaya lebih seru dan nyaman niatkan saja semuanya karena ibadah, ingin berbuat baik dan bermanfaat bagi diri, keluarga dan lingkungan. Terima segala resiko. Itu saja.


Posted from my blog with SteemPress : http://tehokti.com/tetap-produktif-dari-rumah.html

Sort:  



Join the community in our migration to Hive, a community built blockchain for the community. All Steem account holders will receive equivalent stake on the new Hive blockchain.

Please follow @innerhive on twitter for more information.