Brexit Akan Lemahkan Liga Premier?

in #steempress6 years ago


Brexit mengancam eksistensi Liga Premier Inggris sebagai liga terkaya di dunia. Bermula dari gelaran referendum pada tahun 2016 lalu. Hasil pungutan suara yang membuat Inggris Raya keluar dari Uni Eropa. Nilai tukar pounsterling pun kemudian jatuh. Kondisi ekonomi yang membuat klub-klub Inggris harus mengeluarkan biaya yang lebih banyak untuk membeli pemain yang berasal dari negara Eropa (Uni Eropa). Dibandingkan dengan yang dikeluarkan oleh klub-klub dari liga lain.

Seperti berlaku untuk klub-klub di negara Eropa lainnya maupun dunia, dimana prestasi hanya bisa dicapai dengan tersedianya pelatih dan pemain terbaik dari berbagai belahan dunia. Pemilik juga masuk dalam kriteria ini.Tanpa pemilik yang tajir akan mustahil mendatangkan pemain dengan profil tinggi. Apalagi setelah status Brexit.

Manajer Tottenham Hotspurs, Mauricio Pochettino pernah mengeluhkan soal melemahnya pound. Pochettino menjadikan itu alasan timnya gagal merekrut pemain di pra-musim dan menganalogikan dampak Brexit seperti kecelakaan mobil.


Situs keuangan sepakbola, Deloitte juga memberi sinyal melemahnya pound sebagai faktor tergusurnya posisi Manchester United di Football Money League oleh duo La Liga, Barcelona dan Real Madrid.

Para pemain dari negara anggota UE, termasuk juga yang berasal dari negara-negara Amerika Selatan dan Afrika akan susah untuk merumput di Liga Premier Inggris. Meski mereka memiliki paspor UE, tapi syarat untuk mendapat izin kerja di wilayah Inggris Raya akan semakin sulit. Aturan yang berlaku setelah Brexit, setiap pemain non-UE yang mau merumput di EPL akan diperhitungkan jumlah penampilan internasional, biaya transfer, upah yang diusulkan, dan riwayat bermain terakhir untuk menentukan apakah mereka diterima oleh Badan Pimpinan Pengesahan atau Governing Body Endorsement (GBE) dari Asosiasi Sepak Bola. Di pasar transfer yang semakin kompetitif, klub-klub Inggris seakan-akan dirampas kesempatannya untuk menemukan permata yang tersembunyi di negara-negara luar.

Pemain Chelsea N'Golo Kante dan pemain asal Aljazair yang sekarang berseragam Manchester City, Riyad Mahrez, untuk kondisi aturan di atas maka dia tidak akan mungkin berkompetisi di Liga Premier Inggris. Keduanya dulu dibeli oleh Leicester City dari Ligue 1 dengan kejelasan yang relatif, sebelum kemudian memenangkan Liga Premier untuk The Foxs.

Pada 2016, mantan ketua eksekutif Liga Premier, Richard Scudamore menggambarkan bahwa meninggalkan Uni Eropa sebagai "tidak sesuai" dengan komitmen liga untuk keterbukaan.

"Daya tarik global dari kompetisi tergantung pada rekrutan pemain terbaik, dari mana pun mereka berasal, dan mengakhiri kebebasan bagi pemain Eropa menjadikannya tugas yang lebih berat."
Simon Chadwick, seorang profesor di bidang sports enterprise dari Universitas Salford, mengatakan kepada AFP.
"Oleh karena itu, setiap tindakan yang diadopsi untuk membatasi aliran bakat luar negeri ke dalam akhirnya dapat mengurangi posisi pasar Liga Premier, sehingga merusak keunggulan kompetitifnya."
Pada tahun 2016, BBC menghitung bahwa 332 pemain di dua tingkat teratas sepakbola Inggris dan Liga Utama Skotlandia tidak akan memenuhi kriteria jika standar yang ditetapkan untuk pemain non-UE diterapkan di seluruh tingkat.

Klub-klub Liga Premier juga akan kehilangan kesempatan untuk merekrut pemain-pemain Eropa sebelum ulang tahun ke-18 mereka, kecuali, sepertinya tidak mungkin, Inggris tetap berada di dalam Wilayah Ekonomi Eropa (EEA).


FIFA melarang semua transfer luar negeri untuk anak di bawah 18 tahun tetapi membuat pengecualian untuk pergerakan dalam EEA, yang memungkinkan pemain seperti Cesc Fabregas dan Paul Pogba pindah ke Inggris saat berusia 16 tahun.

Meskipun transaksi TV luar negeri yang menguntungkan, keberhasilan Liga Premier terkait erat dengan kinerja ekonomi Inggris. Sudah ada kekhawatiran bahwa kesepakatan hak TV domestik telah memuncak, dengan broadcasters membayar lebih sedikit untuk pertandingan pada 2019-2022 daripada untuk periode tiga tahun sebelumnya.

Menebak lintasan ekonomi di masa depan itu sulit, penggemar akan mendapat untung besar, sebaliknya klub akan kehilangan penjualan tiket dan pendapatan dari merchandis.

Salah satu manfaat potensial dari Brexit untuk tim nasional Inggris adalah denga lebih banyak pembatasan pemain asing untuk bermain di klub top Premier League akan membuka peluang yang lebih banyak bagi bakat lokal. Saat ini, hanya 30% pemain yang berkualifikasi Inggris yang menjadi peamin inti di Liga Premier.

Namun, Liga Premier berpendapat lain. Pembatasan seperti itu tidak akan membantu tim Inggris dan sebaliknya malah melemahkan standar pemain nasional Inggris yang seharusnya bersaing setiap minggu di liga.

"Tidak ada bukti bahwa kuota yang lebih kuat dari yang ada sekarang akan memiliki dampak positif pada tim nasional," sebut pihak liga dalam sebuah pernyataan pada bulan November.
Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang diputuskan tentang ketentuan ketika Inggris akan meninggalkan Uni Eropa, yang menyebabkan ketidakpastian di kalangan pelaku bisnis di Inggris.

Sumber (WF)


Artikel ini sudah dipublish di Garis Gawang dan dishare ke steemit dengan SteemPress : https://garisgawang.com/gg-serba-serbi/regulasi/brexit-akan-lemahkan-liga-premier/