Inilah Kisah Pelantikan
Hi steemian,
Beberapa waktu yang lalu, saya menulis tentang sosok pemuda. Sebut saja namanya Saddam al-Jihad. Pemuda ini memimpin Himpunan Mahasiswa Islam untuk dua tahun kedepan
Selamat Datang Pemimpin Baru
Kemarin, panitia pelaksana pelantikan sudah memberi kabar. Agar kami datang ke palantikan. Katanya sih nama kita masuk ke pengurusan. Karena itu, siap-siap dengan baju putih.
Mendengar kabar itu, saya bersama @mhdsyafriadi, @roonimarwan dan @andi.satria.hrp beserta kawan-kawan berangkat ke lokasi acara di Bidakara. Dengan menggunakan aplikasi Grabar, dari Jalan Cikini I menuju Hotel Bidakara.
Saat memasuki Bidakara, saya melihat senior. Namanya Ferry Rizki Rizkiyansyah, Pimpinan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia periode 2012-2017. Kang Ferry adalah senior langsung dari Saddam al-Jihad.
silahkan mengunjungi Instagram Kang Ferry
"Di posisi apa dek?" Tanya kang Ferry dengan senyuman yang khas.
"Saya sih nerima saja kanda," jawabku singkat.
"Nanti dulu, pesan minuman saja" kata Kang Ferry.
Salah satu karyawan cafe mendatangi meja bundar dengan empat kursi. Dia mengajukan tawaran minuman padaku:
"Kopi, Jus, teh atau makan malam pak?" Tanya dia.
"Jus Alpokat saja," jawabku.
Dia pun pergi untuk menyiapkan pesananku. Kemudian, saya pun mulai ngobrol dengan Kang Ferry.
"Saya sudah sebut namamu ke Saddam. Tapi saya bukan tipe senior yang mau ngatur posisi struktural. Biar lah Saddam merdeka mengurus pengurusnya," jelas Kang Ferry.
Memang benar. Senior dalam beberapa organisasi, peran senior memiliki pengaruh dalam struktur kepengurusan. Bahkan sampai menekan keharusan nama-nama untuk menempati posisi tertentu.
Beda dengan Kang Ferry, pengakuannya, dia tidak mau memenjarakan Saddam dalam keharusan akan kata kepatuhan atau memeriksa setiap waktu atas nama-nama pengurus Saddam al-Jihad.
"Tenang kanda, sepanjang saya aktif ber-HMI, saya tidak pernah meminta jabatan atau posisi apapun," mencoba mencairkan suasana.
Sejak bergabung sebagai anggota HMI per Juni 2007 sampai sekarang. Saya memang tidak pernah meminta jabatan. Biasanya ada kabar yang mengatakan saya masuk pengurus. Misalnya Pengurus Cabang, Pengurus Badko HMI Sumatera Barat dan Pengurus Besar.
Bagiku, masuk syukur, engga masuk engga masalah. Saat ditanya, oleh mereka yang merekomendasikan namaku. Jawabanku sama:
"Saya hanya menerima bang"
Begitulah beberapa senior yang kabarnya menyebut namaku kepada sang Ketua Umum. Mereka juga hanya menyebut namaku. Entah lah kalau memang ada yang sekaligus menyebut posisi.
Tidak lama, Bang Mulyadi P. Tamsir, Ketua Umum PB HMI periode 2016-2018 datang dan menghampiri meja kami. Dia pun tersenyum melihat orang-orang hilir mudik untuk memastikan nama-nama.
Instagram Bang Mulyadi P. Tamsir
"Saya paham kondisi ini, semua pengurus pasti merasakan hal yang sama menjelang pelantikan," kata Bang Mulyadi.
"Benar, saya juga merasakan hal ini, dulu" balas Kang Ferry sembari tertawa.
Percakapan ini terjadi melihat Saddam al-Jihad jalan terburu-buru ke ruangan pelantikan. Banyak orang yang mengawalnya. Bahkan panggilan Kang Ferry tidak terdengar. Padahal sudah memanggil berkali-kali. Mereka yang mengerumuni Saddam juga terlihat serius.
Saat kondisi seperti ini. Banyak tekanan yang kepada sang Ketua Umum. Melihat itu, Kang Ferry kembali bercerita:
"Hahahahha. Saya ingin dia (Saddam) mandiri dalam menentukan pengurusnya. Biarkan dia merdeka," kata Kang Ferry.
Setelah itu, percakapan berlanjut. Diskusi tentang politik, partai politik dan pemilu. Bang Mulyadi pun memahami arah pembicaraan Kang Ferry.
"Masih ada waktu tiga bulan," kata bang Mulyadi.
Baginya, tiga bulan adalah waktu yang panjang untuk menentukan pilihan. Apakah menjadi politisi atau ke ruang pengabdian lainnya.
Setelah itu, kami beranjak ke ruangan pelantikan. Disana aku bersua dengan adek-adek dari Sumatera Barat. Ada kawan-kawan yang sudah lama akrab.
Tiba saatnya, sang Ketua Umum, Saddam membacakan susunan kepengurusan. Satu persatu nama di sebut. Mulai dari nama Ketua Bidang, Sekretaris Jenderal, Wakil Sekretaris Jendral, Bendahara Umum, Wakil Bendahara Umum dan Depertemen.
Lumayan rame, sampai aku tidak bisa menghitung jumlah mereka yang dilantik, termasuk diriku. Bisa kita bayangkan, bagaimana beratnya beban Saddam al-Jihad hanya untuk menyusun pengurusnya. Banyak suara, pesanan, titipan dan mungkin saja persoalan.
Tapi, ku lihat dari barisan belakang. Dia masih bisa menyimpan beban di balik wajahnya yang ceria.
"Sungguh berat bebanmu kawan" suaraku yang tidak terdengar oleh telingaku maupun telinga orang lain.
Kami pun membacakan ikrar pelantikan pengurus. Tapi, ada yang membuatku kesal. Entah suara siapa. Mereka tertawa dan mengina acara sakral tersebut.
"Hai, kenapa serius, hahahahahah"
"Iya, semangat sekali disumpah"
Duaaarr. Kepalaku ingin pecah. Anak mana yang jadi teman sepengurusanku ini. Sudah mengina acara sakral. Sok jago dan hebat. Entah siapa gurunya ber HMI. Mungkin gurunya juga sama brengseknya dengan pemilik suara tu. Menertawakan acara pelantikan yang dirinya sendiri ikut di lantik.
Aku mencoba bersabar. Dalam renungan beberapa detik. Suara jiwa pun kembali mengingatkan.
"Sudah lah @andrianhabibi. Ini adalah kenyataan hidup, mungkin mereka suatu saat menjadi politisi. Karena memang pas dengan benih poliTIKUSnya"
Pelantikan pun selesai. Aku menyalami beberapa kawan sambil bercanda. Kemudian, aku mendekati mas Aries Soim. Salah satu Tim Inti dari proses panjang kemenangan Saddam al-Jihad.
Ku peluk dia. Karena dia adalah orang yang sungguh besar perjuangannya. Meskipun, aku sering engga enakan sama mas Soim. Bisa jadi sebaliknya, dia juga engga enakan samaku.
Kami pun turun dari podium itu. Dimana ratusan orang beridiri sebagai tanda awal menjalamkan tugas mengurusi organisasi ini. Turun dari podium, ku melihat ada bang Rahmad Bagja dan Kak Ratna Dewi Pettalolo. Keduanya adalah komisioner Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Republik Indonesia.
"Ente ini, memang lah" kata bang Bagja dengan arti yang bisa ku pahami.
"Ampun bang, paham lah abang" jawabku yang bang Bagja juga memahami maksudku.
Aku pun memeluknya dari belakang. Melihat tawa kami, Kak Ratna Dewi Pettalolo pun tersenyum.
"Kak"
Satu kata yang keluar dari mulutku sembari mencium tangannya tanda penghormatan dari adek kepada kakaknya.
Aku pun beranjak dari depan aula. Mendekati bagian pintu keluar. Ternyata ada bang Yulhendri, ekonom dan Sekretaris KAHMI Sumatera Barat. Kabarnya, bang Yulhendri datang sendiri untuk melihat pelantikan Pengurus Besar kali ini. Sungguh bahagia mendengar kabar itu.
Waktu tu pun berlalu. Setiap orang meninggalkan lokasi acara. Aku bersama kawan-kawan dari Sumatera Barat pun bergerak. Kami melangkah dari Hotel Bidakara ke arah Tugu Pancoran.
Karena tidak ada warung padang yang terlihat. Kami melanjutkan perjalanan sampai ke arah Tebet. Sampailah kami di warung pecel lele. Kami bersepakat untuk makan dan mengakhiri kisah pelantikan malam itu.
foto dari medi
Steemian Unite! Will not Be Invincible!
Andrian Habibi
The author is a graduate student of Law Faculty of Jayabaya University, Paralegal Association of Legal Aid and Human Rights Indonesia (PBHI), Executive Board of Islamic Students Association (PB HMI) and Indonesian Independent Election Observation Committee (KIPP).
Penulis adalah mahasiswa Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Jayabaya, Paralegal Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PBHI), Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) dan Divisi Kajian & Pendidikan Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Indonesia.
Cikini, Menteng, Jakarta Pusat
March 30, 2018
@andrianhabibi
Member of KSI Chapter Jakarta
YAKUSA
JAYA LAH HMI
di vote ya kanda @andrianhabibi @feriadi84
InsyaAllah
Memang pak @andrianhabibi luar biasa...
Aaampuuunn
Cuma mencatat saja