Mata Uang Emas Kerajaan di Aceh Dalam Literasi Eropa
Kebesaran kerajaan di Aceh pada masa lalu, baik pada periode Kerajaan Samudera Pasai maupun Kerajaan Aceh bisa dilihat dari mata uang emas yang dikeluarkan oleh setiap raja yang menjabat dengan namanya masing-masing di sisi mata uang emas tersebut.
Tentang berbagai mata uang emas kerajaan di Aceh itu, yakni Kerajaan Pasai dan Kerajaan Aceh Darussalam bisa kita lihat dalam buku Prof Ibrahim Alfian. Buku berjudul Mata Uang Emas Kerajaan-Kerajaan di Aceh itu ditulis untuk kepentingan koleksi Museum Aceh, yang memberi penjelasan tentang berbagai jenis mata uang emas setiap raja-raja yang berkuasa di dua kerajaan tersebut.
Mata uang kerajaan-kerajaan di Aceh ini sering disebut sebagai derham kini selain menjadi koleksi di Museum Aceh, juga tersimpan dalam koleksi numismatic di Museum Nasional Indonesia di Jakarta.
Mata uang emas pada masa pemerintahan Ratu Naqiatuddin Sumber
Menariknya, koleksi mata uang emas Aceh ini juga disimpan oleh Letnan Jendral GCE Van Daalen yang pernah menjabat sebagai Gubernur Militer Belanda di Aceh pada masa perang kolonial.
Selain itu juga dikoleksi oleh J Hulshoff mantan anggota Dewan Hindia (Raad van Indie) dan H Scheffer yang pernah menjabat sebagai wali kota (Burgermeester) Cirebon ketika masa Hindia Belanda berkuasa di Nusantara.
Penelitian terhadap mata uang emas kerajaan-kerajaan di Aceh juga pernah dilakukan para peneliti Belanda. Diawali pada tahun 1888 oleh KFH van Langen, dilanjutkan oleh J Hulshoff Pol pada tahun 1929 dan HKJ Cowan pada tahun 1939.
Para peneliti lainnya adalah William Shaw dan Muhammad Kassim Haji Ali, keduanya menulis buku Malacca Coins diterbitkan pada tahun 1970 di Kuala Lumpur oleh Museum Negara Malaysia.
Guru besar ilmu sejarah Universitas Gajah Mada (UGM) Profesor Teuku Ibrahim Alfian menjelaskan bahwa, Kerajaan Samudera Pasai di Aceh Utara merupakan kerjaan Islam pertama di Asia Tenggara yang mengeluarkan mata uang emas. Mata uang emas Kerajaan Samudera Pasai pertama kali diterbitkan oleh Sultan Muhammad Malik az-Zahir (1297-1362). Sampai sekarang tercatat sebagai mata uang emas tertua.
Mata uang emas Kerajaan Samudera Pasai memiliki diameter 10 mili meter, kecuali mata uang emas yang dikeluarkan pada masa pemerintahan Sultan Zainal Abidin (1383-1405) dan Sultan Abdullah (1500-1513).
Mata uang emas pada masa pemerintahan Ratu Safiatuddin Sumber
Setelah Kerajaan Samudera Pasai, mata uang emas juga dikeluarkan oleh Kerajaan Aceh Darussalam, setelah Kerajaan Samudera Pasai ditaklukkan oleh Kerajaan Aceh Darussalam pada tahun 1524. Lebih jelasnya bisa dibaca dalam buku De Gouden Munten van Noord-Sumatra yang ditulis oleh J Hulshoff diterbitkan di Amsterdam, Belanda pada tahun 1929.
Selain itu tentang mata uang emas Kerajaan Aceh juga ditulis oleh KFH van Langen dalam buku De Inrichting van het Atjehshe Staatsbestuur onder het Sultanaan diterbitkan pada tahun 1888 di Belanda. Bisa juga dibaca dalam Vytrekening van de Goude en Silvere Munts Waardye der Maten en Swaarte de Gewigten in de Kespective Gewesten van Indien yang ditulis oleh Johannes Meertens dan diterbitkan di Middelburg pada tahun 1691.
Referesi lainnya tentang mata uang emas Kerajaan Aceh juga bisa dibaca dalam buku Atjeh karya J Kreemer yang diterbitkan di Leiden, Belanda pada tahun 1923, serta dalam buku Bijdrage tot de kennis der Geschiedenis van het rijk Samoedra-Pase yang ditulis oleh HKJ Cowan pada tahun 1938.
Itulah beberapa referensi yang membahas tentang mata uang emas kerajaan di Aceh, baik pada masa periode Kerajaan Samudera Pasai maupun pada periode Kerajaan Aceh Darussalam.
bang, maaf out off topik. kok saya posting langsung kena cheetah ya. ? peraturan nambah ketat?
Mungkin isi postingannya ada kesamaan dengan tulisan di media lain, walau cuma beberapa paragraf.
Kruesemangat,sejarah wangsa bektewo