Tentang budaya mengucapkan salam
Aku lupa kapan aku mendengar petuah ini. Tapi aku ingat dari mana aku mendapatkannya. Saat itu aku sedang mengikuti kelasnya Kabuye, Islamic Civilization. Salah satu petuahnya yang aku ingat adalah kurangnya sosialisasi sesama muslim di zaman teknologi ini adalah karena hilangnya budaya mengucapkan salam kepada sesama muslim. Padahal mengucapkan salam kepada orang yang kita kenal maupun tidak dapat memecahkan kebekuan yang ada sesama kita, apalagi di zaman teknologi ini semua orang sibuk dengan gadgetnya masing masing, padahal ketika mereka berada di lingkungan masyarakat, mereka harus bersosialisasi dengan orang sekitar dan meninggalkan gadgetnya sejenak.
Bayangkan saja ketika kita sedang sibuk dengan gadget kita. Terus tiba tiba ada seseorang yang mengucapkan salam. Pasti kita langsung menutup gadget kita. Senyum kepadanya, membalas salam, dan setidaknya bertanya kabar masing masing. Jadi sudah pasti benarnya bahwa salam dapat memecahkan es kebekuan dalam bermasyarakat.
Aku sendiri punya cerita yang ingin kubagi tentang mengucapkan salam kepada sesama muslim. Jadi seperti biasanya, aku selalu berjalan cepat dari satu kelas ke kelas selanjutnya. Saking cepatnya aku berjalan, setiap orang yang jalan berbarengan denganku selalu mengeluh dan memintaku untuk mengurangi laju jalanku. Tapi untuk masalah jalan menuju kelas, aku tidak akan pernah memperlambat jalanku. Karena aku sungguh tak mau terlambat masuk ke kelas dan tertinggal penjelasan dari dosen terbaikku.
Saat itu aku baru keluar dari lift, level 5 di bangunan engineering, E1. Aku langsung berjalan cepat menuju kelas. Namun dipertigaan jalan, tiba tiba ada seorang temanku lewat. Ia seorang laki-laki berasal dari Saudi. Kami sudah sekelas sekitar 3 semester. Spontan aku menghentikan langkahku. Aku tak ingin kami berjalan beriringan ke kelas, jadi aku berhenti agar ia bisa berjalan terlebih dahulu. Aku pikir rasanya ia tak sadar bahwa aku tadi sengaja berhenti ketika kami hampir bertemu di pertigaan. Tapi ternyata aku salah, ketika aku berada di kelas. Di pertengahan kelas laki laki itu berhenti. Menoleh ke belakang dan mengucapkan salam kepadaku dalam suara yang sangat kecil. Bahkan hampir tak terdengar. Tapi aku tahu dia sedang mengucapkan salam.
Ada secercah rasa bahagia yang segenap memenuhi hatiku saat itu. Aku langsung teringat petuah Kabuye tentang manfaat menyapa sesama muslim dengan salam. Aku merasa ikatan kami sesama muslim sangat kuat saat itu. Ah, aku bahagia sekali mengenal mereka. Laki laki itu salah satunya. Kami sering membahas pelajaran melalui WhatsApp. Tapi ketika bertemu langsung kami biasa hanya menyapa dengan salam atau senyuman. Dan terkadang sedikit berbicara tentang sulitnya pelajaran hari ini.
Aku boleh mengatakan bahwa ia adalah salah satu teman yang mungkin akan selalu kuingat dalam hidupku. Ketika semester pertama kuliah, masha Allah dia hampir mendapat nilai sempurna, sedangkan aku tidak. Aku sungguh kesusahan karena aku tidak pernah belajar matematika, fisika, dan lainnya menggunakan bahasa Inggris. Tapi ia tak pernah merendahkanku. Ketika aku bertanya sesuatu, dia menjelaskan dengan penuh kesabaran. Masha Allah. May Allah bless you always, my brother in islam. Hingga sekarang pun, kami selalu menjadi orang orang terakhir yang keluar dari kelas, kami selalu bersemangat ketika berada di kelas hehe. Masha Allah, sahabat dalam menuntut ilmu yang luar biasa. So happy to know you!
Mari kita budayakan salam agar selalu diberkahi setiap langkah dan tindakan..
This post has received a 4.72 % upvote from @boomerang.
👍✍