Senja Itu Indie Banget
Sesepi hati saya. Sesepi itu pula chat di grup siang tadi. Mungkin udara panas yang menganga dari luar jendela membuat beberapa teman enggan mengajak berpergian. Ah untuk apa juga berpergian siang-siang, terlebih matahari siang tadi sudah melet-melet hendak menyentuh kulit.
Siang yang malang digantikan sore, kini waktunya hore-hore. Teniro, Seorang jama'ah grup Indie mengajak untuk menikmati senja ( Kata Indie, Senja, dan Kopi sebenarnya hanya candaan semata. Kami tak betul-betul menganut paham Indieisme ataupun Senjaisme).
Ajakannya rupanya disambut baik jama'ah lainnya. Pertemuan dilakukan di Gampong Jawa. Saya dan Jumala tiba duluan. Irza yang katanya dua hari lalu pulang kampung ternyata juga hadir. Dibelakangnya, Teniro Mukmin dan Adli menyusul. Mereka tidak cuma hadir dengan tangan kosong. Eih Condoi dari simpang penayong juga dibawa sebagai buah tangan. Kami pun segera memesan gelas kosong. Perlahan kenikmatan Cindoi yang haqiqi mulai mengalir di tenggorokan. Tapi sayang kenikmatan itu tidak bisa dirasakan Jumala, karna dia ssdang menjalanakan kewajiban untuk mengqadha puasanya.
Layaknya suatu kaum yang sedang nongkrong, pembicaraan pun sudah singgung sana sini. Teniro yang rupanya sudah Indie sejak dalam pikiran mengeluarkan buku bacaannya yang dia simpan dalam sebuah Totte Bag khas Anak Indie. Ten juga mengusul agar Jama'ah Indie yang terhormat melakukan 'Surah Senja' untuk agenda bulan puasa nanti.
"Senja, Diskusi dan Buku...Indie Banget," kata para Jama'ah serentak mendengar usulan Teniro.
Kegiatan ngaduburit eh ngabuburit yang di usul Ten memang bermanfaat. Sepertinya para jama'ah juga sangat menyetujui.
Senjapun tiba, rupanya senja datang bersamaan dengan Mufti, salah satu jama'ah Indie yang sebenarnya berpaling dari haluan dangdut. Kamipun mengobrol sampai senja usai. Dan jumala pun berbuka dengan segelas teh dingin.