[ story ] SECANGKIR KOPI DAN PLAGIASI
Kutemukan sisa kopi dalam sasetan bergambar penyair tua dan secangkir air mata, kupanaskan dengan amarah surya yang memerah, kuramu sedemikian rupa menjadi selarik puisi. Yang menguarkan aroma kopi kental. Biar banyak yang kebagian kataku, paling tidak, kebagian aromanya...
Dirimu datang dengan cangkir yang sama, aroma kopi yang sama persis dengan puisiku. Pandangan matamu nanar, lirikanmu jalang, sambil mengacingkan telunjuk, kau meneriaki aku,
"Dasar keparat, kau sudah melakukan plagiasi "
" atas dasar apa kau menuduhku" kataku membela diri
" Kau membuat kopi yang sebelumnya telah aku buat lebih dahulu, kaupun membuatnya dari sisa kopi yang aku tinggal" sahutmu dengan nada tinggi, dibumbui dengan sedikit falseto yang khas.
"Aku mohon maaf sebelumnya, aku mengaku salah karena tak meminta ijin padamu, meramu sisa kopimu menjadi sesuatu. Sedangkan untuk plagiasi, aku merasa tak melakukan itu" jawabku dengan setengah rasa bersalah
"Buktinya sudah jelas, kau tak bisa menyangkal lagi" Teriakmunlagi dengan nada setengah oktaf kebih tinggi
Kudatangi dirimu,sembari menyodorkan secangkir puisi beraroma kopi yang telah kubuat
"Cicipilah dulu, dengan mata terpejam, agar padam amarahmu, setelah itu baru memutuskan, aku melakukan plagiasi apa tidak.."
Slurrpp...!!!!
" Hmmm..." gumammu sembari masih memejamkan mata
"Bagaimana.." kataku penasaran, sedikit tak sabaran..
"Rasanya jadi beda, aromanya tidaklah terlalu tajam, namun rasa pahitnya beda, ada getir yang kusesap didalamnya, pahitnya seperti ribuan sayatan silet, agak sedikit amis menurutku, amis darah yang agak sedikit samar"
"Apakah rasanya sama dengan kopi yang aku buat..?" Tanyaku meminta perbandingan darinya
"Aromanya hampir sama, namun punyaku sedikit lebih tajam, punyamu aromanya lembut bercampur sedikit keabsurdan. Punyaku lebih manis, punyamu lebih pahit, makin lama disesap punyamu semakin menunjukkan karakternya, punyamu lebih baik dari punyaku" ujarmu menyimpulkan.
"Lalu apakah secangkir kopi itu adalah hasil plagiasi" aku menimpalinya dengan todongan pertanyaan
"Bukan, meskipun aromanya mirip dan dibuat dengan bahan yang sama, namun karakternya sangat beda". Jawabmu jujur.
Aku meminta kembali secangkir puisi buatanku. Tapi kau malah tersenyum licik, sembari menghindar, tak mau menyerahkan dengan sukarela, aroma dan rasa puisi yang kubuat telah menyusup keotak kecilmu.
"Tak akan kuserahkan, sajak ini milikku, bahannya dari sisaan kopi aku, kau tak berhak atasnya, jadi enyah saja kau, kau boleh mengambil kopi buatanku sebagai balasan jerih payahmu.Aku akan melabeli puisi beraroma kopi ini dengan namaku". Sembari berkata, kau menghardikku dengan kasar, mendorongku dengan sekuat tenaga. Hingga aku terjengkang
"Lalu siapa sekarang yang plagiator..?"
Aku bangkit, mengibaskan debu keserakahan dari pakaianku yang tadi terjamah olehnya.
Aku kemudian melangkah pergi dengan sedikit senyum.
"Sebentar lagi.." ujarku dengan suara yang nyaris tak terdengar
"Tunggu dulu, tunggu...., mengapa aroma puisimu mendadak menyesakkan, dada dan keronkonganku seolah terbakar. Ada rasa yang aneh, menohok dari dalam, tunggu....kumohon, tolong bantu aku, aku tak tahan lagi sakitnya"
" Aaaargggh....!!!!"
"Tooooollloooonh, ....Ammmppuuunnn....!!!!".
Kau melolong ibarat kambing yang digorok, berkelojotan, melepaskan ruh suci yang meronta keluar dari tubuhmu. Lalu hening. Dirimu telah berubah menjadi seonggok mayat.
"Kopi itu bercampur air mata, air mata dari penyair yang karyanya kau rebut tanpa takut. Aroma sianida pada airmata itu sangat lembut. Hingga mampu tersamar pada aroma kopi. Kopimitu sendiri disirami oleh keringat lelah mereka yang tak kau hargai hingga biji kopi yang disangray dengan api dari keserakahan akan langsung bereaksi jika pada tubuh yang meminumnya mengandung ketamakan. Kombinasi yang sempurna,
Kunamakan resepnya dengan nama "KARMA YANG TAK TERBACA" lumayan ampuh untuk membunuh, setidaknya mengurangi seorang plagiator seperti kamu" aku bergumam diatas mayatnya
Kubalikkan badannya, sembari mengeluarkan bekati kecilku, kujambak rambutnya lalu mengukir sebuah huruf didahinya
" P " yang berarti PLAGIATOR