Syariat Kopi
B I S M I L L A H
Siti Kewe
Kunikahen ko Orom Kuyu
Tanoh Kin Saksimu
Wih Kin Walimu
Lo Kin Saksi Kalammu
Rapalan diatas ditulis dalam bahasa Gayo. Oleh penyair Fikar W Eda, disebut "Mantra Kopi".
Terjemahan bebasnya :
Siti Kewe ( Sebutan untuk Kopi)
Saya nikahkan kamu dengan angin
Tanah menjadi saksimu
Air menjadi walimu
Hari menjadi saksi kalammu...
Dari terjemahan ini, ada sebuah pesan yang disimpan. Untuk dipahami maknanya. Upaya " pengislaman" tanaman kopi. Meski kopi tumbuhan, sesungguhnya kopi adalah mahluk hidup. hamba Allah.
Untuk itu, perlu pensyahadatan agar sepanjang tumbuhnya, dalam Rahmat Allah. Tidak ada yang keluar dari aturan Allah untuk kebaikan dan kebaikan.
Siti Kewe itu, dinikahkan dengan angin. Ada lelaki dan perempuan. Tumbuhan kopi, tanpa angin, tentu tidak terserbuki. Tidak akan hamil. Tidak akan bunga menjadi buah.
Pernikahan Siti Kewe yang kopi dengan angin, agar syah, harus ada saksi. Saksi pernikahan kopi dengan angin adalah tanah.
Apalah arti kopi tanpa tempat tumbuh. Perkawinan tanpa rahim, tentu tidak hasilkan buah. Buah sebagai hasil akhir yang menjadi tujuan perkawinan. Meneruskan generasi kopi.
Air adalah wali pernikahan kopi dan angin. Wali adalah kunci syahnya pernikahan. Apa jadinya jika tumbuhan tanpa air. Anak tanpa orang tua, yatim. Kehilangan kasih sayang. Air adalah bagian terbesar dari kopi hingga tersisa berat air yang disepakati untuk dijual. Kadar air 12 persen dalam biji kopi.
Hari menjadi saksi kalammu. Dalam pernikahan, selain wali, tentu banyak saksi lain yang hadir untuk mensyahkan pernikahan atau tidak syah.
Tumbuhan kopi memerlukan sinar matahari untuk pertumbuhannya. Menempuh atau menjalani hari untuk membesarkan kopi. Detik menit, jam, hari, bulan hingga tahun.
Genap sembilan bulan setelah diserbuki, kopi siap dipanen. Memerlukan waktu siang dan dan malam untuk mendapatkan angka sembilan bulan.
Filosofi atau mantra kopi atau kalau saya lebih suka menyebut "Syariat Kopi". Ditemukan dalam sebuah kenduri warga gayo di daerah Kabupaten Bener Meriah. Kenduri dengan rapalan ini, konon dilakukan saat kopi mulai berbunga.
Kini, tidak semua petani kopi melakukan ritual kenduri ini. Tersisa sedikit orang saja yang masih paham. Selebihnya, mungkin cuma menganggap kopi hanya tumbuhan semata.
DR. Joni, seorang dosen Universitas Gajah Putih, seorang linguistik, mengatakan, bagi masyarakat gayo, kopi bukan saja mahluk hidup. Tapi, seperti saudara. Bagian hidup. Bagian keluarga. Sehingga harus diperlakukan khusus.
Menggunakan bahasa transedental, menurut Joni, nama kopi adalah "Sengkewe". Almarhum orang tua Joni, memperlakukan kopi sangat istimewa.
"Dalam sehari, bapak saya hanya bisa memangkas kopi enam batang", rinci Joni. Sebelum memangkas, alat memotong cabang kopi yang tidak produktip, diasah sangat tajam sekali. Sekali tarik, cabang tersebut harus terpotong.
Padahal, normalnya, seorang pemangkas kopi bisa memangkas hingga 50-100 batang kopi.
Alat-alat pangkas kopi milik orang tua Joni, tidak boleh dipakai untuk keperluan lain. Khusus untuk kopi.
Seorang peneliti kopi Gayo,
Xiomara - Fernanda Quinones-Ruiz, MA Dr.rer.soc.oec, perempuan asal Columbia, mengatakan ketertarikannya pada apa yang disebutnya, kearifan lokal.
Hubungan istimewa manusia dan tumbuhan.
Dr. Xiomara, peneliti senior di Universitas BOKU, Vienna Austria, mengatakan, sejak 2015, Kopi Gayo begitu terkenal di Erofa. Setelah berlakunya perlindungan hukum pada kopi Gayo dengan Indikasi Geografis (IG).
Hal itu, membuat kopi gayo menjadi terkenal dan banyak dilirik, khususnya Erofa.
(https://steemit.com/gayocoffee/@winruhdikopi/indikasi-geografis-kopi-gayo-diteliti-asing-5546d99765fbc)
Posted using Partiko Android
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
https://www.scribd.com/doc/303355477/Mesin-Pengupas-Kulit-Biji-Kopi
@cheetah?
wuahh syarat makna postingannya pak, salam kenal :)
Seberapa penting mantra kopi/syariat kopi ini untuk di pertahankan menurut bpak?
Terima kasih , @altana menurutku mantra kopi itu penting. Sebagai adab atau kearifan lokal. Konon, kwnduri ini masih adi di kampung lewa benar meriah