Melongok Visi Masa Depan Kota Higashimatsushima, Jepang Pascatsunami 2011

in #storyfromdisaster7 years ago (edited)

Higashimatsushima, Nobiru.jpg

Berdiri di depan stasiun JR Nobiru, kota Higashimatsushima yang diresmikan kembali oleh menteri perhubungan Jepang setelah sebelumnya hancur akibat tsunami 2011. Stasiun ini dibuka pertama kali pada 10 April 1928 dibawah manajemen Miyagi Elictric Railway (Sumber: Facebook Alfi Rahman)

Kota Higashimatsushima terletak di bagian timur Prefektur Miyagi, sekitar 30 km arah Timurlaut kota Sendai. Kota Higashimatsushima ini termasuk kota yang terparah kerusakannya akibat tsunami yang terjadi pada 11 Maret 2011 yang lalu.

Lebih dari 1.000 warganya dinyatakan tewas dalam bencana tersebut dimana ketinggian tsunami mencapai 10,35 m, terutama di pantai Nobiru. Bedasarkan informasi resmi dari pemerintah setempat lebih dari 65 % area Higashimatsushima ini terdampak oleh tsunami dan merupakan kota yang paling parah terpapar oleh tsunami dibandingkan dengan kota-kota terdampak lainnya (diperkirakan 73 % rumah warga rusak ringan hingga berat)

Saya berkesempatan mengunjungi kota ini dan mendapatkan penjelasan langsung dari Sato-san, salah seorang manajer di bagian Penanggulangan Bencana kota Higashimatsushima. Ia menggambarkan cuaca saat terjadi tsunami sangat dingin akibat turunnya salju, sehingga ada beberapa diantara korban mengalami hipotermia akut, bahkan baru dapat diselamatkan setelah lebih dari 5 jam dari kejadian. Mereka menggunakan beberapa kendaraan tersisa milik pemerintah kota Higashimatsushima untuk mengangkut pasien-pasien yang memerlukan perawatan khusus. Pasokan listrik, gas dan air terhenti menambah parah suasana.

Berdasarkan pengalaman tersebut pemeritah kota Higashimatsushima membuat formula perencanaan kota.

Di Stockpile Warehouse kota Higashimatsushima yang selesai dibangun pada Februari 2014. Berlokasi di Tagaginomori Sport Park seluas 1500 m². Berfungsi sebagai tempat penyimpanan kebutuhan disaat situasi darurat seperti bencana. Gudang ini menampung 133.000 stok makanan dan 133.000 liter air dan berbagai keperluan dasar. Warehouse ini mampu memenuhi kebutuhan warga untuk masa 3 hari (Sumber foto: Facebook Alfi Rahman)

Inisiatif untuk Kota Masa Depan


Menurut penjelasan dari Sato-san hal yang pertama dilakukan adalah melakukan tukar pikiran dengan 2.000 warga terhadap formula rekonstruksi kota ke depan. Tukar pikiran ini dilakukan dengan para nelayan, termasuk para penggiat bisnis perikanan, dan tentu saja warga secara keseluruhan.

Di antara hasil yang disepakati tersebut adalah 80,5% warga setuju untuk direlokasi ke daerah yang lebih aman. Hanya 10% yang ingin kembali rumahnya dibangun di tempat yang sama. Tentu pekerjaan ini tidaklah mudah yang kemudian pemerintah kota Higashimatsushima juga mempertimbangkan isu-isu strategis lainnya seperti, suplai energi, kebutuhan komunitas hingga isu rendahnya angka kelahiran dan meningkatnya jumlah manula.

Di antara visi masa depan kota Higashimatsushima itu adalah menjadikan kota Higashimatsushima sebagai kota masa depan bersama tanpa melupakan bencana. Visi itu tercermin pula pada ungkapan "Higashimatsushima, our hearts are one", Selanjutnya visi masa depan ini dituangkan kedalam perencanaan yang mendetail dan terukur.

Hal menarik lain yang saya temukan adalah dari sekian komposisi dan konten dari rencana rekonstruksi kota ini adalah dengan memastikan setiap warganya harus memiliki pengetahuan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, serta mewujudkan masyarakat yang saling mendukung satu sama lain dalam menyelamatkan, bangkit kembali serta membangun kota pascabencana. Termasuk di antara hal yang menjadi perhatian mereka adalah pembangunan sektor ekonomi yang berkelanjutan. Hal ini tertuang secara jelas dalam rencana pembangunannya.

Rencana tipe-tipe industri yang dikembangkan kota Higashimatsushima pascatsunami 2011
Sort:  

pengalaman yang bagus bang, sangat bermanfaat untuk masyarakat aceh dan indonesia untuk sigap dalam dalam penanggulangan bencana

Disatu sisi memang kita harus lebih banyak sharing pengetahuan dengan berbagai negara, terutama yang memiliki jenis bencana yang mirip seperti Jepang. Banyak hal yang harus kita akui tertinggal jauh dari Jepang. Mudah2an ke depan akan lebih baik Insya Allah.