suka duka kuliah di Japan......
Ketika pada awalnya saya memilih negara ini sebagai tempat belajar, saya tidak berpikir bahwa saya harus bekerja keras, walaupun saya tahu bahwa saya akan datang ke negeri yang penuh dengan kedisiplinan yang tinggi, toh dengan belajar setiap malam, saya pasti bisa mengimbangi mahasiswa Jepang yang pintar. Oleh sebab itu, saya juga harus pintar!!.
Ternyata semua yang saya bayangkan sangat keliru. Di Tahun pertama, saya mengamati setiap gerak dan langkah mahasiswa Jepang dalam menuntut ilmu. Saya mengamati setiap kegiatan teman-teman mahasiswa di laboratorium tempat saya belajar. Pemahaman terhadap mata kuliah yang diikuti serta pertanyaan-pertanyaan sederhana yang muncul dari mereka ketika mengikuti kuliah membuat saya lebih percaya diri. Saya sempat menganggap remeh dan berkata dalam hati, wah, kalau pertanyaan seperti itu, mahasiswa saya di Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe pasti akan dengan mudah menjawabnya. Analisis yang saya ambil tidak hanya berdasarkan sampel pada lab saya saja, tetapi ada beberapa teman Indonesia yang sedang belajar di lab lain juga memiliki pendapat yang sama. Ternyata ilmu yang dimiliki mahasiswa Indonesia lebih baik jika dibandingkan dengan mahasiswa Jepang, demikian kesimpulan yang dapat saya ambil pada tahun pertama.
Tahun kedua, karena masih penasaran, saya kembali mengamati lebih serius setiap kegiatan dan metode belajar mahasiswa Jepang. Mereka selalu datang tepat waktu. Pukul 08.00 atau pukul 09.00 pagi mereka tiba di kampus, masuk ke ruang lab, tidak banyak berbicara, cukup dengan sapaan: Ohayou Gozaimasu (selamat pagi) kepada teman-teman yang sudah tiba duluan dan langsung duduk pada meja masing-masing yang memang telah disediakan oleh Sensei (Profesor). Tidak ada obrolan dan candaan, mereka langsung bekerja pada komputer masing-masing atau langsung memakai baju laboratorium jika pada hari itu mereka memiliki jadwal jikken (eksperimen). Baru ketika tiba saatnya hiru gohan no jikan (makan siang) mereka akan menghentikan aktivitas masing-masing dan bercanda ria dengan teman-teman sambil menuju ke shokudo (kantin). Kesimpulan yang dapat saya ambil, disiplin dan bekerja dengan serius pada jam kerja adalah kunci keberhasilan mereka. Hanya dengan inikah mereka bisa sukses? Ternyata tidak. Ada dua kunci lagi yang berhasil saya dapat dari mereka, yaitu semangat dalam bekerja dan tidak pantang menyerah.
Kuliah di Jepang berarti menuntut kuliah dan penelitian dilakukan bersamaan, tidak ada istilah kuliah dulu di semester awal dan penelitian dilakukan di semester-semester akhir. Capek, tentu saja. Apalagi untuk teman-teman yang penelitiannya berkutat dengan peralatan-peralatan lab. Kadang mereka berada di lab lebih dari 12 jam, untuk menunggu reaksi-reaksi kimia yang sedang dikerjakan dan tidak bisa ditinggalkan atau disambi. Tapi, itulah penelitian. Semuanya dikerjakan dengan semangat keingintahuan yang begitu besar. Juga dengan sebuah hal yang tidak bisa dipungkiri, fasilitas penelitian yang mendekati nilai sempurna. Dukungan literatur ilmiah terkini yang begitu mudah diakses dengan bandwith internet yang seperti sekedipan mata.
Di Jepang, selain ruang laboratorium yang berisi alat-alat untuk eksperimen (jikken shitsu), ruang kerja tempat mahasiswa duduk dan bekerja juga disebut dengan laboratorium (kenyu shitsu). Fasilitas di laboratorium sangat mendukung sekali, dapat meja dan komputer sendiri, printer bisa dipakai kapan saja, kertas yang cukup berlimpah (perlu penjelasan mengenai ini), ruangan super nyaman, lengkap dengan cooler untuk musim panas dan heater untuk musim dingin, pemanas air untuk membuat kopi atau teh dll.
Setiap orang punya kiat berbeda, namun tetap saja kiat umum yang dilakukan lebih kurang sama. Alhasil, begitu Anda memutuskan memilih Jepang sebagai tempat studi dan berjuang mendapatkan gelar profesor, tahapan pertama yang harus dilalui adalah mengumpulkan sebanyak-banyaknya informasi.
Sama halnya ketika ingin mencari pekerjaan, tentu Anda pun harus tahu tentang perusahaan yang akan dilamar. Begitu juga ketika memutuskan untuk studi ke Jepang, mulailah mengumpulkan dan menggali informasi lebih luas dan dalam. Bisa saja informasi oral dari seseorang yang pernah sekolah di Jepang, melalui buku, internet, surat kabar, dan sebagainya. Informasi tersebut, misalnya, mulai tentang dinamika sekolah di Jepang, suka dan duka sekolah di negeri orang, biaya, dan lain-lainnya.
Sangat penting mengetahui budaya, perilaku, dan karakter orang Jepang. Hal tersebut sangat erat hubungannya dengan adaptasi Anda kelak, baik di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggal. Dengan demikian, akhirnya Anda tidak terkaget-kaget ketika hidup di Jepang. Banyak yang tidak bisasurvive studi dan hidup di Jepang hanya lantaran tidak berhasil beradaptasi.
mantap pengalamannya...Luar biasa
Pengalamannya sangat memotivasi sekali...