INDONESIA BERKOMITMEN UNTUK MENCEGAH STUNTING
Stunting merupakan kekurangan gizi pada balita yang berlangsung lama (kronis) yang menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak. Kondisi ini menyebabkan perkembangan otak dan fisik terhambat, rentan terhadap penyakit, sulit berprestasi, dan saat dewasa mudah menderita obesitas sehingga berisiko terkena penyakit jantung, diabetes, dan penyakit tidak menular lainnya. Selain disebatibkan kekurangan asupan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan, dari janin hingga usia 24 bulan, stunting juga disebabkan pola hidup yang tidak bersih dan sehat, seperti kondisi sanitasi yang buruk dan tidak tersedianya air bersih yang memadai.
Pemerintah Indonesia saat ini sangat gencar dalam mencari strategi untuk mengatasi stunting. Pasalnya, menurut data terakhir dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dikeluarkan pada tahun 2013, jumlah balita yang kekurangan gizi kembali mengalami peningkatan dari data sebelumnya di tahun 2010, yaitu dari 17,9 persen menjadi 19,6 persen.
Indonesia telah melaksanakan Stunting Summit di Hotel Borobudur Jakarta pada Rabu (28/3/2018) yang dibuka oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Muhammad Jusuf Kalla dan dihadiri oleh para Kepala Desa, Bupati, Gubernur serta sejumlah Menteri. "Kalau Bahasa Indonesia pertemuan tingkat tinggi soal kekerdilan (Stunting Summit). Summit itu pertemuan tingkat tinggi, kalau disebutkan summit ya itu kepala negara, terus sekarang yang hadir adalah kepala desa" ujar Jusuf Kalla dalam sambutannya disertai gelak tawa tamu undangan. "Kita berbicara tentang masa depan bangsa ini, suatu upaya bersama, usaha kita bagaimana memutuskan mata rantai daripada siklus kemiskinan dan kekerdilan (stunting), karena miskin gizi kurang, karena gizi kurang maka stunting, karena stunting maka kecerdasannya berkurang” ujar Jusuf Kalla. "Karena kecerdasaannya berkurang maka produktivitasnya menurun dan miskin lagi. Kita harus balik salah satunya tentu perbaikan gizi dan kehidupan masyarakat" tambahnya.
“Harus ada upaya bersama memotong rantai kemiskinan dan stunting. Jika tidak, kasus stunting tetap tinggi” lanjut Jusuf Kalla. Upaya bersama dimaksud, harus melibatkan seluruh potensi yang ada seperti agamawan, kepala daerah, kepala desa, akademisi, tenaga kesehatan, budayawan, instansi swasta dan sebagainya.
Kepala BAPPENAS, Bambang Brodjonegoro dalam sambutannya mengatakan Pemerintah Indonesia pada tahun 2019 menargetkan penurunan angka stunting dari 32,9 persen menjadi 28 persen. "Salah satu targetnya adalah penurunan angka stunting pada anak usia di bawah 2 tahun dari 32, 9 persen menjadi 28 persen di tahun 2019. Dimana tahun 2018 adalah tahun ke 4 pelaksanaan RPJMN 2015-2019, oleh karena itu diperlukan upaya percepatan penurunan stunting melalui penguatan kordinasi lintas sektor" paparnya.
Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT), Eko Putro Sandjoyo dalam pemaparannya mengungkapkan ada tiga hal penyebab terjadinya stunting pada anak-anak. Pertama kurangnya pemahaman dasar orangtua akan stunting, Nomor dua masalah infrastruktur dasar di desa-desa yang memang tidak memadai dan ketiga angka kemiskinan yang masih tinggi.
"Ada tiga hal besar yang menyebabkan stunting. Nomor satu karena ketidaktahuan pada masyarakat, Nomor dua masalah infrastruktur dasar di desa-desa yang memang tidak memadai untuk orang itu tidak bisa hidup sehat. Tidak ada sarana air bersih, tidak ada MCK masih akses posyandu masih susah akses poliklinik desa masih susah, dan yang terakhir adalah angka kemiskinan yang masih tinggi. Saat ini, ada sekitar 27 juta orang miskin di Indonesia. Sedangkan, pertumbuhan ekonomi itu bisa dicapai kalau mempunyai stabilitas sosial yang baik, sehingga ekonomi juga dapat bertumbuh baik, dari itu, dengan adanya dana desa, diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam mengatasi permasalahan stunting dengan dibangunnya ribuan PAUD, Poliklinik Desa, dan beberapa infrastruktur lainnya.” pungkas Eko Sandjoyo.
"Tiga tahun ini kita telah bangun MCK 18.000 unit secara masif sekali, belum pernah terjadi dalam sejarah Indonesia. Kita bangun pos sumur air bersih sekitar 30.000 unit sarana air bersih itu ada 37.000 unit di desa-desa di indonesia. Selain itu juga dibangun PAUD jumlahnya 18.000 unit, posyandu 11.000 unit dan poliklinik desa jumlahnya 5.000 unit," tambahnya.
Pada kesempatan lain, Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia, Joseph Donovan menyambut baik kebijakan pemerintah yang memasukkan pencegahan stunting dalam program prioritas nasional. Kebijakan ini menurutnya, menandakan Indonesia memiliki komitmen dalam mengatasi masalah terkait kekurangan gizi pada balita.
"Saya senang sekali mendapat kesempatan untuk memberikan selamat kepada Pemerintah Indonesia, yang telah menjadikan pencegahan stunting sebagai program prioritas nasional, serta merayakan kerja sama kita untuk meningkatkan kesehatan dan gizi di Indonesia," kata Joseph saat memberikan sambutan dalam kegiatan Summit Stunting.