Nyanyian Tersunyi dari Hutan Sampoineit
Waktu terasa semakin berlalu..
Tinggalkan cerita tentang kita..
Akan tiada lagi kini tawa…
Tuk hapuskan semua sepi di hati…
Begitulah salah satu lirik lagu yang dinyanyikan @kemal13 dan diikuti beberapa teman lainnya. Di hadapan satu gitar mini, kami seperti memulai sebuah percakapan yang sangat dalam, jika kebosanan mulai datang mungkin saja kami akan memulai dengan percakapan yang sangat melankolis. Dan begitulah, bagaimana orang-orang menghilangkan kebosanan di tengah hutan yang amat gelap.
Sabtu, (8/9), saya dan teman-teman tiba di Conservation Response Unit (CRU) Sampoiniet, Aceh Jaya. Saya bersyukur bisa berkunjung kesini, setelah beberapa waktu berniat; suatu hari ingin berkunjug ke tempat indah ini. Di tengah lebatnya hutan, tersembunyi sungai yang amat dingin, tempat di mana gajah-gajah Sumatera dimandikan ketika pagi tiba.
Setelah disubuhi makan malam dengan kuah bebek. Kamipun menikamti malam pertama kami di sini dengan cara masing-masing. Ada yang sambil membuang asap keudara, bercanda, main ludo, main domino bercanda dan bernyanyi ditemani gita mini yang entah milik siapa. Lantas saya menikmati malam itu dengan membaca sejumlah poster tentang gajah dan spesies hewan yang ada di CRU ini atau bercakap dengan mereka para pengurus di sini. Sekali-kali, mendatangi bg Kemal untuk merequest lagu paling melo. Tak lupa bercanda bersama kak @rahmanovic, @lontuanisme dan teman-teman lainya.
Di balik semua itu, merenungkan bagaimana mereka bertahan dalam kebosanan di tempat ini adalah tanda tanya yang terlintas dibenak saat turun dari mobil. Terkadang kebosanan dapat menjelma gila bila tak dicari penawar. Mungkin mereka yang berlama-lama di sini, punya cara masing-masing bagaiamana mengatasinya. Tidak, mereka tidak perlu mengatasinya sebenarnya. Terkadang pula, kecintaan dapat memenangkan segalanya. Mereka kemari dengan cinta mereka terhadap alam. Tidak perlu segala hal, jiwa yang dipenuhi cinta sudah cukup sebagai penawar.
Malam semakin larut dan kamipun masih berjaga dengan segala candaan. Para pengurus satu persatu hilang dari hadapan beranda. Petikan gitar dari tangan bg Kemal masih saja membuat kami bernyanyi, menyanyikan lagu paling sunyi. Sekuat apapun suara kami bernyanyi, keramaian hanya dari suara hujan. Hujan sekali-kali membuat petikan itu menjadi amat melankolis. Sekali-kali candaan kami tertawa karena cinta. Atas segala tawa, ada orang menjadi tumbal. Begitulah, siklus percakapan kita.
Saya sempat mengira, sementar lagi beranda ini akan sepi. Namun, malam semakin larut, semakin ganas pula candaan kami. Dalam cangkir plastic itu, bubuk kopi Leuser sudah tersaji. Kamipun menikmatinya sambil melanjutkan tawa.
Akhirnya seorang teman berkata, “Satu nyanyian lagi kita tidur”. Entah lagu apa yang menutupi percakapan kami, saya lupa. Tapi sehabis itu, kami langsung tidur, beranda itu gelap. Hanya bg @awinyaksteemit yang masih menikmati malam hingga pagi. Ia bercapakap dengan sebatang rokok. Saya terbangun ketika langit sudah agak terang. Sehabis bercakap ini-itu denga bg Awi, ia mengajak saya memancing dibelakang sungai. Tak ada hasil. Matahari menyapa baik pagi ini, setelah sarapan kami langsung menuju sungai memandikan gajah.
Terimakasih kepada teman-teman atas tawa yang sangat tulus waktu itu. Sebab, di hutan, tawa dan persahabatan tak sepura-pura di kota.
Congratulations @adzilikram! You have completed the following achievement on the Steem blockchain and have been rewarded with new badge(s) :
Award for the number of posts published
Click on the badge to view your Board of Honor.
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
Do not miss the last post from @steemitboard: