Tahura waterfall - Aceh Besar- Indonesia
Hari libur paling enak itu jalan-jalan bareng teman donk,, Nah kali ini saya berdua bersama teman berniat untuk kembali berpetualang ke sebuah Air Terjun yang ada di Aceh besar. Sebuah air terjun yang bebatuannya bertekstur indah. Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten di Aceh yang letaknya berdampingan dengan Kota Banda Aceh. Kabupaten ini memiliki pesona alam yang begitu indah dan menawarkan banyak destinasi wisata. Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan (Tahura PMI) salah satunya. Wisata alam ini terletak diantara kaki Gunung Seulawah Agam dan Gunung Seulawah Inong, Saree, Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar. Sektor wisata satu ini sedang digandrungi oleh masyarakat Banda Aceh dan tak terkecuali masyarakat Aceh Besar sendiri.
Pagi itu sekitar pukul 12 siang saya di jemput dengan teman ke rumah.. dengan menaiki sepeda motor kami menuju Kota Sare-Aceh Besar dengan menempuk jarak sekitar 1,5 jam perjalanan dari pusat kota Banda Aceh. Dalam perjalaman Hujan pun menyambut kedatangan kami di kota slimum Aceh Besar, Hujan membuat perjalan ini semakin nikmat, lumayanlah mendinginkan tubuh dan motor setelah melewati panas terik dari kota Banda aceh.
Setelah hujan reda kami pun segera melanjutkan perjalanan menuju kota sare. Tak lama berjalan lagi lagi kami pun di guyur hujan yang begitu deras..mau tak mau harus menepi untuk berteduh. Ademmm Men…!! Berhubung hujan tak kunjung reda, kami pun mencoba melanjutkan perjalanan lagi dengan menggunakan mantel..
Tak lama kemudian kami pun sampai ke taman tahura PMI. Untuk masuk ke Tahura PMI, kita harus melapor terlebih dahulu pada pos penjagaan komplek kantor unit pengelola Tahura PMI. Baru kemudian kita diizinkan masuk. Di komplek ini pun ada beberapa spot yang dapat dinikmati oleh pengunjung, seperti berkunjung ke rumah pohon, trekking, dan bahkan tujuan awalnya saya bermain ke Tahura karena teman saya ingin melihat gajah. Namun sayangnya, gajah-gajah tersebut sedang dilepaskan dan kemungkinan berada di lembaga penangkaran yang terletak tidak jauh dari Tahura.
Selain rumah pohon, spot lain yang menarik perhatian pengunjung adalah air terjun tahura. Berbicara tentang air terjun, jalan menuju ke air terjun akan menjadi tantangan tersendiri bagi pengunjung. Bagi yang menyukai mendaki, tentu akan menyenangi perjalanan ini. Air terjun terletak di seberang jalan dari komplek kantor unit pengelola Tahura. Menuju air terjun tersebut pengunjung akan dibimbing oleh Polisi Hutan Tahura. Tapi kali ini saya bersama teman tidak di pandu, karea saya sudah pernah kesini dan masih sedikit mengingat kembali jalan menuju air tejun tahura .
Memasuki hutan menuju air terjun, awalnya akan menemui jalan beraspal, tetapi kemudian semakin jauh berjalan, jalan aspal tidak dapat ditemukan lagi. Dalam perjalanan saya terus mengingat kembali jalan menuju kesana. Seketika kamipun hampir salah jalan di karena banyak pohon yang sudah di tebang dan dibakar. Dengan jalan yang begitu berlumpur dan licin kami pun berhati hati dalam bejalan di bebatuan di arena perkebunan pisang milik warga, jalanpun semakin berat karena lumpur yang begitu tebal menempel di sepatu.
Dalam perjalanan menuju objek wisata air terjun kami disuguhkan panorama alam yang masih natural dan terawat dengan baik. Panorama ini akan begitu melalaikan mata. Saat berjalanpun senantiasa mengingatkan saya yang keasyikan mengabadikan panorama tersebut lewat kamera untuk bergegas berjalan kembali menyusuri hutan karena perjalanan masih panjang. Terlihat pohon pinus dengan tinggi 6 hingga 7 meter dengan daun pinus yang runcing berdiri berjejer mengarah ke arah langit. Jika terik, terlihat kaki langit dicelah-celah pinus dengan siluet yang mengagumkan. Perjalanan menuju air terjun ditempuh kurang lebih selama 1 jam.
Dalam perjalanan kami selalu memberikan tanda di setiap pohon dan batu dengan lumpur yang ada si disepatu.. supaya kami mengingat kembali jalan untuk pulang..
Lelahnya naik turun hutan di lembah seulawah, tak terasa kamipun sampai di air terjun tahura. Bersitirahat sejanak dan saya langsung mengabadikan spot-spot gambar yang bagus, teman saya langsung mandi dan menyegarkan diri. Setelah menikmati air yang begitu dingin kami pun langsung bergegas pulang dan meninggalkan kenangan yang mbegitu indah!
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
http://basterarusdi.blogspot.com/2016/10/perjalanan-ke-2-ke-airterjun-tahura-sare.html
thanks you :)
At the Breaking Bitcoin Conference in Paris last weekend, speakers from around the world gave talks about breaking down the technicals of different implementations such as Segwit2x, Bitcoin Unlimited, and IOTA.
The most controversial talk was given by alternative Bitcoin implementation developer, Christopher Jeffrey, who revealed to a live audience of about 200 developers, academics, and professionals in the Bitcoin space how he broke the default Bitcoin implementation, bitcoind, better known as Bitcoin Core.
He drove the point home that the software ecosystem in the Bitcoin protocol is glaringly centralized. While Reddit and Twitter conversations focus on the threat to decentralization that miners pose to Bitcoin, Jeffrey highlighted a less popular, though equally harrowing threat: development centralization.
More than 99% of the Bitcoin network today runs Bitcoin Core, which is the default software implementation served by the package managers in most major operating systems. Jeffrey drove this point home by giving a poignant live demonstration.
Opening his talk, Pitfalls of Consensus Implementation, Jeffrey demonstrated a denial-of-service (DoS) attack by running a script which caused bitcoind nodes to allocate excessive amounts of memory, causing them to grind to a halt. This was a successful out-of-memory (OOM) attack executed in the Bitcoin testnet.
This OOM attack on Bitcoin Core, dubbed Corebleed, focuses on machine details, abusing memory, CPU, and disk I/O bottlenecks. This, combined with targeting the consensus layer, “which cannot be ignored by nodes,” Jeffrey notes, would break Bitcoin by bricking the nodes that were running Core software.
Theoretically, if this denial-of-service (DoS) vector were exploited in mainnet, it would shut down a significant portion of the nodes running Bitcoin. Only those nodes backed by beefy servers could survive this attack. However, Jeffrey claims that this would take months to set up.
There are two versions of this attack: a miner version and a non-miner version. The miner version remains strictly theoretica, simply because it is cost prohibitive to execute.