Analisis Naskah Bunga Rumah Makan “ Karya Utuy Tantang Sontani”
DRAMATURGI PENYUTRADARAAN
“BUNGA RUMAH MAKAN”
Analisis Naskah Bunga Rumah Makan
“ Karya Utuy Tantang Sontani”
Biografi Pengarang
Utuy Tatang Sontani di Cianjur pada tanggal 1 Mei1920. Dramawan berdarah Sunda ini kelak di kemudian hari dikenal sebagai salah seorang sastrawanAngkatan 45 terkemuka. Karyanya yang pertama adalah Tambera (versi bahasa Sunda 1937), sebuah novel sejarah yang berlangsung di Kepulauan Maluku pada abad ke-17.
Novel ini pertama kali dimuat dalam koran daerah berbahasa Sunda Sipatahoenan dan Sinar Pasundan pada tahun yang sama. Setelah itu Utuy menerbitkan kumpulan cerita pendeknya, Orang-orang Sial (1951), yang diikuti oleh karya-karya lakonnya yang membuatnya menjadi terkenal. Lakon pertamanya (Suling dan Bunga Rumah makan, 1948) ditulis sebagaimana cerpen-cerpen sebelumnya yakni terkesan ‘sederhana’ dengan bobot karakter yang belum mendalam, tetapi selanjutnya ia menemukan cara menulis lakon yang unik, yang bentuknya seperti cerita pendek sehinga terasa enak untuk dibaca. Di antara lakon-lakonnya terkenal yang kemudian lahir sebagai buah tangannya adalah Awal dan Mira (1952), Sajang Ada Orang Lain (1954), Di Langit Ada Bintang (1955), Sang Kuriang (1955), Selamat Djalan Anak Kufur (1956), Si Kabajan (1959), dan Tak Pernah Mendjadi Tua (1963).
Sudut Pandang
Karya-karya Utuy mencerminkan pikiran-pikirannya yang sangat rasional dan menentang ‘idealisme-idealisme’ yang tidak realistis. Cerita ini juga menentang dan melakukan pembelaan terhadap tokoh-tokoh yang mengalami eksploitasi secara stratifikasi sosial dan mereka yang menjadi korban ketidakadilan yang dilakukan oleh orang-orang kaya. Lakon-lakon tersebut mengarisbawahi dampak-dampak psikologis tersebut akibat tekanan dan himpitan materi tetapi di sisi lain, juga menegaskan pentingnya harkat kemanusiaan. Kesadaran inilah yang kelak mempengaruhi pilihan politik.
Sinopsis
Lakon Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani menceritakan serangkaian kejadian di sebuah rumah makan. Lakon ini diawali dengan kehadiran beberapa pengunjung di rumah makan ‘Sembara” yanga datang hanya untuk menjadikan kebutuhan belanjanya sebagai kedok agar dapat mendekati pelayan rumah makan tersebut yang bernama Ani. Dalam perjalanannya, Ani ternyata hanya jatuh cinta pada seorang perwira tentara yang bernama kapten Suherman. Ani juga sering menerima kemarahan majikannya (Sudarma) karena ketelodorannya dalam bekerja. Hal tersebut dikarenakan ulah seorang pengemis dan seorang gelandangan yang seringkali mendatangi rumah makan tersebut. Sudarma menganggap Ani terlalu lunak pada pengemis dan gelandangan tersebut, padahal merekalah yang menurut Sudarma telah menyebakan berkurangnya pengunjung di rumah makannya. Pada bagian lain, Karnaen, anak Sudarma, tenyata juga jatuh cinta pada Ani. Hal tersebut terungkap ketika Ani menolong Karnaen, sesaat setelah berkelahi dengan Iskandar, seorang gelandangan yang sering mengganggu dan menghina Ani. Melihat kejadian tersebut, Usman, adik Sudarma, yang juga seorang ustad menasehati Ani agar segera kawin dengan Karnaen. Ani bergeming karena cintanya memang hanya untuk Kapten Suherman. Di akhir cerita, Ani akhirnya memilih meningalkan rumah makan ‘Sembara’ bersama Iskandar, seorang gelandangan yang selama ini selalu menghinanya dengan perkataan keji: bahwa Ani adalah pelayan yang telah sengaja menjajakan kecantikannya demi memikat para pengunjung rumah makan tersebut. Terlebih lagi setelah ia tahu bahwa kapten Suherman ternyata juga tidak pernah serius untuk mencintainya. Ani justru menjadi semakin sadar akan kejujuran Iskandar. Kepergian Ani bersama Iskandar tersebut membuat Sudarma dan Usman tersentak. Terlebih bagi Karnaen, kepergian Ani bersama Iskandar adalah ‘pukulah telak’ dalam hidupnya.
Analisis Stuktur
Alur atau Plot
• Progresi dramatik sebuah lakon tercipta oleh adanya kejadian demi kejadian yang membentuk jalinan. Setiap kejadian muncul karena serangkaian dialog yang menimbulkan progresi emosi dan perubahan suasana. Pada akhirnya jalinan kejadian (peristiwa) itulah yang kemudian membentuk alur cerita atau plot. Plot sebagai jalinan peristiwa dalam karya sastra (termasuk sastra drama) yang bertujuan untuk mencapai efek tertentu, terkait denga hubungan temporal (waktu) dan hubungan kausal (sebab akibat). Rangkaian peristiwa dalam alur dijalin dengan seksama melalui pergerakan cerita yang mengalami perumitan (komplikasi) kearah klimaks dan penyelesaian.
• Alur dalam naskah Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani terbentuk melalui dinamika yang diakibatkan oleh perubahan emosi para tokohnya. Perubahan emosi itu memiliki progresi karena respon terhadap prilaku masing-masing tokoh yang berinteraksi dalam rumah makan Sembara tersebut. Progresi emosi itulah yang kemudian melahirkan perjalanan alur dari permulaan yang terlihat sederhana menuju pada kondisi yang lebih kritis. alur yang berjalan itu maka naskah Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani menggunkan pendekatan alur yang konvensional (linier).
Penokohan atau perwatakan
• Penokohan merupakan pemaparan karakter tokoh menyangkut kualitas, ciri atau sifat-sifatnya sebagai hasil penafsiran dalam lakon. Pemahaman tokoh dengan demikian tidak sekedar melihat identifikasi tokoh tetapi juga menelusuri perkembangan watak yang didapat dari hubungannya dengan tokoh lain. Sudut pandang ini didasarkan pada kenyataan bahwa karakter tokoh tidak saja beranjak dari ciri-ciri tokoh tetapi sekaligus ciri psikologis dan ciri-ciri kehidupan sosial yang melekat di dalamnya.
• Dalam naskah ini terdapat sepuluh tokoh yakni pelaku utamanya Ani seorang gadis pelayan rumah makan “Sambara”, dan yang lainnya: Iskandar seorang pelancong muda, Sudarma pemilik rumah makan “Sambara”, Karnaen ialah anak Sudarma, Usman seorang kayai kawan Sudarma, Polisi, Suherman seorang kapten tentara, Rukayah kawan Ani, perempuan pembeli, pengemis, dan dua orang pegawai kantoran.
• Dalam garapan penyutradaraan fragmen ini, sutradara mengambil pada bagian adegan 12 sampai adegan 14. Diperankan oleh tiga tokoh sebagai berikut :
Ani
• gadis cantik berusia 20 tahun, seorang pelayan rumah makan “sambara”
• Fisiologi
• Tidak ada penggambaran khusus dan spesifik mengenai keadan fisik tokoh Ani dalam lakon. Walaupun begitu penamaan Ani dengan panggilan nona oleh beberapa pengunjungnya jelas memperlihatkan tokoh Ani sebagai perempuan yang masih muda. Begitu juga dengan daya tarik Ani yang berhasil memikat banyak pengunjung rumah makan (Pemuda 1, Pemuda 2, Karnaen, Iskandar dan Suherman) telah dengan tegas menunjukan bahwa Ani adalah perempuan berparas cantik dengan keadaan fisik yang terlihat ideal.
• Sosiologi
• Tokoh Ani dalam lakon Bunga Rumah Makan tidak digambarkan secara tegas terkait asal-usul dan latar belakang kehidupannya tetapi merujuk profesinya sebagai pelayan rumah makan maka bisa dipastikan bahwa Ani tidak memiliki pengalaman pendidikan yang tinggi. Hal tersebut juga mengisyaratkan bahwa Ani besar kemungkinan berasal dari lingkungan masyarakat bawah. Bahkan dalam salah satu dialognya Ani adalah anak sebatang kara.
• Psikologi
• karakter dasar Ani sebenarnya merupakan gadis lugu, dan polos. Hal ini dapat dilihat dari dialog Ani dan Rukayah saat membicarakan perasaan hatinya pada Suherman. Pada bagian akhir lakon tokoh Ani mengalami perkembangan emosi yang sangat dratis. Hal tersebut dikarenakan wujud kesadaran dirinya atas kebohongan dan tekanan lingkungan yang selama ini telah ia terima. Ani yang pemalu akhirnya memiliki keberanian untuk melawan (majikan) sekaligus menjatuhkan pilihan hidupnya secara tegas yakni pergi dari tempat ia mendapatkan nafkah untuk mengarungi hidup secara lebih jujur bersama seorang gelandangan (Iskandar).
Iskandar
Iskandar, ia berperan sebagai seorang pemuda pelancong. Berusia 25 tahun
• Psikologi
• Iskandar kasar tapi jujur dengan perasaannya. menjujung tinggi kebebasan, dan apa adanya.
• Sosiologi
• tidak suka merayu orang lain hanya untuk menarik hati orang lain. Ia berkata jujur untuk menyadarkan Ani karena ia peduli meskipun itu terkesan kasar. Ia tidak ingin membiarkan kecantikan Ani dinikmati lelaki yang datang ke rumah makan.
• Fisiologi
• Tinggi, berambut gondrong, berpakaian kumal, berantakan.
Rukhayah
• Teman dari ani, berusia 22 tahun seorang wanita karir
• Psikologi
• merupakan tokoh yang bersifat bijaksana karena ia mengetahui dan dapat menafsirkan bagaimana menempatkan rasa cinta ini kepada sesorang yang dicintai.
• Fisiologi
• Bertubuh montok, memiliki tahi lalat di sela hidung sebelah kiri, berkulit hitam manis.
• Soiologi
• Ia berpandangan bahwa sebagai perempuan tidak harus menyerahkan kepercayaan sepenuhnya kepada lelaki dan dalam menghadapi lelaki tidak hanya dengan berdasarkan perasaan tetapi juga berdasarkan akal sehat.
• Latar Cerita
Latar cerita adalah berbagai persoalan yang terkait dengan hal-hal yang melandasi atau menjadi bagian dari peristiwa, tempat terjadinya peristiwa dan kurun waktu yang terjadi dalam lakon. Pemahaman latar cerita ini dimaksudkan untuk memahami keseluruhan cerita sebagai pijakan untuk diwujudkan dalam realitas panggung.
Latar Ruang Atau Tempat
• Latar ruang dalam lakon Bunga Rumah Makan adalah sebuah interior rumah makan yang terkesan rapi meskipun tidak terlalu mewah. Gambaran detail mengenai rumah makan tersebut tidak didiskripsikan secara jelas dalam naskah. Naskah hanya menggambarkan sebuah rumah makan dengan tiga stel kursi, rak kaca tempat kue, meja tulis, telpon, radio dan lemari. Merujuk perwujudan pentas yang ditampilkan dengan pendekatan realisme (sesuai gaya atau aliran lakon) maka visualisai ruangan juga diwujudkan dalam konsep ruang tiga dimensional yang dibuat mendekati kenyataan dengan pengaturan perspektif yang mendukung arah hadap penonton. Impresi yang menonjol dari latar ruang ini adalah sebuah ruman makam kelas menengah atau sederhana yang tertata rapi dan solah-olah berlokasi di dekat jalan raya.
• Latar Waktu
• Sesuai rujukan konflik yang terjadi dalam lakon, maka kurun waktu terjadinya peristiwa dalam lakon Bunga Rumah adalah pada siang hari.
• Latar Suasana
• Suasana yang terlihat pada bagian yang digarap oleh sutradara adalah, kegembiraan karena sedang merasa kasmaran yang berubah menjadi emosi yang meluap sampai pada ketegangan.
• Konflik
• Konflik dalam lakon Bunga Rumah Makan berawal sekaligus bermuara pada daya tarik Ani. Seluruh pekembangan alur sesungguhnya berangkat dari perubahan emosi tokoh-tokoh lain akibat interaksinya dengan tokoh Ani. Konflik pun merunyam karena kehadiran Iskandar. Dalam pandangan Ani, Iskandar adalah manusia yang menyebalkan dan tidak memiliki perasaan. Iskandar juga tak tahu adat sehingga setiap kali datang di rumah makan selalu bersikap tidak sopan dan menghina Ani dengan mengatainya sebagai penjual kecantikan dan pendusta. Sebaliknya, bagi Iskandar, Ani adalah wanita murahan yang sengaja memikat para pengunjung rumah makan dengan kecantikannya. Bahwa antara dirinya dan Iskandar sebenarnya dihadapkan pada persoalan yang sama yakni rasa sendiri dalam menjalani hidup.
Tema
Tema merupakan unsur awal yang akan mengilhami unsur-unsur lain dalam lakon. Tema didalam naskah bunga rumah makan terdapat dua jenis tema :
- Tema Mayor
sebuah ungkapan tentang nilai manusia yng ternyata tidak hanya cukup disimpulkan dari apa yang nampak. Bahwa kepribadian manusia tidak akan bisa dinilai hanya melalui apa yang terlihat. Hati manusia terkadang justru berpijak dari kenyataan, bahwa dalam kekasaran seringkali menyimpan kelembutan, bahwa dalam keangkuhan seringkali menyimpan kesungguhan, dan dalam tindakan atau ucapan yang menyakitkan terkadang justru menyimpan kejujuran dan ketulusan paling dalam.
Tema minor pada lakon Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani tercermin pada tokoh-tokoh yang berinteraksi di dalamnya. Tokoh-tokoh dalam lakon Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani ini memperlihatkan suatu pandangan yang beragam tentang kehidupan. Tokoh Sudarma menegaskan bahwa kehidupan merupakan pilihan-pilihan yang bersifat pragmatis, oleh karenanya setiap tindakan harus berpedoman pada keuntungan materi semata. Sementara itu, bagi Usman hidup pada dasarnya merupakan realisasi dari sikap keberagamaan, sehingga Usman selalu mempercayai Agama lah yang seharusnya menjadi solusi dalam kehidupan. Pada sisi lain, kehadiran Iskandar merupakan penegasan pentingnya manusia untuk bersikap apa-adanya dan selalu berlaku jujur pada dirinya sendiri. Hal ini berbeda dengan Kapten Suherman yang selalu berusaha ‘merekayasa’ penampilannya untuk memenuhi keinginan dan ambisinya.
• Analisis Tekstur Lakon
Tekstur Lakon adalah unsur-unsur dalam lakon yang menjadi pijakan dalam penyusunan desain pementasan. Jika penjabaran dan analisa struktur lakon merupakan unsur yang bertujuan untuk menciptakan pemahaman maka tekstur lakon merupakan bagian dari proyeksi lakon yang sudah dapat dirasakan dan di raba. Adapun yang menjadi bagian dari tekstur lakon adalah: dialog, suasana dan spektakel. Penjabaran tekstur Bunga Rumah Makan selengkapnya adalah sebagai berikut:
• Dialog
Dialog adalah percakapan yang terjadi antara tokoh satu dengan tokoh yang lain dalam sebuah lakon. Dialog selain berfungsi memberikan informasi tentang karakter tokoh, juga berperan dalam menciptakan alur cerita, menegaskan tema, latar cerita juga menentukan tempo atau irama permainan. lakon Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani, para tokoh-tokohnya tidak memiliki dialog-dialog yang terkesan simbolik. Dialog yang dominan adalah dialog yang bersifat keseharian meskipun sesekali terkesan sarkastis (blak-blakan). Selain hal di atas, meskipun nama-nama tokoh mencerminkan identitas etnik tertentu, namun secara keseluruhan dialog yang dipergunakan adalah dialog berbahasa nasional (Indonesia)
• Moud / Rhytem
Yudiaryani dalam “ panggung Teater dunia” mengatakan bahwa irama kalimat, bunyi kata, dan gambaran tokoh yang kaya imajinasi membantu aktor untuk menghadirkan suasana atau Mood. Seorang sutradara harus dapat mendiskusikan gerakan – gerakan ritmis kepada aktor untuk memasuki nuansa kelembutan music. (2002:367)
• Dalam naskah ini pencipta akan menyusun keterlibatan dari irama kalimat dari tokoh satu ke tokoh yang lain untuk menghadirkan suasana. Selain itu musik juga akan dihadirkan pencipta untuk memeberikan impuls agar aktor mampu memasuki suasana yang telah dicipta bersama.Moud dan rithem sangat penting dalam pementasan teater kerna berpungsi sebagai pembangun suasana dalam pementasan.
• Spektakel
Spektakel (mise on scene) adalah perwujudan keseluruhan unsur-unsur pementasan yang bersifat audio visual. Spektakel meliputi unsur lakuan, tata artistik, tata cahaya, tata suara atau musik dan segenap pedukung pementasan yang lain. Merujuk gaya dan aliran realisme yang penyaji pilih dalam pementasan lakon Bunga Rumah Makan ini maka spektakel yang dihadirkan adalah spektakel realis di mana segala unsur-unsur pemangungan ditampilkan agar menyerupai kenyataan, selain juga berpedoman pada waktu kejadian yang dipilih yakni sebelum tahun tahun 2000 an
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
http://www.steveelu.com/2014/10/menelisik-karya-dan-pemikiran-utuy.html