Renungan Malamku Bertengger Di Sebuah Coffee
Lama sudah aku tak menyentuh steemit. Bakan karena pengaruh nilai tukar SBD dan steem yang tidak menentu, karena aku memang belum pernah merasakan. Bagaimana nikmatnya hasil yang ku peroleh di sini. Tapi memang karena sedang gak ada keinginan saja. Bukannya tidak ingin lagi bersteemi. Buktinya malam ini kubuka dan ku gores beberapa kata di sini.
Bersebabkan lama sudah tak bergelut dengan geliat steemians. Patut rasanya kutanyakan kabar steemians semua. Apa kabar kalian semua? Sudahkah kalian minum kopi di larut malam segini? Atau sudah berapa postingan yang kalian buat sejak pagi tadi hingga dini malam ini? Harapan ku. Kalian masih tetap semangat. Bila kalian sudah tidur, semoga tidurnya nyenyak dan tak didatangi oleh mimpi buruk. Melainkan mimpi indah selalu menyertai kalian.
Renungan Malamku kini bertengger sudah di sebuah warung kopi. Tak lagi ku sanggup menjejal panjangnya jalan yang ku lalui ini malam. Setelah kusandarkan badan ini beberapa jam lamanya pada sebiah jok mobil. Kaki ku terus menggenjot pedal gas sedari pagi tadi. Untuk melakukan sebuah perjalanan panjang. Kini renunganku berakhir di warung ini.
Bukan hanya perjalanan jauh yang membuat raga ini tidak lagi kuat, tapi dengan segala hajat dalam perjalanan ini, yang harus kupenuhi. Hajat akan tersambungnya tali silaturahim. Beberapa tempat ku jajaki agar silaturahim kian intim terjalin. Bukankah dengan menyambung tali silaturahim akan memperpanjang usia dan mempermudah rezeki?
Hawa panas dari ruang mesin mobil butut ku sudah bau tengik. Menjerit sudah itu mesin minta pansiun dini. Tapi itu memang sudah nasibnya menuruti setiap hajat sang tuan. Yang tak lain dan tak bukan adalah diriku sendiri itu tuannya. Mulia perjalananmu wahai tumpanganku. Kau sudah mengantarku pada beberapa keluarga hari ini. Namun ini saatnya kita sama merenung akan beban yang sama kita pikul ini hari.
Renungan Malamku hanya ditemani secangkir seloki sanger espresso. Untuk menyangga pelupuk mata yang sudah mohon diri keperaduan. Sabarlah mata, ini sanger espresso kupersembahkan untukmu. Agar kita bisa kembali melanjutkan perjalanan ini.
Malan yang kian larut, namun diri ini masih belum sampai pada tujuan akhir dari perjalanan ku ini malam. Akhirnya diri ini harus membuat sebuah renungan malam akan sebuah perjalanan. Aku menikmati perjalanan ini, karena banyak arti yang kudapatkan dari sekedar duduk manis tak bergerak. Atau tidur nyenyak serupa yang telah lelap dipembaringan saat ini.
Akhirnya renunganku betul-betul bertahta di sebuah warung kopi. Kunikmati secangkir seloki sanger espresso. Berbubukkan kopi Gayo asli.
Renungan sudah selesai. Sanger sudah menopang pelupuk mata. Saatnya kembali melanjutkan perjalananku. Moga sampai tujuan dengan selamat.
Mangat that keneng kupi malam2 meno adun.
Posted using Partiko Android
Maaf @coretan.aksara hanjeut lon balah langsung krn neukomen pake #partiko. Meunyo juem2 nyo tajak bak jalan cit harus tameukupi. Meuhan dipleung sigo saho bak jalan. Terimakasih ka neukunjungi
Eh emg paken adun menye lon pakek @partiko lon komen? Menye na sesuatu y hana lon mephon ne bi tie bak lon adun beh. Mgken na y hana lon tupe paken efek jih?
Posted using Partiko Android
Lon pake esteemapp. Jadi esteemapp tidak bisa membalas komentar yanh dikirim melalui partiko