Bireuen Adalah Kota Seribu, Bukan Seratus Ribu
Pemilu serantak yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia untuk pertama kalinya sudah selesai, sebanyak 7 provinsi, 76 kabupaten dan 18 kota telah melakukan pemilihan dan memiliki kepala daerah baru untuk daerahnya masing-masing.
Banyak hal kontroversi terjadi pada pemilu serentak yang dilaksanakan kemarin, dari panasnya kursi jabatan pemimpin kelas kakap di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, sampai dengan kursi jabatan medioker bupati di sebuah kabupaten pemekaran seperti Bireuen.
Memang tidak apple to apple membanding-bandingkan panasnya kursi Gubernur Provinsi Ibukota Negara dengan sebuah kabupaten seperti Bireuen. Namun menganggap kursi bupati kabupaten Bireuen adalah hal yang kecil juga merupakan sebuah kesalahan.
Bagaimana tidak, banyak hal-hal yang tidak kalah kontroversi juga terjadi pada pemilihan bupati dengan pilihan enam (6) calon pasangan bupati dan wakil bupati ini.
Salah satu kontroversi paling menyita perhatian adalah kemenangan H. Saifannur dan Muzakkar A Gani pada pemilihan ini yang diduga karena “serangan fajar” yang dilakukan oleh timses pasangan ini –yang entah benar adanya atau tidak—dengan memberikan uang sebanyak Rp. 100.000 rupiah kepada calon pemilih untuk memilih pasangan ini.
Entah memang terbukti atau tidak, hal ini sudah membuat heboh kabupaten dengan simbol Bate Kureng ini. Sampai-sampai, sebuah sebutan baru datang menggantikan sebutan Bate Kureng untuk kabupaten ini, yaitu Kota Seratus Ribu.
Hal ini jelas dilakukan oleh orang-orang yang tidak terima akan kemenangan calon pasangan tersebut. Namun yang paling bodohnya adalah sebutan buruk itu dilakukan oleh orang-orang Bireuen itu sendiri, dan dibawa-bawa ke luar daerah Bireuen.
Sebagai orang Bireuen yang menempuh Pendidikan di luar kabupaten, hal ini sangat menjengkelkan bagi saya ketika daerah dimana saya lahir disebut sebagai “Kota Seratus Ribu” oleh orang-orang dari kabupaten dan kota lain.
Alih-alih setuju dan ikut melabeli kota saya sendiri --seperti orang-orang bodoh itu-- dengan sebutan tersebut, saya lebih setuju Bireuen disebut sebagai “Kota Seribu” saja.
“Bukannya sebutan itu lebih rendah ya? Karena nominal seribu jauh lebih rendah dari seratus ribu, kan?”
Tapi sayangnya bukan begitu, sebutan Kota Seribu untuk Bireuen yang saya berikan tidak mengacu pada nilai atau faktor nominal uang. Tapi kata “seribu” menggambarkan bahwa daerah ini memiliki banyak keindahan dan keunikannya, dari keindahan alam dan tempat wisatanya, makanan dan oleh-oleh ciri khas daerah ini serta sejarah yang dimiliki dan banyak lainnya.
Untuk memperkuat argumen saya ini, saya akan memberi daftar beberapa tempat indah dan keunikan yang ada di Bireuen, yang akan membuat anda ingin segera mengunjungi tempat-tempat ini dan mengganti sebutan anda kepada kabupaten ini menjadi Kota Seribu Keindahan.
Yupz... Seribu keindahan untuk Bireun.
Tapi saya lebih memilih untuk mengatakan seratus untuk Bireun.
Bukan seratus ribu ya, tapi seratus aja hehe
Seratus menggambarkan nilai yang sempurna untuk Bireuen ya, Bang?
Terima kasih atas tanggapannya Bang :D
Great post!!! Thanks for updating us about the election of Indonesia 😄 Nice food 😋
Urwell @steemitland. Thank you for reading!
Dasyat
Terimakasih, Bang. Saleum kenal
Congratulations @yaumilhsn! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
Award for the number of upvotes received
Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
For more information about SteemitBoard, click here
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
Congratulations @yaumilhsn! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
Award for the number of comments
Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
For more information about SteemitBoard, click here
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP