Adakah "Pejabat" dalam Dunia Binatang?
Beberapa waktu yang lalu, @fooart membeli beberapa ekor anak ayam kampung. Harapannya, bisa berkembang biak dan kelak akan dapat menambah daftar menu makan siang di @kanotbu. Namun apa dikata, saat dewasa baru diketahui bahwa kelima anak ayam yang dibeli tersebut berjenis kelamin jantan. Harapan berkembang biak sudah sirna, hanya cita-cita menambah asupan gizi orang bivak yang masih tersisa.
Beranjak dewasa, kelima pejantan tersebut akur-akur saja. Hingga suatu ketika masalah datang. Masalah itu adalah ayam betina tetangga. Entah bagaimana, betina tersebut melompat pagar setinggi 2 meter dan mendarat di bivak. Betina tersebut mulai mengibas-ngibas bulunya; menebar pesona. Bak Merilyn Monroe saat sedang berjuang menutup rok gaun putihnya yang tertiup hembusan angin dalam adegan film The Seven Year Itch yang dibintanginya tahun 1955.
Hari itu pula kelima pejantan itu bertarung memperebutkan betina tersebut. Pertarungan tak berhenti hingga si betina kembali ke kandangnya. Esoknya pun demikian. Pejantan yang kalah menjauh dari gerombolan. Sejak itu, satu persatu ayam jantan tersebut disembelih dan dimasak di Bivak Emperom.
Lama berselang setelahnya, tetangga depan bivak memelihara 3 pasang anak ayam kate. Anak ayam kate itu sekali dua bermain ke bivak. Kompak betul. Satu lompat pagar, semua ikut. Ketika salah satu dari mereka mendapatkan tumpukan sisa makanan di bivak, keenamnya menikmati bersama. Saling berbagi.
Celakanya, dari enam ekor ayam kate tersebut hanya satu yang berjenis kelamin betina. Sisanya jantan. Masalah yang sama kembali berulang. Saat hasrat kawin datang, mereka yang dulunya akur mulai bertarung. Satu lawan satu, dua lawan satu hingga semua terlibat. Saling baku hantam dan berdarah-darah. Aku tak tau nasibnya, apakah pemiliknya juga melakukan hal serupa seperti yang kami lakukan dulu terhadap ayam-ayam kampung di bivak.
Dalam dunia perbinatangan, hampir rata-rata pejantan (jika jumlahnya lebih dari satu) akan bertarung memperebutkan betina manakala musim kawin telah tiba. Beda halnya jika betina lebih banyak dan pejantan hanya sendiri. Semua akan baik-baik saja.
Tak hanya binatang ternak seperti ayam tadi, binatang buas pun demikian. Jika rekan-rekan sering menonton channel NatGeo atau Animal Planet, pertarungan memperebutkan betina lazim terjadi saat musim kawin tiba. Lihatlah bagaimana singa jantan mempertahan teretorial, anak serta betina-betina nya. Bertarung habis-habisan jika ada pejantan lain ingin merebutnya. Bahkan hingga mati.
Aku tak pernah melihat ayam betina bertarung saat betina lainnya sedang dikawini oleh pejantan satu-satunya. Sehingga tak kudengar ada istilah "pejabat" (perebut jantan binatang) dalam dunia perbinatangan ini. Namun, di kehidupan manusia (khususnya Indonesia) ada istilah pelakor (perebut laki orang). Bahkan sering betul kita membaca atau melihat kasus tersebut yang berseleweran di media sosial dimana perempuan-perempuan tangguh itu bertarung sesama mereka. Bahkan sangat brutal.
Pelakor tersebut terjadi tentu bukan karena alasan jumlah lelaki lebih sedikit dari perempuan seperti kasus ayam di bivak yang kucerita tadi. Data Susenas yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014/ 2015 menunjukkan bahwa lelaki lebih banyak dari perempuan. Apa juga alasannya? Entahlah. Tapi, biarlah alasan itu hanya milik mereka. Lagian, itu kehidupan pribadi mereka yang sudah terlanjur terbuka untuk umum.
Postingan yang sangat bagus @harock 👍